Dari Bisnis ke Politik

Jayalah Pengusaha, dari Amerika ke China

VIVAnews--DIA mengurus politik seperti mengatur bisnis. Michael Bloomberg, 67 tahun, melihat warga New York sebagai konsumen. Maka, ada dua hal pokok baginya agar kekuasaan bisa awet. “Pertama, selalu mendengarkan para konsumen,” ujarnya. Kedua, “Buatlah mereka puas”.

Bloomberg berpengalaman dua dekade di dunia bisnis. Kini, dia Walikota New York. Ada julukan, agaknya tak meleset, bagi pemimpin delapan juta warga di kota pusat uang dunia itu. Dia kerap dipanggil “Walikota CEO”.

Lulus dari Universitas Harvard dengan gelar MBA, dia menganggap dirinya bos dari satu holding besar bernama “NYC & Co”.  New York, bagi Bloomberg, tak ubahnya perusahaan raksasa. Produknya: “New York City.”  

Di Amerika Serikat, Bloomberg menjadi contoh pengusaha yang berputar jalan ke politik.

Galih Loss sudah Minta Maaf soal Video 'Serigala', Polisi beri Jawaban Menohok

Dia membangun usahanya dari nol. Setelah berjuang selama 22 tahun, dia berhasil dicatat sebagai pendiri dan pemilik 88 persen saham Bloomberg LP, perusahaan piranti lunak keuangan. Dia orang terkaya di New York.

Caranya memerintah mengundang decak kagum para kolega. “Kita bisa melihat konsep ini bisa diterapkan di New York, kota besar dan kompleks, tapi bisa dikelola efektif,” kata CEO Time Warner, Richard D. Parsons, teman dekat Bloomberg.



Saat Bloomberg menjabat sebagai walikota, New York nyaris bangkrut. Kas kota itu defisit hampir sebesar US$6 miliar. Dalam lima tahun, pemerintahannya berhasil menggemukkan pundi kota dengan surplus US$4,5 miliar pada tahun 2006. Bloomberg pun kian melejit.  

Karirnya di politik diawali di Partai Demokrat. Bagi Bloomberg, berpartai tak lebih dari satu kesempatan bisnis.

Partai Demokrat mengantarkan dia ke kursi walikota. Tak lama, dia loncat ke kubu Republik. Lalu, dia mengintip peluang lain, maju selaku calon independen pada pemilu presiden Amerika Serikat.

Aliando Sebut Prilly Latuconsina Mantan Terindah, Ada Penolakan Main Film Bareng?

Sayangnya, Bloomberg tak setenar Barack Obama dan John McCain. Dia tak berhasil.

Tapi dia terlanjur keranjingan politik. Terpilih sebagai walikota pada 2001, Bloomberg terpilih lagi untuk masa empat tahun berikutnya pada 2004. Seharusnya, ini periode terakhir bagi Bloomberg.

Berkat lobinya ke para anggota parlemen setempat, dia mendapat peluang memperpanjang kekuasaan setelah tahun 2008.  Parlemen setempat menerbitkan undang-undang baru. Dikatakan,  seorang walikota bisa menjabat untuk masa tiga kali berturut-turut.   

Bloomberg bukan pengusaha pertama terjun ke politik di Amerika. Sejarah negara itu memang mencatat sejumlah nama pemimpin yang dekat dunia usaha, atau kaum profesional.

Anies dan Cak Imin Kompak Datang ke KPU: Kita Hormati Proses Bernegara

Sebut saja, Menteri Keuangan Pertama AS, Alexander Hamilton, dia adalah bankir. Lalu, Presiden Herbert Hoover, dia konsultan pertambangan.

Presiden George W. Bush termasuk melejit dari dunia usaha. Dia merintis karir bisnisnya lewat Arbusto Energy pada 1979. Tak sampai sepuluh tahun, Bush melakukan merger dan mendirikan Bush Exploration Co. Perusahaan itu sempat berkibar.

Tapi Bush termasuk saudagar yang gagal sebagai politisi. Meski dua kali terpilih sebagai Presiden AS, dia pergi dari Gedung Putih dengan menelan kecaman.

Bush gagal di Irak. Dia juga mewariskan problem ekonomi Amerika yang nyaris bangkrut. Dampak krisis finansial di sana bahkan sampai mengguncang ekonomi dunia. Bush juga tak berhasil mengurus soal domestik. Misalnya, dia lambat menangani dampak topan Katrina di New Orleans, pada 2005.



Pengusaha terjun ke politik bukan cuma milik demokrasi liberal seperti di Amerika Serikat.

Di negara komunis China, yang dulu memandang pengusaha sebagai kekuatan kontrarevolusi, kini justru membuka pintu lebar bagi para saudagar ke dunia politik.

Kongres Nasional Partai Komunis Cina pada 2007 telah membuka jalan bagi “kelas pengusaha” menjadi bagian dari “revolusi”.

Menurut laman berita Kantor Informasi Pemerintah China, setelah Kongres itu, sejumlah bos badan usaha milik negara ditunjuk sebagai gubernur di  sejumlah provinsi. Mereka juga menjadi pemimpin partai di tingkat provinsi.

Para manajer yang tukar profesi menjadi politisi ini masih muda. Rata-rata  usia mereka 40an tahun.  Tapi, mereka punya ambisi meluap-luap. Sebut saja Zhu Yanfeng,  bekas Presiden Perusahaan Otomotif China First Automobile Works (FAW), yang ditunjuk jadi Wakil Gubernur Provinsi Liaoning.

Begitu pula Guo Shengkun. Dia meninggalkan posisi CEO di perusahaan Aluminium Corporation of China (Chinalco). Shengkun lalu menjadi Ketua Partai Komunis di Kawasan Otonomi Guangxi Zhuang.

Di China, ada alasan mengapa para pengusaha sukses itu ditunjuk menjadi politikus. “Mereka terbiasa membuat keputusan tepat pada waktu tepat,” tulis Kantor Informasi Pemerintah Cina.

Para pengusaha muda,  kata otoritas di China itu, punya cara menjadikan bisnis lebih efektif. Alasan lain, mungkin menunjukkan kemana arah China bakal bergerak di masa depan. Para pengusaha itu, kata Partai Komunis, "Lebih punya visi yang kuat”.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya