Arwin Rasyid

Dipinang Juragan Negeri Jiran

VIVAnews - Namanya nyaris tenggelam bak ditelan bumi. Sepak terjangnya pun tidak lagi terdengar. Padahal, sebelumnya saat memimpin sejumlah perusahaan dan institusi kelas kakap, namanya sering menjadi gunjingan.

Itu terjadi saat ia menjadi Direktur Utama PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, Direktur Utama Bank Danamon Tbk, Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk, hingga pernah menjadi Wakil Ketua Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).

Kini, ia kembali ke panggung bisnis. Setelah beberapa tahun lenyap, Arwin Rasyid muncul lagi di jagat dunia bisnis keuangan. Ia dipercaya sebagai Presiden Direktur CIMB Niaga, sebuah bank papan atas hasil merger antara Bank Niaga dan Lippo Bank. Ia menakodai ribuan karyawan yang mengelola bank dengan total aset Rp 100,6 triliun per Juni 2008.

"Saya rindu dunia perbankan," ujar Arwin menjelaskan alasannya menerima tawaran CIMB untuk membidani merger Bank Niaga dan LippoBank.

Sebelum menerima tawaran itu, meski tak terdengar, Arwin mengaku sibuk bekerja di perusahaan investasi. Di sini, ia bekerja sama dengan mantan wakil Ketua Kadin John Prasetyo dan mantan Direktur Utama Danareksa, Lin Che Wei.

"Saya melanglang buana ke beberapa negara sebagai calon investor," kata dia. Tapi, karena kondisi pasar uang sedang lesu, keinginan berburu ladang investasi pun menurun.

Di tengah kelesuan pasar itu, lamaran datang dari negeri Jiran Malaysia untuk memimpin anak usaha mereka yang beroperasi di Indonesia. CIMB Group adalah kepanjangan tangan Khazanah Berhad, BUMN yang dikendalikan oleh pemerintah Malaysia.

Kemenkominfo Gelar Talkshow “Rekam Jejak Digital di Ranah Pendidikan”

Tak pelak, bankir senior itu pun menerima lamaran juragan dari negeri seberang. "Ada dua alasan mengapa saya menerima tawaran itu," kata pria yang selalu bergaya flamboyan itu.
 
Pertama, Arwin tidak bisa lepas dari ikatan emosional. Ia pernah bekerja di Bank Niaga selama 12 tahun dan jabatan terakhirnya adalah Wakil Direktur Utama sebelum pindah ke BPPN.

Kedua, dia berpikir bank hasil merger itu adalah bank yang lebih besar. "Sebab saya pernah berkiprah di BNI dan Danamon, mengapa tidak mencoba memajukan bank ini, menggabungkan dua bank yang sehat menjadi maju dan terdepan," kata dia beberapa waktu lalu.
 
Arwin mengaku pengalaman sebagai bankir yang pernah merestrukturisasi bank akan bermanfaat. Ia pernah bekerja di BPPN yang berperan menyehatkan bank-bank sakit. Ia juga membidani Danamon saat disehatkan oleh BPPN. Saat itu Danamon harus menutup 400 cabang dan merasionalisasi 12.000 karyawan.
 
Saat ini, pria kelahiran Roma, Italia, 22 Januari 1957 lalu ini, memiliki tugas baru. Ia ditugasi memimpin CIMB Niaga tumbuh besar menjadi bank ternama di Indonesia. Atas pertimbangan itu, menurut dia, merger kali ini tidak perlu rasionalisasi.

"Saya punya obsesi CIMB Niaga jadi bank favorit masyarakat," ujar pria yang menghabiskan masa kanak-kanaknya di berbagai negara itu. Artinya, bank ini jadi andalan di semua lini seperti syariah, bank mikro, kredit perumahan hingga bank investasi.

Sekjen DPP PKS Aboe Bakar Al Habsyi.

PKS Terbuka untuk Bertemu Prabowo tapi Bukan untuk Menyusul PKB

Sekretaris Jenderal PKS Aboe Bakar Al-Habsyi mengatakan rencana pertemuan dengan calon presiden terpilih Prabowo Subianto masih menunggu waktu yang tepat.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024