Iklan Kontroversial PKS

Pengamat: Karena 'Baju Islam' Kesempitan

VIVAnews - Pengamat politik dari Universitas Paramadina, Yudi Latif, melihat Partai Keadilan Sejahtera larut dalam pragmatisme politik dengan menampilkan iklan bermuatan mantan Presiden Soeharto. PKS ingin merangkul para simpatisan Soeharto.

"PKS hari ini ingin menampilkan satu citra baru untuk keluar dari stigma partai Islam. Kalau dulu Amien Rais mengatakan baju Islam kesempitan, hal yang sama kini melanda PKS. Dia ingin merangkul elemen-elemen yang selama ini tidak dikategorikan kelompok Islam dengan menampilkan figur-figur yang lebih nasionalis dalam iklan kampanye politiknya," kata Yudi usai mengikuti Simposiun Partai Kebangkitan Bangsa, di Balai Kartini, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Selasa, 11 November 2008.

"Persoalan Soeharto apakah melanggar HAM, korupsi, itu sifatnya elitis dan merupakan hal yang sama seperti dilemparkan pada Prabowo. Tapi bilan berdasarkan pertimbangan pragmatis, dalam rangka mobilisasi sumber daya politik dari keluarga-keluarga Soeharto dan simpatisan-simpatisan Pak harto, hal tersebut bisa dikesampingkan," lanjut Yudi.

Namun Yudi menilai iklan memakai Soeharto tidak efektif. Simpatisan Soeharto sudah memiliki sejumlah partai andalan seperti Partai Karya Peduli Bangsa, Gerakan Indonesia Raya dan Hati Nurani Rakyat. "Dari segi perekrutan, PKS tetap menganggap posisi-posisi penting harus diduduki kadernya."

Aurel Hermansyah dan Keluarga Terjebak di Bandara Dubai Berjam-jam, Bisa Pulang ke Indonesia?
Ilustrasi logo Mahkamah Konstitusi.

MK Kirim Surat ke Pihak Anies dan Ganjar untuk Hadiri Sidang Putusan Sengketa Pilpres 2024

Para pihak yang berperkara bakal didudukan dalam satu majelis yang sama di sidang putusan sengketa Pilpres 2024.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024