VIVAnews -- Sejak 22 hari penyerangan Israel, baru malam tadi wilayah Gaza merasakan suasana yang senyap.
Pasalnya, setelah tiga pekan membombardir Gaza, Israel mulai menghentikan serangannya secara sepihak sejak Ahad dini hari waktu setempat.
Perdana Menteri Israel Ehud Olmert mengatakan bahwa Israel telah melampaui tujuan utama serangan mereka.
"Tujuan kita telah tercapai, bahkan terlampaui," ujar Perdana Menteri Ehud Olmert, usai rapat kabinet, pada televisi setempat.
Menurutnya, HAMAS telah kalah, infrastruktur militer dan pemerintahan mereka telah rusak sangat parah. Beberapa instalasi pembuatan rocket dan lusinan terowongan telah dimusnahkan, Olmert menambahkan.
Menurut salah seorang produser BBC, beberapa menit sebelum Olmert membuat pernyataan di TV, sebuah roket HAMAS ditembakkan dari Gaza. Namun demikian, Israel yakin HAMAS menerima gencatan senjata ini, karena HAMAS telah kalah.
Penghentian serangan itu disambut baik oleh Amerika Serikat dan PBB. "Penghentian serangan ini adalah langkah awal untuk penarikan mundur pasukan Israel dari Gaza," ujar Sekjen PBB Ban Ki-Moon.
Namun demikian, pasukan-pasukan Israel tidak ditarik dari wilayah itu. Israel baru akan 'mempertimbangkan' kembali untuk menarik pasukan, bila HAMAS juga menghentikan serangan.
Sementara itu, hari Ahad ini Mesir akan mengadakan pertemuan yang akan dihadiri oleh pemimpin Palestina Mahmud Abbas, pejabat PBB dan beberapa pemimpin Uni Eropa untuk mengupayakan perdamaian yang lebih permanen.
Namun, HAMAS mengatakan bahwa pihaknya tetap tidak akan menerima kehadiran pasukan Israel di Gaza. "HAMAS tak menerima seorang pun serdadu Israel yang berada di Gaza," ujar Fawzi Barhum, Juru Bicara HAMAS.
Menurut Barhoum gencatan senjata sepihak dari Israel bukan berarti berhentinya agresi dan serangan Israel. "Ini adalah kondisi perang, sehingga bukan berarti perlawanan kami terhenti."
Sementara wakil HAMAS di Lebanon, Osama Hamdan, mengatakan bahwa Israel telah gagal dalam mencapai tujuannya. Israel harus mundur sepenuhnya dari Gaza, serta menghentikan blokade ekonomi dan membuka perbatasan.
Tak kurang dari 1.200 warga Palestina telah gugur sejak Israel memulai serangannya pada 27 Desember 2008. Di pihak Israel 13 orang dikabarkan meninggal.