Yuk, Mengatur Emosi Saat Mengemudi

VIVAnews - Emosi pengguna kendaraan sangat mempengaruhi teknik mengemudi di jalan raya. Kecelakaan sering kali dipicu perasaan yang satu ini. Meski bukan perkara mudah, emosi sebetulnya bisa diatur saat berkendaraan.

Instruktur Indonesia Defensive Driving Centre  (IDDC) Dodi Budiono pada acara Kiat Lengkap, Aman, dan Nyaman Berkendara Bagi Wanita di restoran Kembang Goela, Jakarta, Sabtu 4 April 2009, mengungkapkan, banyak pengemudi yang kurang memahami bagaimana cara bersikap di jalan.

"Asal bisa menyetir saja, namun kurang memperhatikan peraturan serta tata tertib di jalan," katanya. Bahkan, tak jarang pengemudi tidak peduli dengan keadaan sekitarnya dan tak mau disalahkan jika terjadi kecelakaan.

Karena itu, kata dia, tidak aneh jika data kecelakaan kendaraan bermotor kian hari kian bertambah, seiring dengan pertumbuhan jumlah pengemudi, terutama di kawasan Jabodetabek. Dari penelitian, sebanyak 90 persen dari kecelakaan tersebut disebabkan karena faktor manusia. Tidak hanya pengemudinya, namun terkdang juga orang lain. 

Berdasarkan data Asian Development Bank (ADB), pada 2003 di Indonesia tercatat ada 24,5 juta kecelakaan kendaraan bermotor, 73 persen dikontribusi kecelakaan motor dan 16 persen mobil. Dari kecelakaan tersebut, sekitar 1 juta orang mengalami luka-luka dan 30 ribu lainnya meninggal dunia.

Sedangkan, tahun 2006 tercatat sebesar 40 persen pengguna mobil di Jabodetabek beralih ke motor karena kemudahan dan kebutuhan mobilitas di kawasan tersebut. "Bisa terbayang, potensi kecelakaan semakin membesar," kata dia.

Dodi menjelaskan, yang terpenting dalam mengemudi adalah unsur emosi. Berdasarkan data statistik kecelakaan di Amerika Serikat, 33 persen kecelakaan terjadi pada umur 22-30 tahun. Sedangkan, 26 persen umur 16-21 tahun dan 23 persen 31-41 tahun. Hal tersebut menunjukkan betapa emosional pengemudi sangat mempengaruhi teknik mengemudi di jalan raya.

Mengemudi dengan aman, efisien, dan bertanggung jawab, kata dia, bisa dilakukan dengan menerapkan tiga prinsip berkendara, yakni defensive riding, safety riding, dan eco riding.

Defensive riding
adalah perilaku mengemudi yang bisa menghindari masalah, baik dari si pengemudi maupun orang lain, sehingga bisa memperkecil resiko kecelakaan atau masalah di jalan. ”Teknik ini merupakan pendekatan intelektual tentang bagaimana mengemudi yang benar, efisien, dan bertanggung jawab,” jelas dia.

Tahap selanjutnya safety riding atau berkendara yang aman. Maksudnya, mengemudi dengan keahlian dan pengalaman yang tinggi, yang juga disertai dengan sikap dan konsentrasi yang terus-menerus.

Tahap ketiga, eco driving, yakni teknik mengemudi yang bisa menghemat penggunaan kendaraan bahan bakar bermotor (BBM), memperpanjang umur kendaraan, mengurangi emisi gas buang dan polusi. "Tujuan akhirnya supaya berkendara menjadi efisien dan ramah lingkungan," katanya.

Dia menambahkan, teknik apapun dari pengendara akan sangat bermanfaat untuk menghindari kecelakaan di jalan raya. Selain menenangkan diri sendiri, menghindari kecelakaan juga bisa menyelamatkan nyawa orang lain. "Intinya, bagaimana perilaku terkecil kita bisa memperbaiki cara mengemudi," tuturnya.

Sudah siap mengatur emosi Anda?

5 Fakta Mengerikan Timnas Indonesia Usai Singkirkan Korea Selatan di Piala Asia U-23
Gedung Kampus UNU Gorontalo. (Foto: UNU Gorontalo).

Rektor UNU Gorontalo Resmi Dilaporkan Polisi atas Kasus Dugaan Pelecehan Seksual

Kasus dugaan pelecehan yang dilakukan rektor Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Gorontalo, Amir Halid kini terus berlanjut dan belasan korbannya sudah melapor ke Polisi.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024