Kans Hidayat Nur Wahid

PKS Kapitalisasi Hidayat untuk 2014

VIVAnews - Di antara deretan tokoh-tokoh yang berusia di bawah 60 tahun, Hidayat Nur Wahid merupakan figur yang dianggap publik paling pantas menjadi presiden atau wakil presiden berdasarkan survei Indonesian Research and Development Institute (IRDI) pada 6-13 Oktober 2008 lalu. Hidayat mengantongi 32,92 persen suara responden, mengalahkan Andi Mallarangeng, Soetrisno Bachir, dan Anas Urbaningrum.

Namun, Hidayat keok ketika diadu dengan tokoh-tokoh tua seperti Susilo Bambang Yudhoyono, Megawati Soekarnoputri dan Sri Sultan. Lembaga Survei Indonesia menemukan dalam survei akhir Oktober 2008, Hidayat hanya memperoleh dua persen dukungan ketika ditanyakan 'siapa presiden pilihan Anda jika Pemilihan digelar hari ini'. Bandingkan dengan Yudhoyono yang meraup 38 persen.

Sebagai calon presiden, Hidayat populer di kalangan pemilih yang berpendidikan tinggi dan di kalangan pemilih muda. Survei IRDI menemukan, Hidayat meraup dukungan 22,4 persen pemilih berpendidikan tinggi. Posisinya hanya kalah dari Yudhoyono yang meraup 44,8 persen. Namun di pemilih berpendidikan rendah, popularitas Hidayat berbanding terbalik dengan pemilih di pendidikan tinggi. Hidayat paling rendah meraih suara pemilih berpendidikan rendah dibanding semua calon lainnya.

Partai Keadilan Sejahtera yang menempatkan Hidayat dalam salah satu dari delapan kader PKS yang disiapkan untuk pemimpin nasional itu, mengakui secara umum popularitas pria Klaten itu masih rendah sebagai calon presiden. Namun, sebagai calon wakil presiden, popularitas alumnus Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga ini tak terbendung.

"Rating Pak Hidayat terus naik, meskipun preferensi publik masih menempatkannya di posisi calon wakil presiden ketimbang calon presiden.  Ini menjadi salah satu modal politik PKS yang akan terus kami kapitalisasi – walaupun Pak Hidayat bukan satu-satunya calon pemimpin nasional dari internal PKS," kata salah satu ketua Tim Pemenangan Pemilu PKS, Mahfudz Siddiq, kepada VIVAnews.

Dan Pemilihan Presiden 2009 ini, PKS tahu diri, hanya menyiapkan Hidayat sebagai calon wakil presiden. Koalisi dengan partai-partai tengah seperti Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan siap digalang PKS. "Dalam politik, segala sesuatu serba mungkin," kata Mahfudz. 

Dari segi pemikiran politik, menurut Mahfudz, PKS memahami bahwa politik bukanlah urusan yang bersifat asasi, melainkan urusan yang bercabang dan terbuka bagi ruang ijtihad.  "Yang paling penting, sejauh manakah persamaan dan perbedaan antara PKS dan partai-partai yang akan berkoalisi.  Semakin banyak persamaan, ya semakin besar peluang koalisi," ujarnya.

Menurut Mahfudz, yang menjadi pandangan dan pijakan ialah, PKS ingin membangun pemerintahan yang kuat dan kehidupan partai politik yang kuat.  "Polarisasi dan dikotomi antara partai Islam dan partai nasionalis harus segera dihilangkan. Keduanya harus saling mendekat dan bekerja sama," katanya.

"Karena itu PKS tidak terlalu tertarik dengan koalisi partai-partai Islam yang akan semakin mengentalkan polarisasi dan dikotomi tersebut.  Berdasarkan kalkulasi politik pun, koalisi partai Islam tidak akan pernah melampaui angka perolehan suara 40 persen."

Itulah taktik PKS untuk 2009. Taktik ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang PKS untuk 2014: merebut kepemimpinan nasional. "PKS ingin memenangkan Pemilu 2014 melalui Pemilu 2009 ini," kata Presiden PKS, Tifatul Sembiring.

Tifatul menjelaskan, Pemilu dan Pemilihan Presiden 2009 merupakan pertarungan 'The Last of the Mohicans', pertarungan antara politisi-politisi tua seperti Megawati, Yudhoyono, Wiranto, dan Sri Sultan. "Begitu masuk Pemilu 2014, mereka semua ini sudah selesai,” ujar Tifatul. 

Menurut Tifatul, tokoh-tokoh tersebut tidak mungkin memaksakan diri untuk bertahan lebih lama lagi di arena perpolitikan nasional, karena pada saat itu mereka sudah akan berumur lanjut. "Jangankan berpolitik, untuk jalan saja mungkin sudah susah."

Itulah sebabnya, Musyawarah Dewan Syura PKS yang digelar Oktober 2008 tak menyebut delapan nama termasuk Hidayat sebagai 'Delapan Calon Presiden'. "Melainkan 'Delapan Calon Pemimpin Nasional', artinya, bisa jadi calon presiden, bisa juga calon wakil presiden," kata Mahfudz.

Heboh Dugaan TPPO, Begini Pengakuan Mahasiswa Unnes saat Ikuti Ferienjob di Jerman
Pemain Chelsea rayakan gol Raheem Sterling

Chelsea Proteksi Raheem Sterling dari Hinaan Fans

Pelatih Chelsea, Mauricio Pochettino coba memproteksi Raheem Sterling. Pemain asal Inggris itu menjadi sasaran ejekan suporter saat tampil di Piala FA lawan Leicester.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024