Kudeta di Guinea

Parade Militer Unjuk Kekuatan

VIVAnews - Pimpinan kudeta di Guinea dan beberapa ribu tentara berparade melalui ibukota negara, Conakry, Rabu 24 Desember 2008, yang disambut kerumunan masa yang meneriakan, ‘panjang umur Presiden!”. Tentara pembelot, Kapten moussa Camara mengatakan kelompoknya akan mempertahankan kekuasaan hingga pemilihan dua tahun mendatang.

5 Fakta Menarik Persib Bandung Usai Benamkan Persebaya Surabaya di Liga 1

Ribuan massa berbaris di jalanan untuk mengelu-ngelukan Camara, seseorang tak dikenal hingga kematian diktator Lansana Conte dan memicu pergolakan politik.

Camara berdiri diatas truk militer pertama yang berkonvoy, melewati rute istana presiden,dan melambaikan tangan pada gerombolan orang. Pasukan yang berjajar mengacungkan Kalashikovs (AK-47), bergabung dengan parade.

Pengembang Perumahan di Dubai Beri Perbaikan Rumah Gratis Setelah Banjir Bandang

“Saya datang untuk menyaksikan apakah daerah ini menguntungkan bagi kami. Dan saya menyaksikannya,” kata Camara kepada kerumunan massa, dimana sebagian dari mereka melambaikan ranting pohon sebagai tanda perayaan.

Ini pertama kalinya warga ibukota berani mengambil resiko keluar dari rumah, sejak militer memimpin kudeta yang dideklarasikan Selasa lalu, pecah di negara Afrika Barat ini.

Yen Amblas ke Level Terendah dalam 34 Tahun, Menkeu Jepang Bakal Ambil Tindakan

Awalnya pemimpin kudeta menjanjikan pemilu dalam 60 hari, tapi Camara mengatakan dalam siaran televisi, Rabu kemarin, bahwa 32 anggota junta akan memegang kekuasaan sekitar dua tahun.

“Dewan Nasional untuk Demokrasi dan Pembangunan, tak memilik ambisi untuk mempertahankan kekuasaan, kata Camara pada radio pemerintah. “ Kami disini untuk mendorong organisasi yang kredibel dan transparan dalam pemilu presiden akhir Desember 2010,” lanjutnya.

Para prajurit yang setia pada pemimpin kudeta memenuhi tank dan jip yang dilengkapi dengan senjata roket peluncur.

Perdana Menteri Guinea, bersembunyi sejak kudeta dideklarasikan, mengatakan Rabu pagi bahwa pemerintahan tetap memegang kendali.

“Kapten tak dikenal ini tak mengendalikan militer. Mayoritas dari tentara masih setia, tapi sekelompok kecil bisa menyebabkan ketidakpatuhan yang besar, “ kata PM Ahmed Tidiane Souare dalam wawancara melalui telepon kepada AP, dari sebuah lokasi yang tak disebutkan.(AP)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya