Menulis Itu Sulit !

VIVAnews - Menulis itu sulit. Terbukti dengan skripsi saya yang masih tertunda penyelesaiannya dalam dua tahun terakhir. Tapi hari ini saya beranikan menulis untuk pertama kalinya, karena seorang teman lama memaksa saya untuk menulis.

Awalnya sempat berusaha menolak, karena saya merasa tak punya kemampuan menulis sebaik blog-blog yang selama ini saya kunjungi. Untuk saya yang bekerja dibidang akunting melacak kesalahan dalam laporan keuangan rasanya lebih mudah daripada harus membuat tulisan.

Sepanjang sore saya berusaha untuk membuat tulisan seperti yang diminta teman saya itu. Tapi hingga malam nyaris berganti pagi, saya belum juga berhasil menulis sepatah kata pun.

Dalam hati saya mengutuki kebodohan diri yang akhirnya menyepakati janji untuk mencoba menulis, padahal janji kan utang, dan utang musti dibayar.

Tekuk Korea Selatan, Rafael Struick: Ayo Kita ke Paris dan Ciptakan Sejarah Lagi!

Saya berpikir alangkah beruntungnya teman saya yang memiliki talenta pemberian Allah, sehingga untuk dia menulis tiga paragraf udah seperti bikin indomie, mau mulai dari mana juga pasti jadi.
 
Di tengah kebingungan akan menulis apa, saya sempat berkunjung ke toko buku Gramedia di Matraman bersama seorang teman. Niatnya sih ingin melihat-lihat koleksi buku terbaru sekaligus belanja alat tulis kantor (ATK). Tapi rupanya hari itu Gramedia tutup lebih cepat, karena akan dilakukan stock opname, sehingga pengunjung pun harus bergegas meninggalkan toko yang tutup pukul 20.00 itu. Saya pun hanya sempat belanja ATK tanpa bisa melihat koleksi buku terbaru seperti yang direncanakan.

Belanja usai, perut pun keroncongan. Saatnya berburu makan malam. Sederet ide yang melintas di kepala untuk mengisi perut terpaksa batal diwujudkan karena saya dan teman tersesat. Niat hati ingin makan sesuai selera, tapi apa daya pilihan pun akhirnya jatuh pada masakan Padang atau Menado. Menurut kami setidaknya kedua jenis masakan itu memiliki rasa yang “jelas” di belantara kuliner Jakarta.

Kami yang terbiasa dimanja dengan kenikmatan makanan khas Sunda, mencari makanan di Jakarta seperti siksaan, karena sulitnya mencari makanan dengan harga pantas seperti yang biasa kami temukan di seantero Bandung. Acara makan di Jakarta hanya upaya penggugur rasa lapar dan pencegah masuk angin.

Berputar-putar di arah Tebet –Pancoran, hingga akhirnya kami pun memutuskan untuk menyantap masakan Padang di sebuah rumah makan di ITC Fatmawati. Rumah makan ini dimiliki seorang ibu asal Payakumbuh yang sudah terkontaminasi oleh bahasa gaul jakarta, walau tidak merubah logat bicaranya.

Rumah makan ini berhasil kami temukan, setelah berputar-putar hampir separuh wilayah Jakarta, bahkan nyaris kesasar hingga ke Depok, ternyata memang sebuah rekomendasi yang bagus. Rasa  makanan disini mengingatkan saya dengan menu di  rumah makan di Bu Mus Buah atau Uni Ju di sebelah Pizza Hut Buah Batu, Bandung.

Mungkin karena memang sedang lapar berat, sehingga rasanya memang sangat nikmat. Kami barangkali pengunjung terakhir yang datang malam itu, disamping tiga orang lain yang saya tebak sebagai keluarga si empunya toko, karena setelah kami makan, seluruh pelayan beranjak pulang, maklum udah lewat pukul 22.00 saat itu.

Ketika kami pamit membayar, si ibu dengan ramah mengajak kami mengobrol. Akhirnya ketahuan kalau teman saya itu masih satu suku dengannya yang sudah lama tak pulang kampung. Ibu pemilik rumah makan juga mengatakan pada temen saya untuk mengajak saya untuk berkunjung ke Sumatera Barat dan menikmati kelok 44 dan danau yang indah.

Wah.... apalagi itu ? Jaman saya sekolah, saya hanya kenal kelok 9, yang sempat saya nikmati dalam beberapa kali perjalanan dari kota tempat saya tinggal semasa kecil, di Dumai Riau, menuju Sumatera Barat. Barangkali saya memang harus bisa menabung, untuk kembali ke tanah Andalas itu.
 
Akhirnya perjalanan malam itu berakhir, melintasi kawasan elit Pondok Indah, saya mengantar teman saya pulang, sebelum akhirnya menikmati jalanan kota Jakarta yang sudah lengang karena sebagian penghuninya mulai terlelap.

Dan dalam perjalanan pulang saya teringat lagi janji untuk menulis... OMG, it’s haunted me.Dan lebih parah lagi, saya juga belum menulis sebuah kalimat pun untuk skripsiku. Menulis memang tak mudah... ?

Pemandangan Gunung Kembang, Wonosobo, Jawa Tengah.

Nyamannya Naik Gunung Terbersih di Indonesia

Menghirup udara segar plus menikmati indahnya alam pengunungan, kebersihan menjadi salah satu faktor terpenting. Dan paket lengkap itu bisa ditemukan di Gunung Kembang.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024