Dicky Chandra

Belajar dan Besar di Jalanan

VIVAnews - Nama Dicky Chandra kini dikenal sebagai Wakil Bupati Garut, setelah sebelumnya masyarakat mengenalnya sebagai seorang selebritis. Resmi dinobatkan pada 23 Januari 2009 lalu, namanya makin melejit sebagai orang nomor dua di daerah tempatnya dibesarkan.

Sebelum terjun kedunia politik, Dicky tidak lagi terlihat di layar kaca, bahkan karirnya kian redup. Namun sukses sebagai komedian, pemain sinetron dan juga prenster telah memuluskan langkahnya untuk menyirep masyarakat Garut hingga akhirnya berhasil meraih suara terbanyak dari calon independent.

Disela-sela kesibukannya yang baru satu minggu menjabat sebagai Wakil Bupati Garut. Diky menyempatkan diri berbincang bersama VIVAnews di ruang kerjanya yang berada di Jalan Pembangunan, Tarogong Kidul, Garut. Menurutnya semua yang didapatnya saat ini merupakan hadiah sang maha pencipta dari hasil kerja kerasnya.

Menurut Pria kelahiran Tasikmalaya pada 12 Mei 1974 ini, himpitan ekonomi keluarga memotivasinya untuk berjuang keras dalam mempertahankan hidup. Apalagi penghasilan almarhum Ayahnya yang berprofesi seorang guru tak mampu untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.

Anak sulung dari empat bersaudara pasutri Raden Duki Candranegara(Alm) dan Entin Mulyatini ini terpaksa tidak menamatkan kuliahnya. Saat itu sekitar tahun 1993, Diky yang baru beberapa bulan masuk di Universal General manager Bisnis dan Adminitrasi Bandung (sudah tidak ada) harus keluar karena tidak bisa membayar biaya ujian kuliahnya. "Apalagi saat itu almarhum Ayah sedang sakit keras," ujarnya.

Dengan bekal amanat sang Ayah agar tidak menerima uang sebelum mengeluarkan keringat. Diky pun berusaha untuk membantu kebutuhan hidup keluarga dan menutupi biaya rumah sakit pengobatan ayahnya. Berbagi pekerjaan berat, yang dianggap hina sebagian orang pun dijalaninya. "Selama itu halal, ya saya jalankan," imbuhnya.

Suami Rani Permata itu pun, mulai bekerja menjadi pelayan wendys Burder. Namun karena dirasa belum mencukupi, Dia pun mencari kerja lain sebagai penagih hutang dan bodygar anak orang kaya di Bandung.

Siang malam Dia banting tulang, hingga akhirnya terjun di dunia jalanan. Di perempatan Buah Batu Bandung tepatnya, uang recehan dari penghasilannya sebagai calo angkutan kota dikumpulkannya. "Tapi sayang beberapa bulan kemudian sekitar tahun 1994 ayah saya meninggal dunia di Bandung," kenangnya.

Tak putus sampai disana, dia pun dituntut dewasa harus menjadi kepala keluarga bagi Ibu dan tiga orang adiknya. Kebutuhan ekonomi keluarga berada dipundaknya.

Diky muda pun memutuskan berangkat ke kota metropolitan Jakarta demi mengadu nasib. Dengan berbekal ijazah SMAN 2 Tasikmalaya, surat lamaran dimasukannya ke berbagai perusahan. Namun hasilnya tetap nihil, tak ada satu pun panggilan pekerjaan yang diterimannya.

Akhirnya dia pun kembali kejalanan. Kampus Atajaya Jakarta menjadi salah satu tempat mangkalnya untuk mencari nafkah sebagai pengamen bus kota. Setiap hari tanpa mengenal lelah dia jalani, demi sesuap nasi.

"Saya suka nangis bila melihat mahasiswa yang pulang dari kampus Atmajaya dengan cerianya. Ya Alloh, kenapa saya tidak diberi kesempatan seperti itu. Apa orang yang serba keterbatasan ekonomi kurang beruntung dalam hidup ini," ujarnya dengan nada parau.

Namun diluar dugaan, saat ngemen di bus kota, lanjut Diky, lagu berjudul Boleh Ga yang dibawakannya ditawari salah seorang penumpang untuk direkam di musica studio. Tanpa pikir panjang tawaran itupun disanggupinya.

"Awalnya lagu itu akan dinyanyikan Ovi Andaresta, tapi karena ada halangan akhirnya dengan suara pas-pasan saya sendirilah yang membawakannya," ungkapnya.

Dari sanalah, Diky Candra mulai merintis karirnya di dunia hiburan. Dengan bakat seni yang telah dimilikinya sejak kecil, dia pun berhasil menuai kesuksesan. Hingga akhirnya Dia pun menikah dengan Rani Permata.

Jokowi Launches Permanent Housing After Disaster in Central Sulawesi

"Penghasilan saya waktu itu sekitar Rp25 juta per minggu. Namun karena anak saya cemburu melihat saya suka pelukan di film. Pada tahun 1999 saya pun berhenti bermain film," tambahnya.

Ayah tiga anak itu pun mulai beralih menjadi penulis skenario sinetron dengan honor Rp500 ribu per bulan atau episod. Selain itu Dia pun menjalankan usaha manajemen artis.

"Hal itu saya lakukan setelah salah seorang Ustadz meyebutkan bahwa manusia yang paling mulya adalah orang yang bermanfaat bagi orang banyak," ujarnya..

Begitu pula saat Bupati terpilih Aceng HM Fikri melamarnya untuk menjadi wakilnya. Setelah menolaknya dua kali akhirnya Dia pun menerimanya untuk bertarung di Pilkada Garut dengan dua putaran. "Saya hanya ingin memberikan pembelajaran politik kepada masyarakat. Apalagi setelah mendengar kondisi Garut yang carut marut," tukasnya.

Padahal sebelumnya tambah Diky, dirinya kurang begitu serg dengan yang namanya politik praktis. Dia mengganggap dunia politik itu kotor dan kejam.

"Namun karena awalnya niat Ibadah saya pun mau. Lagian setelah dipelajari ternyata politik itu seni, seperti halnya pekerjaan saya. Namun seni itu tidak akan menjadi seni lagi kalau sudah dikotori," ucapnya.

Selain itu jabatan wakil Bupati Garut yang kini disandangnya tambah Diky, merupakan amanat almarhum Kakeknya yang meninggal pada masa kampanye pilkada kemarin. "Pengabdian kakek selama 16 tahun menjadi lurah di Kec Cisompet harus diteruskan oleh saya," pungkasnya.

Reporter: Sigit Zulmunir | Bandung

Tamara Bleszynski

Putra Tamara Bleszynski Ditabrak Orang Tak Bertanggung Jawab di Depan Rumah

Tamara Bleszynski mengungkap anaknya tersebut ditabrak orang tak bertanggung jawab tepat di depan rumahnya.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024