Sugianto Kusuma

Kini Hidupnya Dihabiskan untuk Orang Miskin

VIVAnews - Bertambah usia bukan halangan baginya agar dapat berbuat sesuatu untuk orang lain. Rendah hati dan membantu sesama itulah, yang kini dijalankan Sugianto Kusuma seorang pengusaha sukses sekaligus relawan di Yayasan Budha Tzu Chi Indonesia.

Berpengalaman di DPR, Sumail Abdullah Dinilai Berpotensi Maju Pilkada Banyuwangi

Sebagai pengusaha, tentu sehari-harinya Sugianto banyak menghabiskan waktu dikantor mengurus perusahaan. Tetapi sejak bergabung di Yayasan Tzu Chi, hampir seluruh waktu dan hidupnya  banyak dihabiskan bersama-sama para relawan dalam menjalankan misi kemanusiaan.

Yayasan Budah Tzu Chi kini menjadi tempat Sugianto mencurahkan segala yang dimilikinya, harta, jiwa dan raganya hanya untuk berbuat baik kepada orang lain yang memang membutuhkan pertolongan.

Sektor Manufaktur RI Jauh dari Deindustrialisasi, Ekonom Beberkan Buktinya

Bagi pria kelahiran Palembang ini, akitif dikegiatan sosial jauh lebih terpuaskan batinnya. Menurutnya, tidak semua orang siap dengan konsekuensi ketika harus turun langsung untuk memberikan sedikit kemampuannya membantu orang lain.

Saat ditemui di kantor Yayasan Budha Tzu Chi, Gedung ITC Mangga Dua, terlihat Sugianto masih sibuk menerima tamu-tamunya. Bahkan belum usai menjamu tamunya, dia beranjak menemui tim sesama VIVAnews dan langsung mempersilahkan masuk keruang rapat.

Dengan ramah Sugianto mempersilahkan tamunya duduk sambil mencicipi kue dan secangkir teh hangat, diapun mulai bercerita. Sugianto merupakan satu dari ribuan relawan Tzu Chi yang juga sebagai pengusaha properti cukup terkenal di Indonesia.

Aktivitasnya di dunia sosial sejak tahun 2002, telah banyak membawa kebaikan pada dirinya dan terutama pada orang lain dalam hal pemberian bantuan sesama manusia.

Baginya aktif sebagai relawan jauh lebih menyenangkan, ketimbang harus selalu dipusingkan dengan urusan bisnis. Bahkan saat ditanya mana yang lebih enak mengurus perusahaan atau yayasan dengan spontan dia mengatakan menjadi relawan jauh lebih bernilai dan menyenangkan.

"Disini saya tidak pusing memikirikan perusahaan, disini juga saya jauh lebih tenang, sebab melalui kegiatan ini dapat berbuat banyak untuk mensucikan hati manusia," ujarnya singkat.

Dia teringat bagaimana awalnya tertarik menjadi relawan di Yayasan Budha Tzu Chi. Saat itu tahun 2002, dimana Jakarta tengah mengalami bencana besar. Hampir seluruh wilayah Jakarta terendam banjir. Tidak hanya kerugian materi bahkan yang lain-lainnya pun dirasakan oleh masyarakat Jakarta.

Bagaimana banjir membuat warga Jakarta menjadi susah, rumah, sekolah, rumah sakit rusak, dan segala fasilitas masyarakat lannya ikut rusak. Tidak hanya materi, banjir juga menelan korban jiwa, beberapa orang dikabarkan kehilangan anggota keluarga akibat terbawa arus banjir itu.

Jelas musibah tersebut sudah mengorbankan banyak hal. Kalau sudah demikian, tentunya banyak yang membutuhkan pertolongan dari mereka-mereka yang beruntung terhindar dari musibah tersebut. Dari sanalah dia berfikir bagaimana caranya dapat membantu meringkan beban penderitaan yang dialami warga Jakarta pada saat itu.

Sebelum terjun, Sugianto yang saat ini menjabat sebagai wakil ketua yayasan Budha Tzu Chi mencoba menemui Master Cheng Yen pendiri Tzu Chi di Taiwan. Dia meminta nasehat bagaimana memperbaiki kondisi Jakarta yang sudah luluh lantah akibat banjir.

Mak Vera Tepati Janji, Datang ke Makam Olga Syahputra Tengah Malam

Master Cheng Yen memberikan petunjuk untuk merapihkan kondisi Jakarta pascbanjir melalui konsep 5P yakni pemompaan, pembersihan, penyemprotan, pengobatan dan perumahan.

Master Cheng Yen bilang kalau pinggiran kali masih seperti ini, banjir masih akan terus terjadi. Karena itu langkah awal adalah merapihkan daerah pinggir kali, melalu pembangunan rumah-rumah di bantaran kali. Dari situ muncul ide dari Sugianto untuk membangun rumah susun, saat itu pertama kali di Cengkareng sebanyak 1100 unit.

Masyarakat gratis menempati rumah tanpa dipungut biaya, mereka hanya diminta untuk membayar uang kebersihan sebesar Rp 90.000, setelah itu warga hanya tinggal merawat dan memelihara saja, dan tentunya tidak boleh dijual.

Selesai pembangunan di Cengkareng, Tzu Chi kembali melakukan pembangunan tahap dua di perkampungan nelayan Angke pada tahun 2006 sebanyak 600 rumah. dengan menelan biaya yang tidak sedikit sekitar Rp 80 miliar.

Tidak hanya itu, bantuan lain seperti kesehatan, operasi katarak, pemberian beras 50 ribu ton untuk 2,4 juta kepala keluarga seluruh Indonesia pada tahun 2004. Mereka pun membangun sekolah-sekolah dengan biaya murah, rumah sakit dengan biaya murah yang berada di bawah naungan Budha Tzu Chi.

Pascabencana tsunami Aceh banyak warga yang kehilangan tempat tinggal, Tzu Chi pun bergegas untuk mendirikan rumah di wilayah tersebut diantaranya, di Melaboh, Aceh Besar, dan Banda Aceh.

Melalui filosofinya, bahwa membantu secara langsung akan jauh lebih baik, ketimbang melalui perantara. Itulah yang kini kerap dilakukan Sugianto ditengah-tengah kesibukannya sebagai pengusaha.

"Tidak hanya saya, semua relawan terjun langsung saat memberikan bantuan, tanpa melalui perantara. Bahkan para relawan rela memanggul beras yang akan diserahkan ke warga, dan saat mereka mengucapkan terimakasih itulah, maka pahalanya akan kita rasakan langsung," ujar Sugianto tersenyum.

Tzu Chi di tengah-tengah masyarakat

Dunia Tzu Chi Master Cheng Yen hadir ditengah-tengah hiruk pikuk sulitnya perekonomian masyarakat miskin baik di dunia maupun Indonesia. Dengan berpegang teguh pada semangat  kebersamaan dalam sepenanggungan dan sependeritaan  dari Sang Buddha, Tzu
Chi menjalankan bakti sosialnya selama 38 tahun.

Tzu Chi bagaikan samudera luas yang mampu menampung seluruh aliran anak sungai, semua orang dengan usia, pengetahuan,
profesi, dan latar-belakang yang berbeda dapat membuktikan kekuatan dari  (Sirkulasi Kebajikan ), dapat ikut bergabung ke dalam
barisan (Penyumbangan Kasih Sayang ), dan merasakan kepuasan dari implementasi sikap ( Melakukan dengan ikhlas dan Menerima dengan Suka-cita).

Semua insan Tzu Chi selalu dengan senang hati dan tanpa menyesal, berpartisipasi dalam berbagai kegiatan pemberian bantuan kemiskinan dan darurat, perlindungan kesehatan, memperkokoh dasar pendidikan dan kegiatan sosial budaya.

Kini Budha Tzu Chi menjadi corong bagi yayasan-yayasan kemanusiaan lainnya, dan saat ini tzu Chi memiliki lebih dari 4000 orang relawan dan memiliki kantor 10 cabang seluruh Indonesia. Sementara di dunia, khusus di Amerika Serikat saja hampir disetiap kotanya ada kantor cabang Tzu Chi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya