Eko Priyo Pratomo

Strategi Investasi Saat Pasar Bergejolak

VIVAnews - Krisis finansial global telah berdampak pada pasar keuangan global. Kepercayaan investor menurun. Bursa saham di berbagai negara pun berguguran, tak terkecuali di Indonesia. Banyak investor menderita kerugian besar akibat anjloknya pasar modal.

Kebakaran Toko Bingkai Mampang, 5 Orang Terluka Dilarikan ke RS

Dalam situasi seperti ini, investor mempunyai sikap bermacam-macam. Ada yang buru-buru menjual saham, ada yang bertahan, ada pula yang malah menambah jumlah investasinya.

Pertanyaannya, bagaimana strategi yang pas dalam menghadapi gejolak pasar seperti terjadi saat ini?

100 Ribu Pendukung Prabowo-Gibran Diklaim Bakal Aksi di MK Besok, Polri Lakukan Ini

Untuk menjawabnya, sesungguhnya itu sangat tergantung pada alasan atau kebutuhan investor dalam menentukan langkah. Setidaknya, ada tiga langkah atau pilihan yang bisa dilakukan oleh investor. Pertama, bertahan (hold). Kedua, menambah investasi (rebalancing). Ketiga, menjual (cut loss).

Ketika kondisi pasar sedang menurun, investor seharusnya tidak perlu panik. Apalagi, jika mereka berpikiran secara matang dan menanamkan dana untuk investasi jangka panjang. Investor jangka panjang adalah investasi minimum 10 tahun.

Kasus Mayat Perempuan dengan Kondisi Wajah Hancur, Polisi Tangkap 3 Orang

Jika melihat dari sejarahnya, untuk periode investasi jangka panjang menunjukkan bahwa investasi saham terbukti memberikan imbal hasil (return) lebih baik dibanding investasi lain seperti deposito.

Contohnya, pada 1998 ketika penurunan ekonomi besar-besaran sedang terjadi, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) mencapai 28,20 persen. Saat itu, suku bunga deposito bahkan mencapai 70 persen. Inflasi juga melejit hingga 77,6 persen. Sedangkan, IHSG justru menurun 0,91 persen.

Namun apa yang terjadi sembilan tahun kemudian. Pada 2007, suku bunga SBI turun menjadi 6,4 persen dan inflasi 6,59 persen. Sedangkan IHSG sepanjang 2007 naik sebesar 52,08 persen.

Jadi, jika dihitung return selama sembilan tahun menunjukkan bahwa investasi di saham jauh lebih tinggi dibandingkan produk yang lain. Dalam tempo tersebut, return untuk investasi di SBI sebesar 180,93 persen, sedangkan di saham sebesar 583,54 persen. Itu membuktikan, investasi saham lebih berpotensi memberi keuntungan.

Karena itu jika mengacu pada perkembangan dan sejarahnya, maka bagi investor jangka panjang semestinya tidak perlu terlalu terpengaruh oleh perkembangan berita-berita di media massa.

Berita soal subscription (penyertaan reksa dana) atau sebaliknya redemption (penarikan) seharusnya bukanlah berita penting bagi investor. Sebab, bagi investor jangka panjang, berita-berita itu bukan dan tidak lagi relevan bagi mereka.

Di negara lain, kebanyakan investor produk reksa dana juga berpandangan seperti ini. Mereka tidak terpengaruh oleh pendaftaran atau penarikan reksa dana. Yang menarik perhatian bagi investor adalah memperhatikan manajer investasinya, baik soal kinerja, reputasi, kepercayaan, dan fundamentalnya.

Meski begitu, yang tak kalah penting adalah diversifikasi investasi. Untuk meminimalkan dampak atau risiko investasi, investor perlu melakukan diversifikasi investasi.

Investor bisa menyimpan 80 persen dananya dalam bentuk deposito, lantas sisanya sebesar 20 persen ditempatkan untuk membeli saham. Investasi saham ini misalnya dalam jangka waktu lima tahun. Atau bisa pula komposisi sebaliknya. Namun, investor perlu membaca situasi dan mengalihkan investasi ketika salah satu porsi portofolio berkurang.

Misalnya, saat harga saham sedang jatuh sehingga portofolio efek menjadi 10% dan deposito 90%. Namun, pada akhir tahun, investor bisa menarik 10% dana deposito dan disuntik lagi ke saham sehingga porsi kembali imbang 80:20. Biasanya, return berpotensi lebih besar jika investor memakai investasi berimbang.

Analisis ini disarikan dari presentasi Eko Priyo Pratomo, Presiden Direktur PT Fortis Investment dalam acara workshop media "Belajar dari Pengalaman Berinvestasi" di Gedung Adorama, Jakarta, 31 Maret 2009.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya