Wawancara Dubes Palestina, Fariz Mehdawi (1)

Jelang Pemilu, Israel Sengaja Menyerang Kami

VIVAnews - Sebagai duta besar Palestina di Indonesia, sudah menjadi tugas bagi Fariz N. Mehdawi untuk menjelaskan tragedi yang menimpa bangsanya akibat serangan keji militer Israel sejak Sabtu pekan lalu, 27 Desember 2008. Namun kepada tim VIVAnews, Selasa 30 Desember 2008, Mehdawi tidak saja memberi penjelasan resmi, namun juga secara panjang lebar mengungkapkan jeritan hati rakyat Palestina yang terus menderita akibat blokade ekonomi dan kini agresi militer Israel.

Duta besar yang telah dua tahun bertugas di Indonesia juga mengungkapkan apa yang membuat Israel kembali melakukan serangan bertubi-tubi ke Palestina - baik dari perspektif domestik Israel maupun dari situasi internasional. Mehdawi juga menjelaskan seberapa besar ancaman kelompok Hamas bagi Israel sehingga negara zionis tersebut menjadikan Hamas sebagai alasan untuk menyerang rakyat Palestina.

Berikut petikan satu dari tiga seri wawancara khusus VIVAnews dengan Duta Besar Mehdawi  

Sejak akhir pekan lalu kita kembali menyaksikan tragedi di Palestina. Dengan alasan hanya untuk menyerang kelompok Hamas, serangan udara Israel justru menewaskan ratusan orang tak berdosa, termasuk perempuan dan anak-anak? Menurut Anda apa yang membuat Israel sampai tega melakukan serangan keji itu?

Kami merasa bahwa eskalasi konflik yang dilakukan Israel telah direncanakan sebelumnya. Ini bukan sebuah reaksi.

Gibran: Terima Kasih Pak Ganjar dan Pak Anies

Ini merupakan sesuatu yang telah direncanakan selama beberapa waktu. Kami kira, secara politis, Israel melarikan diri dari kewajiban mereka untuk menjaga perdamaian. Karena kami semua ingat bahwa setelah pertemuan damai Annapolis, Amerika Serikat, tahun lalu (November 2007), komunitas internasional menantikan Israel mengambil kesimpulan dari negosiasinya dengan Palestina untuk mencari penyelesaian semua konflik sekaligus merealisasikan kemerdekaan Palestina.

Namun pada kenyataannya, bukan kesepakatan damai yang dicapai, namun Israel kembali memulai konflik. Apakah ini menunjukkan ketidakseriusan Israel atas komitmen pertemuan di Annapolis?
 
Dengan mengerahkan kekuatan militer berarti tidak menginginkan solusi damai, tetapi mulai beralih ke konflik militer. Dengan mengobarkan perang, berarti tidak memilih jalan damai. Memilih jalan damai dapat dicapai di meja perundingan, negosiasi serius. Dan kita semua tahu perbedaannya. Kami tahu, dan Israel juga tahu apa yang harus dilakukan untuk mencapai perdamaian.

Yang perlu dilakukan adalah meminta Israel mengakhiri pendudukan militernya, yang telah dimulai 1967. Dan mereka harus menarik semua termasuk Jerusalem yang seharusnya adalah ibukota Palestina. Mereka semua perlu membahas semua isu relevan seperti pengungsi, perbatasan, dan mereka harus melucuti semua pendudukan ilegal di tepi barat di Gaza. Semua hal tersebut adalah apa yang diminta oleh komunitas internasional dan yang seharusnya telah dilakukan negosiasi sejak tahun lalu.

Kita semua seharusnya ingat bahwa ketika Presiden Amerika Serikat, George W. Bush, menghadiri pertemuan di Annapolis, dia berjanji bahwa negosiasi akan berakhir sebelum penghujung 2008 dan pada waktu itu seharusnya telah tercapai solusi atas konflik kedua negara.

Karena Israel melancarkan serangan kepada penduduk sipil kami di Gaza berarti mereka mangkir dari kewajiban mereka mencari solusi. Kelihatannya mereka memilih untuk melanjutkan konflik dengan jalur militer. Saya kira yang sedang berlangsung di sini adalah konflik politik. Kami tidak bisa mengerti ini.

Mengapa Anda menilai tragedi ini adalah konflik politik?

Kita harus ingat bahwa sekarang Israel tidak memiliki pemerintahan kuat. Israel sedang bersiap melaksanakan pemilihan umum. Pemilihan ini mungkin akan berlangsung Februari tahun depan (2009). Kita harus sadar bahwa dalam pemilihan tersebut, ada banyak partai di Israel. Ada Likud- partai sayap kanan, Kadima yang pemimpinnya, Ariel Sharon, tengah sekarat. Dia digantikan oleh Ehud Olmert, perdana menteri yang sangat lemah.

Para pemimpin Israel sedang mengalami trauma setelah "petualangan" mereka di Lebanon tahun lalu. Kita semua ingat bahwa pasukan Israel dipermalukan selama konfrontasi itu. Kita semua ingat bahwa Israel mengaku bahwa kinerja pasukan mereka tidak lagi mengesankan dan banyak yang mengundurkan diri, termasuk kepala staf militer dan menteri pertahanan, Amir Peretz dari Partai Buruh, yang kemudian digantikan oleh Ehud Barak.

Jadi tampaknya, penyerangan ini dimaksudkan untuk mencapai dua tujuan. Nomor satu adalah untuk mengembalikan citra pasukan militer Israel. Ini terutama dimanfaatkan untuk menjadi ajang unjuk kekuatan tokoh-tokoh politik Israel jelang pemilihan umum. Setiap kali akan berlangsung pemilihan di Israel, pemimpin politik di Israel biasanya ingin menunjukkan kekuatan mereka masing-masing dengan melancarkan serangan terhadap Palestina. Mereka pikir kami adalah sasaran empuk agar mereka bisa menunjukkan kekuatan otot mereka, untuk menunjukkan kekuasaan mereka. Jadi ini adalah alasan kedua, tentang pemilihan waktu penyerangan.


Israel beralasan bahwa mereka sebetulnya hanya menyerang kelompok Hamas. Seberapa besarkah ancaman Hamas kepada Israel sehingga sampai tega menggempur rakyat Palestina?

Hamas adalah suatu gerakan politik. Tentu saja mereka memiliki anggota militan. Namun kita tahu bahwa mereka tidak memiliki tandingan. Mungkin mereka berbicara terlalu lantang. Namun dalam realitanya, mereka bukanlah pasukan reguler yang dapat menghadapi pasukan dengan kekuatan yang tak biasa dari Israel. Apa yang bisa diharapkan dari beberapa ribu orang Palestina yang antusias dan patriotik dalam membela diri mereka? Mereka tidak dapat menghadapi pasukan bersenjatakan modern milik Israel. Ini adalah serangan satu pihak, monolog, yang tidak bisa dianggap adil. Tidak ada yang bisa menyalahkan warga Palestina yang tak bersalah karena mereka hanyalah menggunakan hak mereka untuk membela diri dengan memanfaatkan apapun yang bisa digunakan sebagai senjata, apakah itu senjata primitif ataupun pistol. Mereka dikepung, dihina, terluka menghadapi kelaparan.


Bagaimana situasi terakhir di Jalur Gaza, terutama setelah diserang Israel?
Selama enam bulan terakhir, di jalur Gaza, suplai obat-obatan, makanan, semuanya ditahan. 11,6 juta populasi tidak dapat keluar dari jalur Gaza. Kami mempunyai tujuh terminal di Gaza, enam di antaranya berada antara Gaza, Israel dan Tepi Barat. Dan semuanya diblok total. Israel mengatakan akan membukanya hanya untuk menunjukkan ke dunia internasional bahwa mereka mengizinkan ini dan itu. Dan satu terminal lagi antara Mesir dan Gaza tidak beroperasi karena masalah pengurusan.

Karena pengurusan dilakukan oleh komunitas internasional melalui Eropa, Otoritas Nasional Palestina, dan Mesir. Terminal itu tidak beroperasi sejak insiden tahun lalu ketika Hamas mengambil alih Gaza dengan kekerasan. Dengan situasi ini Jalur Gaza benar-benar wilayah yang terisolasi total. Bagaikan penjara besar bagi penduduk, sejak 1,5 tahun lalu. Apakah kita akan menyalahkan mereka yang terpenjara ketika mereka berteriak, ketika mereka mencoba memecahkan kaca jendela?

MK Tolak Seluruh Gugatan Anies dan Ganjar, La Nyalla: Mari Lupakan Pertikaian, Kembali Guyub

Ini tidak bisa disebut sebagai serangan melawan siapapun, selain merupakan luapan frustasi oleh orang-orang yang tinggal di kondisi tak berperikemanusiaan. Ini bukan hanya perkataan dari duta besar Palestina, tetapi perkataan dari semua orang yang berada di lokasi kejadian, dari masyarakat internasional. Mereka hanya mengungkapkan perasaan frustasi mereka.

Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta

UNS Kerjasama dengan BRI Gelar Program Desa Inspiratif

Desa yang tergabung dalam program “Desa BRILIAN” diharapkan menjadi sumber inspirasi kemajuan desa yang dapat direplikasi ke desa-desa lainnya.

img_title
VIVA.co.id
23 April 2024