RI Tunggu Pendekatan Smart Power AS

VIVAnews - Indonesia menyambut baik pelantikan Hillary clinton sebagai menteri luar negeri baru Amerika Serikat (AS). Selanjutnya, Indonesia menantikan kesungguhan AS di bawah kepresidenan Barack Obama dalam mengubah pendekatan politik luar negerinya, yang akan memilih pendekatan negosiasi ketimbang bertindak sendiri, seperti yang pernah dijanjikan Clinton.

Demikian kata Menteri Luar Negeri Indonesia, Hassan Wirajuda. Dia menyorot komitmen Clinton yang akan memperjuangkan kepentingan politik luar negeri AS melalui pendekatan yang persuasif. Clinton menyebutnya sebagai "smart power" (kekuatan cerdik).

"Satu hal yang menarik dalam rapat di Kongres beberapa waktu lalu, Hillary Clinton menjanjikan penggunakan smart power yang mengedepankan soft power, yaitu upaya melalui jalan persuasif dan negosiasi untuk selesaikan menyelesaikan masalah dunia," kata Wirajuda usai menghadiri jamuan minum kopi dengan para duta besar negara sahabat di Departemen Luar Negeri RI, Jakarta, Kamis sore 22 Januari 2009.

Menurut Wirajuda, smart power merupakan pendekatan yang terbalik dibandingkan delapan tahun pemerintahan George W. Bush. "Kita lihat saja nanti apakah kenyataanya akan demikian," kata Wirajuda.

Saat memaparkan visi dan garis besar rencana program kerjanya sebagai menteri luar negeri di depan para anggota Senat, Selasa 13 Januari 2009, Clinton menjelaskan bahwa pendekatan smart power jelas berbeda dengan yang dilakukan Bush dan timnya.

Selama delapan tahun terakhir, menurut Clinton, Amerika di bawah Bush lebih mengedepankan pendekatan hard power (kekuatan bersenjata), lebih suka bertindak sendiri dengan mengatasnamakan pendekatan kolektif dan kurang memperhatikan aspirasi negara-negara lain. Perang di Irak merupakan salah satu contohnya.

Lalu apakah pendekatan smart power itu? Menurut profesor hubungan internasional Joseph Nye, smart power bukanlah pendekatan yang baru karena merupakan varian dari konsep soft power yang dia perkenalkan pada tahun 1970. Inti dari pendekatan tersebut, menurut Nye, adalah Amerika harus "belajar untuk bekerjasama dan mendengarkan" bila ingin menjadi "pemimpin dunia yang diakui," kata Nye dalam pendapatnya di surat kabar Inggris, The Times.

Tips Aman Meninggalkan Rumah Saat Mudik Lebaran, Jangan Lupa Pasang CCTV
Tyas Mirasih.

Sambil Menangis, Tyas Mirasih Ungkap Kebaikan Raffi Ahmad dan Nagita Slavina

Sambil menangis haru, Tyas Mirasih mengungkap kebaikan Raffi Ahmad dan Nagita Slavina langsung di hadapan Raffi di sebuah acara.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024