BI: Dolar Kering di Mana-mana

VIVAnews - Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar sepanjang Rabu 11 November 2008 bukan disebabkan spekulasi yang tinggi. Yang sudah pasti akibat kekeringan likuiditas yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.

Keringnya likuiditas bisa terlihat dari ambruknya pasar modal. Dan hal itu tidak hanya terjadi di Indonesia. "Orang benar-benar membutuhkan dana di luar sana. Kebutuhan itu cukup besar," kata Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda S Goeltom di Jakarta.

Menurut Miranda dalam pertemuan negara-negara anggota Group 20 (G20) di San Paolo, Brasil, 40 gubernur bank sentral di dunia semua menyatakan negaranya mengalami masalah yang sama. Kekeringan likuiditas itu membuat kebutuhan dolar secara fundamental sangat besar.

"Adanya capital out flow, nilai tukar yang melemah, ekspor yang turun dan negara yang sektor riil yang sudah terasa, tapi kita masih belum. Secara fundaental itu kenyataan saat ini," kata dia.

Ketersediaan dolar AS saat ini sangat tipis sementara yang membutuhkannya cukup banyak. "Sekarang itu di Indonesia nggak ada batasan kalau orang membutuhkan dolar," katanya.

Bakal Stop Beroperasi di Medan, SPBU Shell: Terima Kasih Buat Semua Pelanggan Setia Kami

Agar likuiditas valuta asing digunakan sebaik-baiknya, Bank Indonesia mengeluarkan peraturan baru yang mengatur jual beli valas. Setiap individu, badan hukum Indonesia, dan asing kini wajib menyertakan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan underlying transaction untuk kebutuhan dolar sebesar US$ 100 ribu sebulan.

VIVA Militer: Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir

Atasi Masalah Kepadatan di Penjara, Israel Usulkan Hukum Mati Tahanan Palestina

Menteri Keamanan Israel, Itamar Ben-Gvir mengatakan bahwa menerapkan hukuman mati kepada tahanan Palestina adalah solusi tepat untuk mengatasi masalah kepadatan penjara.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024