Load Factor Rendah

Bus dan KA Bersaing Rebutan Penumpang

VIVAnews - Pengusaha moda transportasi bus menilai adanya persaingan dalam merebut penumpang antara kereta api dan armada bus swasta tidak seimbang. Pasalnya, buruknya infrastruktur yang dilalui moda transportasi bus tidak bisa dihadapkan dengan infrastruktur kereta api yang lebih baik.

Menurut Direktur Prasarana dan Angkutan Dewan Pimpinan Pusat Organisasi Pengusaha Angkutan Darat (DPP Organda) Rudy Thehamihardja, saat ini tidak dapat dihindarkan saling merebut penumpang terjadi di antara Kereta Api dan bus tersebut.

Daya Tampung SD di Kota Tangerang TA 2024 Ada 22.956 Kursi, Jangan Lupa Daftar Pra PPDB

"Padahal, load factor (tingkat keterisian tempat duduk) penumpang bus Patas rendah, hanya sekitar 30 persen saja," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima VIVAnews, Selasa 7 April 2009.

Dia mengakui, beberapa faktor yang menjadikan kedua jenis transportasi tersebut memiliki kemiripan adalah waktu tempuh yang hampir sama, harga yang hampir sama. Faktor lain yang mempengaruhi pemilihan adalah ketepatan waktu kereta api, kenyamanan dan relatif terbebas dari kemacetan menjadi alasan perubahan pasar penumpang bus patas dan kereta api bisnis.

Rudy menambahkan, Kereta Api bisnis mengambil pangsa pasar kelas bisnis angkutan darat (bus) yang tingkat keterisian tempat duduknya sudah rendah.

"Alasan kemacetan, kerusakan jalan (kenyamanan dan kesemrawutan terminal seringkali membuat peralihan penumpang. Apakah karena tidak mampu mengontrol hal yang berada di luar kemampuan sehingga pengusaha (bus) dianggap tidak bisa bersaing," katanya.

Dia menyontohkan, beberapa rute KA adalah rute dari/dan ke Cirebon serta rute dari/dan ke Bandung. Rute Jakarta-Cirebon misalnya, harga tiket ekonomi sekitar Rp 25 dengan jadwal keberangkatan setiap 20 menit dan jarak tempuh 5 hingga 7 jam. Sedangkan harga tiket bus Patas Rp 35 ribu dengan jadwal keberangkatan setiap 20 menit, waktu tempuh 4 hingga 5 jam dan pemberhentian akhir di terminal.

Pemberangkatan lewat travel dengan harga Rp 70 ribu, menurutnya, biasanya lima hingga tujuh hari seminggu dengan waktu tempuh 4 hingga 7 jamĀ  dan diantar langsung ke tempat tujuan. Adapun kereta api dengan jadwal keberangkatan di Stasiun Cirebon dan Bandung masing-masing satu kali, waktu tempuh moda bersangkutan empat hingga lima jam. Tiket KA bisnis senilai Rp 40 ribu dan kelas eksekutif Rp 60 ribu .

Rudy mengatakan, pengusaha bus sudah melakukan beberapa perbaikan untuk meningkatkan layanan sekaligus meningkatkan daya saing. Di antaranya membangun fasilitas ruang penumpang di luar terminal,fasilitas check point dengan minimarket dan toilet.

Selain itu, untuk kelengkapan kendaraan, operator menggunaan GPS di beberapa kendaraan,pemeriksaan berkala, peremajaan kendaraan serta ERP & CRM system. Dari sisi sumberdaya, operator moda darat memberikan pelatihan karyawan termasuk psikotes.

Dia menuturkan, agar pengusaha dan KA bisa bersaing dengan sehat, pengusaha mendesak Pemerintah untuk memperbaiki ruang operasi jalan sebelum membiarkan kompetisi yang adil antara bus dan kereta api. "Jangan karena ketidakmampuan pemerintah, swasta dikorbankan," tuturnya.

Ditambahkannya, perlu adanya penetapan aturan persaingan yang jelas antara peran swasta dan batasan pemerintah. Sebab, perbedaan kekuatan antara swasta dan pemerintah yang bersaing di kelas pasar yang sama dirasa tidak akan adil.

"Bukankah pemerintah menyediakan layanan perintis bagi daerah yang tidak dapat dijangkau swasta dan bukannya bersaing di daerah "gemuk"," katanya. Padahal, katanya, perusahaan swasta membuka jalur dengan investasi sendiri tanpa ada subsidi pemerintah.

Potret Haru Presiden Vladimir Putin Nyalakan Lilin untuk Korban Terorisme di Mos

Putin Telepon Presiden Iran Wanti-wanti Dampak Memanasnya Konflik Timur Tengah

Putin dan Presiden Raisi membahas tindakan pembalasan yang diambil oleh Iran terhadap Israel dalam sambungan telepon.

img_title
VIVA.co.id
17 April 2024