VIVAnews - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika di pasar spot antarbank Jakarta, pada awal pembukaan perdagangan anjlok. Rupiah diperdagangkan pada 10.980/US$ sesaat setelah dibuka pada 10.950/US$.
Dealer valuta asing PT Bank CIMB Niaga Emmanuel Krisnijayanto mengatakan, investor memilih aksi ambil untung atau profit taking usai pertemuan Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto dengan sejumlah mantan jenderal.
"Kubu Teuku Umar semakin kuat, investor memilih profit taking," kata dia kepada VIVAnews melalui sambungan telepon, Kamis 23 April 2009.
Selain itu, pecah kongsi antara Partai Demokrat dan Partai Golkar juga menjadi salah satu pemicu pelemahan rupiah. "Namun, ini tak seberapa dibandingkan dengan kubu Teuku Umar yang mengumpulkan jenderal-jenderal," katanya.
Emmanuel juga mengatakan, pilihan investor untuk melakukan aksi profit taking setelah rupiah menguat tajam paska Pemilihan Umum yang berlangsung aman. Ketidakjelasan penentuan arah koalisi sejumlah partai politik membuat investor mengamankan investasinya dengan menarik uang dari pasar terlebih dulu.
Transaksi di laman Bloomberg pagi ini, rupiah berada pada 10.945/US$ atau melemah 45 poin dibandingkan hari perdagangan sebelumnya. Sedangkan kurs tengah Bank Indonesia berada pada 10.838/US$.
Sejumlah mata uang Asia justru menguat. Dolar Singapura menguat 0,04 persen ke 1,506/US$, dan yen Jepang menguat 0,29 persen ke 97,74/US$. Sedangkan dolar Australia terhadap dolar Amerika melemah 0,25 persen ke 0,703 per dolar Australia.
Data proyeksi likuiditas pasar domestik Bank Indonesia pada pukul 08.30 WIB menunjukkan kenaikan tajam dari Rp 21,42 triliun menjadi Rp 53,26 triliun. Data instrumen Operasi Pasar Terbuka yang jatuh tempo juga naik dari Rp 19,76 triliun pada perdagangan 22 April menjadi Rp 51,31 triliun.
Sedangkan, excess reserve akhir hari tercatat meningkat menjadi Rp 1,7 triliun dari transaksi sebelumnya yang sebesar Rp 1,86 triliun.