MJ Akbar

Derita India


Di Asia Selatan, tersembunyi di antara tempat-tempat berselimut debu tebal dan terlantar karena kemiskinan ekstrim, terdapat satu tempat dengan berbagai persoalan. Tragedi Somalia di Afrika sana, ternyata juga eksis di Asia Selatan.

Keadaan ini dipicu oleh pelaku kriminal yang memegang kendali atas ekonomi pasar gelap skala luas. Kelompok yang berpotensi mengacaukan negara ini sekarang sedang berkembang pesat di Mumbai, India, dan bertahan hidup dengan jalan menyuap oknum polisi setempat. Seperti kumpulan magma panas, kelompok macam ini mulai meluluh lantakkan jalanan kota Mumbai.

Pada banyak kasus, anggota kelompok ini sebenarnya tidak memahami makna dari patriotisme maupun moralitas itu sendiri. Kondisi ini membuat mereka mudah terpikat oleh iming-iming yang diberikan oleh jaringan teroris, terutama ketika mereka sedang terjepit masalah. Di Mumbai, sejumlah besar dari anggota kelompok ini adalah kaum muslim yang tidak dilibatkan dalam kegiatan ekonomi formal, sehingga mereka mengembangkan kepentingan kelompok sendiri selama lebih dari 50 tahun.

Freeport Boss Meets Jokowi to Discuss Mining Contract Extension

Polisi Mumbai menyelidiki ledakan mobil, 26 November 2008

Hingga saat ini, detil tentang peristiwa naas Mumbai yang mengakibatkan terbunuhnya lebih dari 100 orang belum juga terkuak. Meskipun demikian, diketahui bahwa setidaknya terdapat 30 orang bersenjatakan senapan AK47 dan granat melakukan peledakan dan penyanderaan di kota pusat bisnis dan pusat perputaran keuangan India itu.

Sasaran mereka adalah warga India dan warga asing, terutama orang Amerika Serikat (AS) dan Inggris. Kuat dugaan bahwa serangan tersebut dilancarkan dari Pakistan melalui Laskhar-e-Tayba, organisasi teroris yang ditopang oleh kelompok sekuler India dan dibayangi oleh lembaga-lembaga Pakistan, serta didukung oleh kalangan rakyat tertentu (street suppport).

Hadiri Buka Puasa Partai Golkar, Prabowo-Gibran Duduk Semeja dengan Airlangga

"Sesungguhnya, serangan itu tidak hanya menunjukkan kegagalan tugas polisi tapi juga kegagalan kerja pemerintah dan ini akhirnya berujung pada perang saling menyalahkan"


Pertumpahan darah dan peristiwa dramatis itu menyebabkan satu elemen penting terlupakan. Operasi serangan itu telah direncanakan selama berbulan-bulan, termasuk menentukan jenis senjata berbahaya yang akan dipakai, kelompok pasukan yang digerakkan.

Jumat Agung, Presiden Jokowi Ajak Resapi Makna Pengorbanan Yesus Kristus

Mereka juga memperlajari target, mengorganisir sarana transportasi, dan mengidentifikasi titik kelemahan. Rencana serangan yang melibatkan ratusan orang itu pun terjadi, dan lagi-lagi lembaga besar milik pemerintah India tidak menghasilkan apapun.

Pimpinan Pasukan Anti Teror India, Hemant Karkare, yang juga menjadi korban atas peristiwa Mumbai, sebelumnya telah menerima ancaman pembunuhan dari kota tetangga, Pune. Unitnya justru mengabaikan ancaman ini dan justru sibuk dengan permainan atas nama pimpinan politik mereka. Para pelaku politik India tampaknya lebih memilih untuk 'melindungi' para teroris daripada dicap tidak melakukan apa-apa atau berkamuflase.

Penduduk Mumbai menyaksikan krisis penyanderaan, 27 November 2008

Sesungguhnya, serangan itu tidak hanya menunjukkan kegagalan tugas polisi tapi juga kegagalan kerja pemerintah dan ini akhirnya berujung pada perang saling menyalahkan. Ini adalah satu bentuk kejahatan politik.

Tak bisa dipungkiri bahwa India adalah negara tangguh dan tak seorang pun yang meragukannya. India telah melawan teroris muslim di Kashmir, teroris Sikh di Punjab, teroris Kristen di Nagaland, teroris Hindu di Assam dan di seluruh penjuru negeri. Kita tidak dapat menyalahkan seluruh komunitas atas dosa yang dilakukan oleh beberapa kelompok.

Namun di bawah pemerintahan yang tidak efektif, terutama dalam tiga tahun terakhir, India mengalami degradasi dan mulai menjadi negara yang lemah. Bukannya menjadi pemimpin negara-negara di dunia dalam memerangi terorisme, India malah tenggelam dalam keputusasaan karena korban terorisme terus berjatuhan. Kalau kita tilik dari jumlah korban serangan teroris, India hanya setingkat di bawah Irak.
 
Tiga tahun lalu Perdana Menteri India, Manmohan Singh, dengan bangga berkata pada Presiden George W. Bush di New Delhi bahwa Muslim India sama sekali tidak terlibat dalam tindakan terorisme apapun. Implikasi yang muncul kemudian adalah bahwa integrasi Muslim ke dalam masyarakat India mencatat kisah sukses.

Singh secara tidak langsung menyatakan bahwa kelompok muslim menunjukkan manfaat sisi baik demokrasi. Ini dijadikan Bush sebagai sebuah kesimpulan, yang dipercayainya dengan senang hati. Namun Singh tentunya tidak bisa mengelabui kelompok teroris.  Beberapa dari mereka malah menjadikan ungkapan bangga Singh sebagai tantangan untuk beraksi.

Saya adalah seorang India dan seorang Muslim, dan saya bangga menyandang kedua status itu. Seperti warga India lainnya, hari ini saya marah, frustasi, dan sedih. Saya marah pada anjing-anjing maniak perang yang menyerbu Mumbai.

Saya frustasi oleh ketidakmampuan pemerintah Mumbai dan New Delhi, ketulian mereka terhadap penderitaan warga negara. Dan saya sedih atas kehancuran yang mereka lakukan terhadap India.

M.J Akbar, mantan anggota parlemen India dan penasihat mendiang Perdana Menteri Rajiv Gandhi, adalah redaktur pendiri The Asian Age dan mengelola Asia Society Associate. Artikel ini disadur dari laman Project-Syndicate, www.project-syndicate.org

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya