Pasar Saham Butuh Likuiditas

VIVAnews - Pasar saham saat ini sangat membutuhkan likuiditas dengan volume signifikan. Hal itu untuk menyikapi agar perdagangan tidak berjalan lamban dan pasar bergerak atraktif.

"Namun, mayoritas pemodal yang bersifat risk averse menahan diri karena hilangnya kepercayaan," kata pengamat pasar modal David Cornelis dalam ulasan pasar yang diterima VIVAnews di Jakarta, akhir pekan ini.

Sementara itu, dia melanjutkan, beberapa bank besar di Amerika Serikat (AS) dan Inggris seperti Well Fargo, Bank of America, Citibank, dan Royal Bank of Scotland mengalami kerugian yang melebihi ekspektasi.

Arema FC Langsung Tatap Laga Lawan PSS 

"Kerugian pasar keuangan AS akibat krisis keuangan ini mencapai lebih dari US$ 3,6 triliun, sehingga perbankan global menjadi tidak sehat (insolvent) dan membutuhkan tambahan modal," kata dia.

Selain itu, kata dia, Microsoft akan memberhentikan 5.000 karyawan setelah mengalami penurunan keuntungan sebesar 11 persen. Berita buruk laporan kinerja kuartal IV-2008 perusahaan di Wall Street sangat direspons negatif pasar.

Kekhawatiran ini membuat sentimen negatif pelaku pasar di tengah euforia inaugurasi pelantikan Presiden AS Barack Obama. Pasar berharap banyak terhadap kebijakan Obama dalam mengatasi resesi di AS. Paket stimulus Barack Obama menjadi tema utama.

Namun, dia melanjutkan, sentimen negatif menghadang pergerakan indeks. Indeks saham finansial turun hingga ke level terendah dalam 14 tahun terakhir, sedangkan dolar AS terus menguat terhadap mata uang utama dunia.

"Dolar AS menyentuh titik tertinggi selama 23 tahun terhadap poundsterling, dan tertinggi enam pekan terhadap euro," tuturnya.

Data-data ekonomi yang negatif masih akan keluar, terutama laporan keuangan emiten selama 2008. Data tersebut belum banyak berubah dari sebelumnya, sehingga pasar saat ini masih akan kekurangan sentimen dan katalis yang positif.

Dia menambahkan, tren suku bunga rendah mulai mendunia di tengah ekonomi yang sedang melambat. Saat ini, suku bunga Uni Eropa sebesar dua persen, dan Bank Sentral AS (The Federal Reserve) pada 28 Januari diperkirakan bertahan sebesar 0,25 persen.

Dalam pandangan dia, perekonomian Eropa memiliki proyeksi berkontraksi sekitar dua persen pada 2009. Sedangkan pertumbuhan China sebesar 6,8 persen year-on-year, atau paling rendah dalam tujuh tahun terakhir. Ekonomi Korea Selatan juga melambat 5,6 persen pada kuartal IV-2008.

Sementara itu, perekonomian Singapura mencatatkan kontraksi sebesar 16,9 persen selama periode sama dan 3,7 persen sepanjang 2008.

Dia menambahkan, harga minyak mentah masih belum menunjukkan kestabilan. Perlambatan pertumbuhan ekonomi memiliki kaitan dan sensitivitas terhadap pelemahan permintaan pada harga minyak dunia saat ini, sehingga masih ada kecenderungan penurunan harga berlanjut.

Rebound minyak dunia dapat menahan pelemahan indek harga saham gabungan (IHSG). Kenaikan harga minyak mentah sebagai respons terhadap ekspektasi positif atas kebijakan ekonomi dari Presiden Barack Obama yang menjanjikan akan membangun infrastruktur padat karya sebagai kebijakan mengatasi tingkat pengangguran AS yang mencapai 7,1 persen.

Pada Januari diperkirakan terjadi deflasi yang disebabkan oleh penurunan harga bahan bakar minyak (BBM). Meski demikian, efek penurunan harga  BBM baru akan terjadi pada Februari. Harga bahan pokok masih tetap tinggi karena biaya secara umum dan transportasi belum turun.

Sentil Gugatan Paslon 01 dan 03 di MK, Qodari Soroti 2 Hal Ini

"Ekspektasi akan terjadi deflasi pada Januari dapat menjadi sentimen awal mulai bergeraknya pasar di awal Februari," kata dia.

Equity risk premium yang naik signifikan hingga saat ini akan berpengaruh besar terhadap penurunan valuasi saham. Demikian pula yang terjadi pada pasar yang sedang berkembang (emerging market), country risk premium juga naik signifikan. "Jadi, sangat wajar bila penurunan yang terjadi pada bursa Asia lebih besar dibandingkan AS dan Eropa," ujar dia.

Gerak IHSG
Dia menjelaskan, pergerakan IHSG akan menguat walaupun sangat rentan terhadap aksi ambil untung (profit taking). Hingga saat ini, IHSG bergerak mendatar dengan kecenderungan melemah (flat to lower) hampir dua pekan. Tren akan berubah bila IHSG mampu naik di atas 1.375.

Melemahnya nilai tukar rupiah dan penurunan signifikan di sektor finansial dapat membawa IHSG menguji titik support di kisaran 1.300. Kunci selanjutnya adalah Dow Jones yang tetap bertahan di level 8.000. Titik 1.400 menjadi target kenaikan setelah sempat menjadi support di akhir 2008. "Support dan resistance di kisaran 1.285-1.380," katanya.

Menurut dia, setelah berhari-hari terjadi penurunan signifikan, rebound pasar global dan regional akan dapat membawa sentimen negatif pada Bursa Efek Indonesia (BEI).

David menambahkan, IHSG dan mayoritas harga saham saat ini dalam proses akumulasi serta bergerak dalam kisaran perdagangan harga yang relatif sempit. IHSG dalam masa konsolidasi dulu sebelum naik ke level psikologis 1.500.

Dia menilai, dengan kenaikan harga minyak ke kisaran US$ 47 per barel, diharapkan saham-saham terkait komoditas dan perbankan yang sudah melemah signifikan dapat rebound serta menjadi pemicu kenaikan IHSG.

Likuiditas rupiah yang cukup besar di pasar uang menjadi faktor pelemahan rupiah. Kondisi itu berbeda dengan yang terjadi di pasar saham, yaitu sangat minimnya likuiditas. "Situasi itu pula yang hingga saat ini menjadikan pasar masih berjalan lamban," ujarnya.

Saham-saham yang layak dicermati di antaranya PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Danamon Tbk (BDMN), PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO), dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS).

Kunjungan ke Luar Negeri, Prabowo Subianto Akan ke China dan Bertemu Xi Jinping
Kecelakaan beruntun akibat truk yang ugal ugalan terjadi di Gerbang Tol (GT) Halim, Jakarta Timur, Rabu 27 Maret 2024.

Polisi Bongkar Sifat Sopir Truk Ugal-ugalan yang Sebabkan Kecelakaan di GT Halim

Polisi mengaku masih kesulitan memeriksa sopir ugal-ugalan yang menyebabkan kecelakaan beruntun di gerbang tol Halim.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024