Bom di Beirut, 80 Tewas 175 Cedera

VIVAnews – Sedikitnya 80 orang tewas dan 175 lainnya terluka saat sebuah bom setara dengan 200 kg dinamit meledak di ibukota Lebanon, Beirut, 8 Maret 1985.

Menurut laman stasiun televisi berita BBC, bom berkekuatan besar tersebut ditanam di depan bangunan apartemen di kawasan Bir al-Abed di sebelah barat Beirut. Selain membunuh dan melukai warga sipil, ledakan di pemukiman warga Syiah tersebut juga meruntuhkan dua bangunan apartemen, sebuah mesjid, dan satu gedung bioskop.

Banyak pihak, termasuk media, menganggap serangan bom ditujukan untuk membunuh pemimpin Hizbullah, Syekh Muhammad Husain Fadlallah. Pasalnya, ledakan tersebut terjadi hanya beberapa meter dari kediaman pemimpin senior kelompok Syiah tersebut.

Meskipun sejumlah pengawalnya tewas dalam serangan tersebut, Syekh Fadhallah sendiri berhasil lolos dari upaya pembunuhan. Awalnya ia menuduh Israel sebagai pelaku pengeboman namun kemudian meralatnya setelah sejumlah bukti menunjukkan keterlibatan organisasi intelijen Amerika Serikat, CIA.

Sejak dua tahun sebelumnya, Syekh Fadlallah menjadi incaran CIA karena dituding terlibat dalam pengeboman markas militer Amerika Serikat dan Prancis di Libanon pada tahun 1983.

Namun tuduhan itu dibantah keras oleh Presiden Amerika Serikat saat itu, Ronald Reagan. Reagan bersikeras jika pemerintahnya tidak pernah merestui usaha pembunuhan rahasia terhadap tokoh politik luar negeri.

Perjuangan Dinda Kanyadewi Main Film Badarawuhi di Desa Penari, Make Up sampai 6 Jam
Prabowo Subianto, Airlangga Hartarto, Zulkifli Hasan

Prabowo Ingin Bentuk 'Executive Heavy" dengan Rangkul Semua Parpol, Kata Peneliti BRIN

Pengamat politik yang merupakan Peneliti Utama BRIN menyebut upaya Prabowo Subianto untuk merangkul parpol lain non-pendukungnya, sesuai dengan janji kampanyenya.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024