Ketua Umum Partai Golkar, Jusuf Kalla:

"Era Harmoko, Golkar Ibarat Pasar Terbatas"

VIVAnews – Jusuf Kalla, sebagai mantan pengusaha yang terjun ke dunia politik, mengibaratkan perubahan politik selalu sejalan dengan ekonomi. Saat politik liberal maka ekonomi juga liberal.

“Di era Harmoko, Golkar merupakan partai hegemonik. Kalau dalam ekonomi, istilahnya pasar terbatas atau terkendali,” kata Ketua Umum Partai Golkar, Jusuf Kalla, di Intercontinental Mid Plaza, Jakarta, Selasa, 7 April 2009.

Aurel Hermansyah dan Keluarga Terjebak di Bandara Dubai Berjam-jam, Bisa Pulang ke Indonesia?

Hal itu disampaikan Kalla dalam peluncuran buku 'Politik Komunikasi Partai Golkar di Tiga Era' dari Partai Hegemonik ke Partai Berorientasi Pasar, karangan Wakil Sekjen Golkar, Rully Chairul Azwar.

Kalla melanjutkan, pada saat politik sedikit otoriter, maka ekonomi akan cenderung monopolistik. Memasuki era kepemimpinan Akbar Tandjung, Kalla melanjutkan, Golkar memasuki era reformasi.

“Sulitnya, kalau partai menjual ide dan diterima pasar, maka kita tidak akan terpilih. Jadi perlu kombinasi antara ide yang dapat diterima pasar dan tawaran yang dapat memberi solusi bagi bangsa,” jelas Kalla.

Di era Akbar Tandjung, Kalla menyebut suara Golkar turun dari 70 persen menjadi 20 persen. Penurunan itu karena adanya persaingan dan perubahan iklim menjadi reformasi.

“Karena itu, partai harus menawarkan kepada konstituen apa yang terbaik bagi bangsa ke depan. Kalau hanya mengikuti selera pasar, maka partai tidak punya leadership yang kuat bagi solusi bangsa,” kata Kalla.

Tampak hadir dalam acara ini beberapa fungsionaris Golkar antara lain, The L Sambuaga dan Fahmi Idris. Hadir pula pengamat politik Anis Baswedan dan wartawan senior, Budiarto Shambazy.

Ilustrasi logo Mahkamah Konstitusi.

MK Kirim Surat ke Pihak Anies dan Ganjar untuk Hadiri Sidang Putusan Sengketa Pilpres 2024

Para pihak yang berperkara bakal didudukan dalam satu majelis yang sama di sidang putusan sengketa Pilpres 2024.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024