VIVAnews - Jumlah kunjungan hotel tahun ini yang diperkirakan mencapai 60 persen, atau sama seperti tahun lalu diperkirakan membuat pertumbuhan hotel baru bergerak mendatar (flat).
"Krisis global yang melanda seluruh dunia, yang mulai dirasakan negara-negara ASEAN termasuk Indonesia didaulat menjadi pemicunya," kata Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) Wiryanti Sukamdani di sela-sela Rapat Kerja Nasional PHRI III 2009 di Hotel Sahid Jakarta, Senin, 9 Februari 2009.
Menurut Yanti, bila bisnis tidak berjalan dan ekspor mandek bakal berpengaruh negatif pada sektor perhotelan. Sebab, traveling, meeting, dan seminar yang biasanya diadakan di hotel akan menurun.
Dia menambahkan, pertumbuhan sektor perhotelan Indonesia, selain berasal dari luar, juga datang dari permintaan dalam negeri. Namun, pertumbuhannya tetap sama, tidak berbeda seperti tahun lalu.
Jadi, ujar Yanti, tahun ini investasi yang dilakukan sebagian anggota hanya merenovasi hotel dan memilih menunda ekspansi dan pembangunan hotel baru. "Mereka (hotel-hotel) memilih membenahi diri," katanya.
Namun, dia mengakui, meski tingkat okupansi rata-rata perhotelan mencapai 60 persen dari sekitar 138.000 kamar dari sekiatr 9.000 anggota di seluruh Indonesia atau tidak berbeda dari tahun lalu, Pemilu diharapkan bisa mendatangkan permintaan domestik yang akan meningkatkan kembali bisnis perhotelan.