Krisis Politik Thailand

Pidato PM Abhisit Pindah ke Kantor Deplu

VIVAnews - Ribuan demonstran Thailand yang menuntut diadakannya pemilu baru, memblokir Gedung Parlemen hari kedua, Selasa 30 Desember 2008, dan polisi anti huru hara berusaha membersihkan jalur bagi Perdana Menteri baru masuk Gedung Parlemen untuk memberikan pidato perdana soal kebijakan.

Sidang Sengketa Pilpres, MK Pertimbangkan Hadirkan Mensos hingga Menkeu

Demonstran yang mengenakan kaus merah ini pendukung setia mantan PM Thaksin Sinawatra. Mereka mulai berkumpul Minggu 28 Desember 2008, dan menutup gedung parlemen di Bangkok hari Senin, mendesak Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva untuk menunda pidato pertamanya.

Sesi khusus tersebut telah dijadwal ulang pukul 9.30 pagi, Selasa. Ratusan polisi anti huru hara bersenjata lengkap telah berbaris di dalam pintu gerbang gedung parlemen mencoba membuka jalan agar mobil van polisi berpenumpang anggota parlemen bisa lewat.

4 Pria Terkapar Babak Belur di Depan Polres Jakpus, 14 Anggota TNI Diperiksa

Abhisit, yang terpilih menjadi Perdana Menteri oleh parlemen 15 Desember lalu setelah berbulan-bulan demonstrasi oleh kelompok anti Thaksin, Aliansi Rakyat untuk Demokrasi (PAD), harus menyampaikan pidato sebelum pemerintah secara resmi memulai kerja mereka.

“Saya tak takut bila saya masuk maka saya tak bisa keluar, “ kata Abhisit kepada wartawan di kantor pusat Partai Demokrat, sebelum berangkat menuju gedung parlemen bersama dengan anggota parlemen dari partai Demokrat.

Kemenhub Pastikan Mudik 2024 Lancar, Intip Daerah Tujuan Terbanyak hingga Angkutan Terfavorit

Sekitar 9000 demonstran berada di luar gedung parlemen Senin 29 Desember 2008, tetapi polisi mengatakan jumlahnya telah berkurang pada Selasa pagi.

Suthep Thaugsuban, deputi perdana menteri dan sekjen Partai Demokrat, menegaskan kembali bahwa pemerintah tak akan menggunakan kekerasan dalam melawan demonstran.

“Kami ingin membuka jalan bagi anggota parlemen untuk menghadiri pertemuan, tapi kami masih berpegang teguh pada prinsip untuk tak menggunakan kekerasan senjata atau gas air mata, “ kata Suthep kepada televisi Thailand, seperti dikutip Channel NewsAsia, Selasa 30 Desember 2008. “Polisi hanya bersenjatakan perisai pelindung,” lanjutnya.

Tapi upaya membuka jalan bagi masuknya PM Abhisit dan anggota parlemen ke gedung parlemen tak membuahkan hasil. Akhirnya diputuskan tempat pertemuan pidato PM Abhisit dipindahkan ke kantor Departemen Luar Negeri. "Pemerintah berniat menyampaikan pernyataan kebijakan, tapi terhalang oleh para demonstran, " kata Satit Wonghnongtaey, seorang menteri yang melekat pada kantor Perdana Menteri.

"Maka pemerintah memutuskan untuk memindahkan tempat pertemuan ke kantor Departemen Luar Negeri, yang telah dikonfirmasi oleh parlemen sebagai tindakan sah. Kami telah menginformasikan kepada mitra-mitra koalisi dan pertemuan akan segera dimulai segera setelah tercapai kuorum, " kata Satit.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya