Penggusuran Pasar Koja

Pedagang Tak Mampu Sewa Kios Baru

VIVAnews - Penggusuran Pasar Koja, Jakarta Utara menyisakan penderitaan bagi sejumlah pedagang. Aksi PD Pasar Jaya itu mengancam roda bisnis para pedagang.

Erni, 40 tahun, pedagang pakaian muslimah, menilai aksi gusur itu sebagai tindakan kejam. Kios penampungan sementara yang ditawarkan terlalu mahal dan tak terjangkau pedagang pasar tradisional itu.

Erni bersama neneknya, Wasiah, 61 tahun, berdagang di Pasar Koja sejak tahun 1980. Kini mereka bingung mencari tempat berdagang setelah kios berukuran 2x3 milik mereka dihantam buldoser. Mereka tak mampu membayar sewa kios sementara yang ditawarkan PD Pasar Jaya senilai Rp 2-3 juta per bulan. "Uang dari mana. Memangnya saya orang punya. Saya tinggal di rumah kontrakan," kata Erni.

Stefanie, 38 tahun, pedagang kelontong, mengaku akan mengangkut seluruh barang dagangannya ke rumah. Ia juga tak mampu jika harus mengeluarkan uang jutaan untuk menyewa kios sementara. "Cuma jualan begini disuruh nyewa Rp 2 juta sebulan. Duit dari mana? Sementara saya jualan di rumah saja dulu," katanya.

Penggusuran Pasar Koja sempat diwarnai kericuhan. Ratusan Satpol PP berhadapan dengan puluhan pedagang yang melawan. Jumlah massa yang tak seimbang membuat pedagang akhirnya pasrah melihat dua buldoser menghancurkan kios mereka.

Usai Sepi Peminat, Pemerintah Kasih Gratis Konversi Motor Listrik
Menteri BUMN Erick Thohir

Kepemimpinan Perempuan di BUMN dan Cara BKI Lanjutkan Semangat Kartini

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan perempuan memiliki hak yang sama untuk mengejar dan mewujudkan cita-citanya.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024