Dari Bisnis ke Politik

Cari Apa Caleg Pengusaha

VIVAnews - NAMANYA Tan Fu Yong. Umurnya 62 tahun. Separuh rambut sudah memutih. Tapi hidupnya berdenyut kencang di usia yang nyaris lanjut itu. Saat ditemui VIVAnews Kamis pekan ini di rumahnya di Jakarta Pusat,  dia sibuk menata ribuan kartu nama. Sesekali dia membuka sebuah map berwarna merah.  

Dalam map itu tersimpan rapi berlembar-lembar kertas yang mencatat semua pusat perbelanjaan di Jakarta. Dia lalu menoreh tanda pada Mal Taman Anggrek yang terletak di Jakarta Barat.

Di pusat perbelanjaan raksasa itulah Tan Fu Yong menghabiskan sisa harinya. Dari siang hingga mal menutup pintu di malam hari. Kerjanya cuma satu, membagikan semua kartu nama itu kepada pengunjung, sembari melempar senyum ramah.

Mulyono Tanuwijaya, begitu nama aliasnya, adalah seorang pengusaha. Tapi di pusat perbelanjaan itu dia tidak sedang membagikan kertas menu restoran yang kerap kita jumpai di mal-mal di kota besar, tapi sedang berkampanye agar bisa lolos ke Senayan dalam pemilihan umum, 9 April nanti.

Di sudut kiri atas kartu yang dibagikan itu tertera tulisan, “ Caleg DPR RI nomor 8”. Calon wakil rakyat kita yang satu ini memang sedang bertarung merebut kursi wakil rakyat lewat Partai Amanat Nasional (PAN).

Hampir sepanjang usia produktifnya dibenamkan dalam dunia bisnis. Jika kemudian dia hijrah ke dunia politik, itu karena dia sedang mencoba peruntungan baru di hari tuanya. Tiga puluh tujuh tahun berdagang, Tan Fu Yong menyadari bahwa bisnis bisa nyungsep jika tidak ditopang tangan kekuasaan.

Perjalanan bisnisnya adalah contoh paling dekat. Dua mesin bisnisnya rontok. Tanah 80 hektar di Makasar, Sulawesi Selatan, senilai Rp 800 miliar menguap setelah bersengketa dengan “orang kuat”. Bisnisnya di Jakarta juga redup, setelah sengketa berkepanjangan di pengadilan. “Saya ini seperti ayam yang mati di lumbung padi,” keluhnya kepada VIVAnews.

Kini dia melupakan dunia bisnis, lalu terjun bebas ke politik. Kampanye di sejumlah mal itu sudah dilakukan Tan Fu Yong sejak November lalu. Sejumlah pusat perbelanjaan di Jakarta Utara sudah didatangi. Sekitar  60 ribu kartu nama sudah dibagikan. Dan si pengusaha ini akan terus meramaikan sejumlah mal hingga April nanti.



Pengusaha yang putar haluan jadi calon legistalor seperti Tan Fu Yong kian banyak dalam pemilihan umum 2009 ini. Ketimbang pemilihan umum 2004, persentase caleg pengusaha ini meningkat pada hampir semua partai politik.

Lihatlah partai-partai yang lolos electoral threshold Pemilu 2004.  Partai Persatuan Pembangunan (PPP), misalnya, pada 2004 meloloskan 14 orang pengusaha ke Senayan. Jumlah itu merupakan 25 persen dari total 58 wakil rakyat partai itu yang duduk di Senayan.

Menurut Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PPP, Lukman Hakim Saifudin, dalam pemilihan umum 2009 ini, persentase jumlah pengusaha yang dicalonkan meningkat 30 persen. Dari 500 yang diajukan, 150 orang adalah pengusaha.

Melonjaknya jumlah caleg pengusaha juga terjadi di PAN. Pada Pemilu 2004 partai berlambang matahari itu cuma mencalonkan tiga orang pengusaha. Dalam Pemilu kali ini, jumlahnya meningkat tajam menjadi 45 orang dari 500 nama yang dicalonkan.

Partai Demokrat, yang menggusung Susilo Bambang Yudhoyono sebagai calon presiden juga mendongkrak jumlah calon dari kalangan pengusaha.  Sepuluh persen atau 63 orang dari 630 calon yang disetor ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) adalah pengusaha. Padahal pada Pemilu 2004, jumlah caleg pengusaha ini tiga  persen.

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), yang dirundung pertikaian elit partai, juga diminati banyak pengusaha. Pada  Pemilu 2004 partai ini cuma punya dua wakil rakyat dari kalangan pengusaha. Kali ini yang berusaha ke Senayan dari partai itu 100 orang. “Jumlah caleg pengusaha kami naik,” kata Helmy Faisal, Wakil Sekretaris pengurus pusat partai itu.

Golongan Karya (Golkar) adalah partai yang paling banyak mengusung para saudagar ke Senayan. Dari 650 caleg yang diajukan pada Pemilu 2004, 50 persennya adalah pengusaha. Pada Pemilu kali ini, Golkar menjagokan 325 pengusaha dari 650 caleg yang dibawa ke KPU.

Mengapa si Beringin mengusung begitu banyak pedagang? Menurut Ketua Badan Pemenangan Pemilu Golkar, Burhanudin Napitupulu, pengurus partai itu memang banyak yang pengusaha. “Yang masuk Golkar kebanyakan memang pengusaha,” kata Burhanudin, setengah berpromosi.

PDI Perjuangan tidak menambah jumlah caleg pengusaha, tapi partai Banteng Ketaton ini mempertahankan komposisi calon pedagang yang diajukan pada Pemilu 2004. Wakil Sekretaris Badan Pemenangan Pemilu PDI Perjuangan, Arif Wibowo, mengatakan, tahun ini jumlah caleg pengusaha di partainya  sama dengan Pemilu 2004 yakni  10 persen.



Mengapa para pengusaha ini ramai-ramai berputar haluan ke Senayan? Rupa-rupa jawabannya. Dari yang sekedar ikut-ikutan, merasa dizalimi dalam dunia bisnis, hingga yang berangan-angan memperbaiki kondisi bisnis di tanah air.

Dengarlah cerita Prita Satyarti. Lajang cantik berusia 35 tahun mengaku semula tidak punya niat banting setir ke politik. Adalah Laksamana Sukardi, Ketua Partai Demokrasi Pembaruan, yang mengajaknya menjadi calon legislatif.

Tujuannya cuma untuk memenuhi kuota caleg perempuan. Pemilik Butik QQ di ITC Mal Ambasador itu pun mengangguk. Di samping menjadi pedagang pakaian impor, Prita kini punya kesibukan lain yakni kampanye.

Ada pula caleg yang nekat menjadi merebut kursi di DPR lantaran halangan dalam berbisnis bikin kepalanya selama ini pusing tujuh keliling. Silvia Sumarlin adalah salah satunya.

Putri Mantan Menteri Keuangan JB Sumarlin ini memiliki usaha dalam bidang teknologi informasi. Namun, katanya, “Pemerintah mengenakan pajak yang tinggi pada usaha ini.” Dia berharap dari Senayan sana bisa mendorong pemerintah menurunkan pajak.

Dari sejumlah caleg yang diwawancara VIVAnews banyak juga yang beralasan ingin memperbaiki kondisi bangsa dari parlemen. Dari memperbaiki iklim usaha hingga bercita-cita menurunkan bilangan kemiskinan.  

Direktur Reform Institute, Yudi Latif, menawarkan tiga cara memahami mengapa para pengusaha itu ramai-ramai ke Senayan. Pertama, selama ini para pengusaha kita dekat dengan para pemimpin politik. Lewat kedekatan itu mereka dijaring menjadi caleg.

Kedua, selama ini antara ekonomi dan politik saling bertaut. Kuat secara politik maka kuat pula secara bisnis. “Ada pengusaha yang masuk ke Senayan untuk memperluas jaringan bisnisnya,” kata Yudi.

Hadiri Buka Puasa Partai Golkar, Prabowo-Gibran Duduk Semeja dengan Airlangga

Ketiga, politik kita belakangan ini menurutnya cenderung "padat modal." Situasi ini membuat pemimpin politik cenderung menarik pengusaha ke dalam politik. “Partai lalu memberi tempat bagi pengusaha yang membantu”.

Sofyan Wanandi, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia, menilai bahwa ada pengusaha yang ke Senayan karena didorong oleh semangat idealisme yang tinggi. Memperbaiki iklim usaha dari parlemen. Tapi ada ada pula yang putar haluan “hanya untuk mencari status atau karena gagal dalam berbisnis”.  

Apa pun alasannya, tingkat elektibilitas caleg pengusaha ini cukup tinggi. Survei International Republican Institute (IRI) yang digelar 12-22 Januari 2009 menemukan bahwa pengusaha termasuk empat besar tipe caleg yang dilirik pemilih. Tingkat keterpilihan kaum saudagar jauh di atas kalangan selebriti, dosen, bahkan petinggi daerah.

Pertemuan Presiden Jokowi CEO Freeport McMoran Richard C Adkerson. (foto ilustrasi)

Freeport Boss Meets Jokowi to Discuss Mining Contract Extension

Indonesian President Joko Widodo (Jokowi) received a visit from officials of mining company Freeport McMoran at the Merdeka Palace, Jakarta, on Thursday.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024