Tabrakan Dua Satelit

AS dan Rusia Saling Menyalahkan

VIVAnews - Amerika Serikat (AS) dan Rusia, Kamis 12 Februari 2009,  saling menyalahkan atas tabrakan dua satelit komunikasi milik kedua negara di angkasa luar Selasa lalu.

Perbaiki Dop Lampu, Anggota DPRD Kubu Raya Meninggal Dunia

Ilmuwan Rusia menganggap badan antariksa AS, NASA, gagal menjalankan tugas karena tidak memberi peringatan dini atas kejadian tersebut. Sebaliknya, ilmuwan AS menganggap Rusia tidak memiliki badan antariksa yang kompeten.

Igor Lisov, ilmuwan Rusia, kemarin mengatakan bahwa dia tidak bisa mengerti mengapa ahli kepingan pesawat angkasa luar dari NASA dan Iridium- pemilik satelit Iridium yang bertabrakan dengan satelit Rusia, tidak berhasil mencegah terjadinya tubrukan.

Padahal satelit Iridum masih berfungsi dan orbitnya bisa disesuaikan. "Mungkin ini adalah kesalahan sistem komputer atau human error," kata Lisov. "Atau bisa jadi mereka hanya mau peduli pada kepingan-kepingan kecil dan tidak peduli pada bekas satelit itu," lanjut Lisov.

Namun, tugas pengawasan adalah tugas Jaringan Pengawas Angkasa Luar milik Departemen Pertahanan AS. Jaringan pengawas tersebut dulu diciptakan dengan bantuan NASA. Militer AS menemukan sekitar 18 ribu objek berputar di orbit.

Mayjen TNI Anton Resmi Jabat Panglima Divisi Infanteri 2 Kostrad Gantikan Mayjen Haryanto

Juru bicara Komando Strategi AS yang mengawasi Jaringan Pengawas Angkasa Luar, Regina Winchester, mengatakan bahwa militer AS hanya memonitor hal-hal tertentu karena minimnya sumber daya. Apalagi, ada sekitar 800 hingga seribu satelit aktif di orbit, dan sekitar 17 ribu kepingan dan satelit yang sudah tidak beroperasi.

Jaringan Pengawas Angkasa luar memiliki tugas utama menjamin keselamatan astronot dengan memberi peringatan bila terjadi sesuatu yang mengancam stasiun angkasa luar atau pesawat berastronot. Selain itu juga memberi peringatan tepat bagi NASA kalau ada satelit yang bergerak tidak semestisnya, sesuatu yang jarang terjadi.

Sementara juru bicara Iridium, Elizabeth Mailander, mengatakan bahwa perusahaan yang berbasis di New York tersebut bisa mengeluarkan 65 satelitnya dari orbit masing-masing jika mereka mendapat peringatan sebelum tabrakan terjadi. "Namun tidak ada peringatan sama sekali Selasa lalu," kata Mailander.

Dia beralasan bahwa informasi yang mereka dapat tidak tepat. "Satelit kami berada di tempat semestinya, dan masih berfungsi," kata Mailander. Dia mengatakan telah berbicara dengan pejabat badan angkasa luar Rusia.

Dikatakan bahwa kepingan pesawat yang bertabrakan tersebut bisa mengancam sejumlah besar pekerjaan di bumi dan mempengaruhi satelit yang berada di orbit yang sama.

Para ahli yang kompeten soal pasca-tabrakan akan bertemu pekan depan dalam sebuah seminar Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mencari solusi akan kemungkinan terjadi tabrakan di masa mendatang. (AP)

Kapolri Sebut Kedewasaan Politik di 2024 Jauh Lebih Baik Dibanding 2019
Sidang Putusan Sidang Perselisihan Hasil Pemilu 2024 di MK, Ganjar-Mahfud

PDIP Gugat KPU ke PTUN, Ganjar: Tugas Saya dan Pak Mahfud Berakhir Usai Putusan MK

Calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo menyerahkan proses gugatan PDIP ke pengadilan PTUN Jakarta

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024