Legenda Pasar Rumput

Cerita Marjinalisasi Pedagang Rumput

VIVAnews - Pasar Rumput merupakan sebutan nama pasar yang sekarang lokasinya berada di Jalan Sultan Agung Jakarta Selatan. Pasar ini sekarang telah menyatu dengan Pasar Manggarai.

Tapi jangan harap Anda bisa mencari rumput di pasar ini. Sebab, pasar ini memang tak lagi menjual rumput yang menjadi makanan kuda ketika masanya dulu.

Kini pasar ini menjual beraneka ragam barang mulai dari makanan pokok hingga elektronik. Namun yang paling terkenal dari pasar ini adalah pusat perdagangan barang bekas.

Lalu bagaimana kawasan ini disebut sebagai Pasar Rumput?

Kisah penyebutannya Pasar Rumput ini bermula ketika para pedagang pribumi menjual rumput dan sering mangkal di lokasi ini. Para pedagang rumput terpaksa mangkal di sini karena mereka tidak diperbolehkan masuk ke permukiman  elit Menteng.

"Sekitar tahun 1950 banyak sekali warga Betawi di sini berjualan kuda, makanan kuda (rumput), gerobak kuda (delman)," kata Ridwan Hasan, 85 tahun, salah satu sesepuh Pasar Rumput saat berbincang dengan VIVAnews.

Ridwan menuturkan, saat itu masyarakat Menteng banyak yang memelihara  kuda. Kuda sangat dikemal sebagai sarana angkutan yang banyak membawa penumpang orang kaya keluar masuk lingkungan Menteng.

Namun karena Menteng merupakan kawasan elit, membuat para pedagang rumput tidak bisa masuk untuk menjual dagangannya.

Akses berjualan rumput ke Menteng yang tertutup, membuat para pedagang terpaksa mencari sebuah tempat berjualan yang lokasi berdekatan dengan wilayah Menteng.

"Sejak itulah di sepanjang jalan Sultan Agung dipenuhi pedagang yang menjual rumput, kuda, dan gerobak," kata kakek yang sudah memiliki 6 cucu itu.


Kata pria yang lahir pada 1941 ini, "Setiap orang yang datang membeli pakanan kuda (rumput) di sini, kemudian menyebutnya Pasar Rumput," ungkapnya.

Bisnis rumput mengalami puncaknya pada tahun 1950-an. Sampai akhirnya sekitar tahun 1970-an para pedagang rumput mulai hilang satu persatu.

Namun mereka menghilang bukan karena adanya penggusuran atau penertiban."Pasar Rumput pada tahun 1980an sudah mulai lesu. Saat warga Menteng sudah mulai tidak memelihara kuda," imbuhnya.

Pedagang rumput kemudian hilang satu persatu setiap harinya. Bergantilah dengan pedagang barang bekas (loak) yang sebelumnya memang berjualan di pinggiran Sungai Ciliwung.

"Pedagang loak itu sudah ada sejak tahun 1960-an, tapi mereka mulai pindah berdagang ke Pasar Rumput ketika pedagang rumput gulung tikar," paparnya.

Bisnis barang bekas kian hari makin marak di Pasar Rumput hingga sekarang. Para pedagang umumnya menjajakan aneka sepeda, alat olahraga, dan mesin ketik bekas.

Pemandangan inilah yang terlihat jika melintas di jalan Sultan Agung, Manggarai.

Walaupun para pedagang rumput sudah tidak dapat ditemukan lagi di Pasar Rrumput, namun masyarakat Jakarta masih sangat akrab dengan sebutan nama Pasar Rumput.

"Kalau di Pasar Burung kita dapat membeli burung, di Pasar Buah kita dapat membeli buah, namun di Pasar Rumput yang ada hanya barang bekas," ujar Ridwan.

Elkan Baggott Menggila, Cetak Gol dan Bawa Bristol Rovers Pecundangi Mantan Klubnya
Penampilan baru Park Bo Ram

Penyebab Kematian Masih Misteri, Park Boram Meninggal Dalam Kondisi Seperti Ini

Karena penyelidikan sedang dilakukan, sulit untuk mengungkapkan banyak rincian terkait kematian Park Boram yang dipastikan meninggal dunia pada usia 30 tahun.

img_title
VIVA.co.id
14 April 2024