Calon Presiden RI

Prabowo: Ekonomi RI Bisa Tumbuh Seperti China

VIVAnews - Prabowo Subianto, calon presiden RI dari Partai Gerindra mengingatkan pemerintah harus turun tangan menjadi lokomotif untuk menggerakkan perekonomian. Dengan begitu, Indonesia berpeluang memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi seperti China.

"Saya tanya kepada pelaku ekonomi, mampu tidak pertumbuhan ekonomi Indonesia dua digit? Mereka jawab sulit," ujar Prabowo menyampaikan kisah perbincangan dengan pelaku ekonomi di Jakarta, Rabu, 11 Maret 2009. 

Dia kembali bertanya, lalu mengapa China bisa? Pengusaha menjawab, "Karena Deng Xiaoping, pemimpin China."

China selama ini rata-rata tumbuh di atas 10 persen per tahun. Namun, akibat krisis, pertumbuhannya memang turun, namun masih tetap masih tinggi tak jauh dari 10 persen.

Bermula dari diskusi itu, Prabowo menganggap bahwa Indonesia mempunyai peluang seperti halnya China. "Deng Xiaoping dan Lee Kuan Yew (Singapura) bisa maju karena 70 persen BUMN menjadi ujung tombak," katanya. "Itulah mengapa Singapore Airlines dan Temasek Holding menjadi BUMN terbaik di dunia."

Karena itu, Prabowo menekankan pemerintah harus turun tangan menjadi lokomotif pertumbuhan seperti halnya di China dan Singapura. "Pemerintah jangan hanya menjadi wasit atau regulator," ujarnya. "Itulah bedanya saya dengan penganut paham neoliberalisme."

Prabowo pun punya seribu alasan mengapa Indonesia bisa maju. Menurut dia, Indonesia memiliki keunggulan kompetitif, lahan luas, dan sumber energi, serta punya pasar besar. "Kita bisa dorong pertumbuhan berbasis energi dan agrikultur, serta industri pengolahan untuk nilai tambah."

Caranya, menurut dia, adalah melalui investasi di bidang pertanian dan biofuel. Ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Petani akan naik penghasilannya, daya beli naik, sektor riil bergerak. Apalagi, 60 persen rakyat adalah petani.

Jadi, menurut dia, daripada tergantung dengan pasar lain, sebaiknya Indonesia memanfaatkan pasar besar domestik yang mencapai 230 juta jiwa penduduk. "Itu  hampir setengahnya pasar Eropa, semua negara incar pasar kita."

Dia mengkritik perancang ekonomi sejak era Presiden Soeharto hingga sekarang. Menurut dia, tim ekonomi selalu mengumumkan target pertumbuhan jangka panjang 7 persen dan dalam situasi krisis seperti sekarang mungkin hanya 4 persen.

Jika mengikuti target optimistis 7 persen, pada 2060 pendapatan per kapita Indonesia masih di bawah US$ 2 ribu. "Itu masih termasuk negara miskin. Apalagi, jika memakai asumsi di bawah 7 persen, akan lebih parah."

Prof Yudan dan Pejabat BPIP Melayat ke Rumah Kayla Peserta Seleksi Paskibraka Sukabumi

Padahal, menurut dia, angka kelahiran naik 4 juta jiwa tiap tahun. Jumlah pengangguran juga mencapai 10 juta orang.

Prabowo pun mengutip data Bapenas yang mencanangkan untuk mencapai pertumbuhan 1 persen perlu dana US$ 5 miliar. Dana itu dibutuhkan untuk mendorong pertanian beras, jagung, singkong dan tebu dengan membuka lahan 2 juta hektare. "Itu paham neoliberal."

Jika mengacu pada ekonomi kerakyatan, dengan dana US$ 5 miliar bisa mencetak 2,5 juta hektare lahan. Dari jumlah itu sebanyak 1 hektare untuk 6 orang pekerja sehingga total akan menyerap 15 juta orang. Itu sama dengan 37,5 kali lipat. Itu sangat bisa dilakukan karena Indonesia punya keunggulan kompetitif di situ.

Pria 47 Tahun Ditemukan Tewas Bawa Bungkusan Pakaian Bekas di Trotoar Margonda
Hakim Agung Suharto

Pernah Anulir Vonis Mati Sambo, Kabar Majunya Suharto jadi Wakil Ketua MA Dikritisi

Pencalonan Hakim Agung Suharto sebagai Wakil Ketua Mahkamah Agung menuai respons negatif karena Suharto pernah menganulir hukuman mati untuk Ferdy Sambo.

img_title
VIVA.co.id
20 April 2024