Wartawan Radar Bali Tewas

"Apapun Faktanya Akan Diterima"

VIVAnews – Terbatasnya informasi menjadi salah satu kendala tak rampungnya kasus pembunuhan berencana yang menimpa wartawan Radar Bali, Prabangsa. Tidak hanya itu, rekan Prabangsa pun tak banyak yang memberikan informasi tambahan.

Pengamat sebut Hadirnya Anies dan Muhaimin di KPU Beri Legitimasi Hasil Pemilu

Hal ini diungkapkan Direktur Radar Bali, Justin M Herman, saat ditemui VIVAnews. Dia juga menyayangkan banyak rekan-rekan Prabangsa baik teman kantor maupun sesama jurnalis yang enggan untuk memberikan keterangan kepada polisi. Alasannya, takut terlibat atau dijadikan saksi sehingga banyak menghabiskan waktu saja.

"Saya tidak setiap hari bersama almarhum, tapi kalau ada info sekecil apapun pasti langsung disampaikan. Polisi sendiri juga menyampaikan keluhan yang sama," jelas Justin.

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan cyber crime kepolisian, dari ponsel Prabangsa ada telepon masuk hanya dua detik. Itu artinya telepon tak diangkat atau miscall, dan ada suara Prabangsa menelepon saya setelah itu hilang.

Ketika ditanya perkembangan kasusnya sendiri, Justin selalu diberikan penjelasan bahwa masih dalam penyelidikan dan diminta bersabar. "Kita memang tidak bisa mendikte polisi dan masih kita ikuti untuk bersabar. Tapi tidak untuk sekarang, besok, atau seterusnya," ungkap Justin.

Justin memang memiliki keyakinan, kematian rekan kerjanya ini semula diduga masalah pribadi yang mengarah kepada pemberitaan. Atau bahkan kombinasi keduanya. "Jadi tidak murni salah satu, dan memang ada kaitannya antara pribadi dan profesi," papar pria berkumis tebal ini.

Kematian yang menimpa Prabangsa memang bukan hanya menjadi persoalan intern Radar Bali dan Aliansi Jurnalis Independen atau AJI. Tetapi sudah menyangkut persoalan pers yang ada di Bali dan Indonesia. Hal ini merupakan kasus kematian wartawan pertama di Bali. "Mungkin kalau ada wartawan dipukul atau diancam sudah ada, tapi sampai nyawa melayang rasanya baru sekali ini saja," terang dia.

Kurang beraninya polisi dalam mengungkapkan fakta diduga ada aktor intelektual yang bermain di belakang layar. Kata dia, dari permainan logika saja polisi sudah mengatakana ini pembunuhan berencana otomatis ada seseorang yang menyiapkan orang sebagai eksekutor, segala sarana dan prasarana yang tentu saja memiliki banyak uang.

"Siapa orang-orang itu, ya kalau nggak penguasa ya pengusaha. Kalau pegawai biasa rasanya nggak mungkin untuk membiayai operasionalnya," tebak Justin.

Namun dia tak mau berandai-andai dengan bermain logika karena pembuktiannya sangat sulit apalagi sampai menuduh seseorang tanpa bukti karena itu sama saja dengan fitnah. Sementara untuk kalangan keluarga, Justin mengatakan tidak ada indikasi kalau pihak keluarga terlibat karena semuanya merasa kehilangan atas meninggalnya Prabangsa.

Justin hanya menekankan agar polisi dapat membongkar semuanya meskipun hasilnya nati ditemukana adanya pelanggaran kode etik profesi akibat sebuah pemberitaan.

"Hal itu sudah kita pikirkan dan siap menerima motif terjelek sekalipun. Karena informasi yang masuk ke saya adanya pelanggaran etika atau hubungan secara tidak wajar, kita siap," tegas dia.

Yang tak dapat diterima Justin adalah rekannya dibunuh dengan cara yang tragis. "Bagaimanapun juga alamarhum pernah menjadi bagian dan keluarga besar serta berjuang bersama membesarkan Radar Bali," ujar dia.

Laporan : Wima Saraswati l Bali

Kata Shin Tae-yong Usai Heerenveen Izinkan Nathan Tjoe-A-On Kembali ke Timnas Indonesia U-23
Prabowo-Gibran di Penetapan Presiden-Wapres Terpilih di KPU

Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Temui Presiden Jokowi di Istana

Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Prabowo Subianto, dan Gibran Rakabuming Raka, menemui Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Jakarta pada Rabu malam, 24 April.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024