Produk Spekulatif Bank

BI: Ada Produk yang Sudah Rugikan Konsumen

VIVAnews - Bank Indonesia telah mengumpulkan data produk berbau spekulatif yang dikeluarkan industri perbankan nasional. Dari data yang masuk, meski produknya sama, bank memberikan nama yang berbeda-beda. Beberapa produk terindikasi sudah merugikan konsumen.

"Kita minta informasi yang lebih lengkap sehingga Bank Indonesia bisa melihat mana kira-kira produk-produk yang berisiko atau tidak," kata Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda S Goeltom di Gedung DPR, Jakarta, Selasa 9 Desember 2008.

Informasi tersebut diperoleh dari kalangan perbankan yang dikumpulkan bank sentral pekan lalu. Saat itu BI juga meminta kepada manajemen bank agar meningkatkan kepuasan nasabahnya dengan lebih aktif menjelaskan kepada calon nasabah/customer mengenai produk-produk yang bukan produk biasa.

Dari data yang masuk ke BI, produk derivatif bermacam-macam jenisnya, ada yang dalam bentuk call forward, straight option, ada yang haknya di customer, bank dan lain-lain dengan desain yang dirancang berbeda oleh masing-masing bank.

Sebetulnya, kata Miranda, BI sudah mengeluarkan regulasi soal produk derivatif ini. Namun pada perjalannya perkembangan produk keuangan terjadi dengan sangat cepat. Otoritas moneter sendiri dari waktu ke waktu selalu memanggil bank-bank. Dan belakangan ini karena begitu banyak munculnya masalah-masalah  structure product, Bi ingin meyakinkan bank-bank bahwa BI merasa perlu untuk mengumpulkan informasi secara lengkap, bukan hanya jumlah, tapi jenis-jenis dan maturity, serta structurednya.

"Kami menekankan kita minta kepada bank untuk melakukan edukasi yang baik pada setiap konsumen. Misalkan konsumen bahasa Inggris nggak bisa. Orang sangat sederhana, dikasih produk yang ajaib-ajaib secara logis kan mestinya nggak, kecuali dijual ke perusahaan maju, yang ada ahli keuangan," beber Miranda.

Beberapa produk, kata Miranda sudah terindikasi merugikan konsumen. Namun ada juga produk yang masih relatif aman. " Ada yang iya (merugikan), ada yang belum," katanya.

Heboh Dugaan TPPO, Begini Pengakuan Mahasiswa Unnes saat Ikuti Ferienjob di Jerman

Deputi Gubernur BI Budi Mulya mengatakan, BI tidak ingin ada salah satu pihak yang dirugikan dalam transaksi derivatif ini, khususnya terkait kontrak antara bank dan konsumennya. Jika kontrak sudah berjalan, BI berharap ada win-win solution bagi semua pihak supaya tidak ada kerugian yang lebih besar lagi yang ditimbulkan.

Jika kontrak dinilai wajar, kata dia, tentu tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Yang mengkhawatirkan adalah jika produk tersebut harus dilindung nilai (hedging) dan pelaksanaan hedgingnya berlebih. "Kalau over ekspektasi, bahkan ditambahkan untuk meningkatkan return itu sudah spekulasi namanya," kata dia.

Kondisi tersebut, kata Budi, telah membuat rupiah tertekan karena salah satu pihak harus menyediakan likuiditas dolar cukup besar. "Ini harus kita jaga, BI konsern di sini. Tapi ke mikronya kita bahas bersama dengan kedua belah pihak, baik pembeli maupun penjual," kata dia.

Salah satu yang dilakukan BI adalah mengeluarkan Peraturan BI yang bertujuan meminimalisasi transaksi spekulatif tersebut.

Deputi Gubernur BI Muliaman Hadad menambahkan, dalam pertemuan dengan perbankan nasional, bank-bank berjanji akan menjelaskan secara transparan produk yang mereka tawarkan dan soal risiko yang harus ditanggung konsumen pembeli produk tersebut.

Ia juga menambahkan, BI kini sudah mengantongi total eksposure produk tersebut. Selanjutnya akan ada pertemuan lanjutan.

BI saat ini tengah mengharmonisasikan aturannya dengan Bapepam. "Saya kira masih terus ditingkatkan," katanya.

Putra Tamara Bleszynski Ditabrak Orang Tak Bertanggung Jawab di Depan Rumah
Pemain Chelsea rayakan gol Raheem Sterling

Chelsea Proteksi Raheem Sterling dari Hinaan Fans

Pelatih Chelsea, Mauricio Pochettino coba memproteksi Raheem Sterling. Pemain asal Inggris itu menjadi sasaran ejekan suporter saat tampil di Piala FA lawan Leicester.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024