Bank Sentral AS Kucurkan Dana US$800 Miliar

VIVAnews - Ekonomi Amerika Serikat (AS) kembali mendapat suntikan dana bantuan. Setelah mendapat US$700 miliar yang disetujui Kongres bulan lalu, kali ini Bank Sentral atau Federal Reserve (The Fed) menyuntikkan dana US$800 miliar untuk membantu stabilitas sistem keuangan AS. 

Di Washington DC, Menteri Keuangan Henry Paulson Selasa sore, 25 November waktu setempat (Rabu pagi WIB) mengatakan dana dari The Fed itu merupakan paket stimulus untuk menambah penyediaan pinjaman bagi konsumen. "Kami berkomitmen untuk menggunakan segala daya demi mempertahankan kekuatan institusi keuangan kami dan menstabillkan pasar keuangan untuk meminimalisir dampak [krisis] yang meluas bagi seluruh perekonomian," kata Paulson seperti dikutip stasiun televisi BBC.

Maka pemerintah sudah menetapkan alokasi penggunaan stimulus US$800 miliar yang diberikan The Fed. Sebanyak US$600 miliar untuk membeli sekuritas hipotek yang bermasalah - termasuk US$100 miliar untuk membeli aset-aset dari perusahaan pembiayaan perumahan Fannie Mae dan Freddie Mac. Menurut The Fed, alokasi dana yang besar untuk pembelian aset-aset bermasalah itu penting untuk mengurangi biaya hipotek rumah dan meningkatkan penyediaan kredit rumah bagi konsumen. Pembelian hipotek maupun sekuritas hipotek itu akan memakan waktu berbulan-bulan.  

Sedangkan US$200 akan digunakan untuk memulihkan kegiatan pasar kredit konsumen. Menurut Paulson, pasar kredit konsumen di AS tengah dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Pasalnya, sejak Oktober lalu masyarakat sulit mendapatkan pinjaman untuk kebutuhan pokok, seperti kartu kredit, cicilan mobil, hingga kredit untuk biaya kuliah. Maka dana yang diberikan oleh The Fed mendukung pemerintah untuk membuka kembali penyediaan kredit bagi masyarakat melalui bank dan perusahaan pembiayaan. 

Dana dari The Fed itu mendapat sambutan baik di kalangan pengamat. "Itu artinya mereka langsung ke inti masalah. Tindakannya jelas, cepat, dan langsung. Itu merupakan cara yang baik untuk menurunkan suku bunga hipotek karena pada akhirnya mereka harus menstabilkan pasar perumahan," kata Todd Abraham dari Federated Investors.
 
"Pada kasus ini, The Fed mengangkut setumpuk utang dari pasaran dan itu bukan langkah yang menyakitkan. Menurut saya, seharusnya langkah tersebut bisa mengatasi kendala di pasar kredit," kata Scott Brown, ekonomi dari Raymond James Associates.

Krisis keuangan yang menyakitkan ekonomi AS dan juga dunia berawal lebih dari satu tahun lalu. Saat itu perbankan mengalami masalah kredit macet dari hipotek konsumen kelas dua (menengah) atau mereka yang memiliki tingkat pendapatan yang lemah.  

Kunci Pelita Jaya Bekap Prawira Bandung dan Lolos Putaran Final BCL Asia
Ilustrasi pencegahan stunting

Jokowi: Indonesia Succeeded in Reducing Stunting Rate

Indonesian President Joko Widodo (Jokowi) stated that Indonesia successfully in reducing stunting rate to 21.5 percent by the end of 2023.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024