Kapolda Sumatera Utara, Badrodin Haiti

Jenderal Keras Untuk Sumatera Utara

VIVAnews - Pengumuman Markas Besar Kepolisian tentang pengangkatan Brigadir Jenderal Badrodin Haiti sebagai Kepala Kepolisian Sumatera Utara, seakan hanya penegasan.

Viral Bule Kanada Ungkap Pengalaman Nikah dengan Wanita Indonesia: Mereka yang Terbaik

Nama Direktur I Keamanan Transnasional itu sebelumnya sudah santer disebut-sebut sebagai pengganti Inspektur Jenderal Nanan Sukarna, yang harus rela melepas jabatannya pasca tragedi demo yang menewaskan Ketua DPRD Sumatera Utara, Abdul Aziz Angkat.

"Kalau Badrodin sudah pengalaman di daerah keras-keras," kata Kepala Badan Reserse dan Kriminal, Komisaris Jenderal Susno Duadji memberi komentar soal Badrodin.

Rekam jejak karier Badrodin dianggap mendukung posisinya di Sumatera Utara. Dia pernah menjabat Kepala Kepolisian Kota Besar Medan pada 2000-2003.  Badrodin juga pernah menjadi Kepala Kepolisian Sulawesi Tengah pada 2006-2008, saat kasus Poso meledak. "Dia Kapolda keras," kata Susno.

Kembali ke Medan dengan jabatan baru sebagai Kepala Kepolisian Sumatera Utara jadi pertaruhan karier lulusan terbaik Akademi Polisi tahun 1982 itu.

Jabatan kepala kepolisian di Sumatera Utara otomatis akan menaikan pangkat pria kelahiran Jember, Jawa Timur 1958 itu satu tingkat menjadi Inspektur Jenderal. Badrodin bakal jadi lulusan Akademi Polisi angkatan 1982 termuda yang berbintang dua. " Ah, nggak juga. Saya sudah tua kok, umur saya sudah 50," kata Badrodin menanggapi, lalu tertawa.

Dalam perbincangan telepon dengan VIVAnews, Selasa 17 Februari 2009, Badrodin mengaku pangkat brigadir jenderal sudah dijalaninya selama tiga tahun.

Jabatan Kapolda Sumatera Utara bagi Badrodin boleh disebut berkah. Namun tugas berat menanti dia di Medan. Badrodin harus menuntaskan kasus demo maut yang menewaskan Abdul Aziz Angkat dan mengembalikan situasi kondusif pasca peristiwa tersebut. Yang tak kalah penting, Badrodin harus bisa mengembalikan citra kepolisian Sumatera Utara yang dianggap tak serius, kurang antisipatif, dan menyepelekan sinyal kerusuhan.

Saat ditunjuk Kepala Kepolisian RI, Jenderal Bambang Hendarso Danuri, Badrodi mengaku dalam benaknya dia berpikir ini bukan tugas yang mudah. "Kalau ditunjuk itu berarti dipercaya. Semua menaruh kepercayaan cukup besar, baik pimpinan Polri maupun masyarakat," kata dia.

Bagi dia, itu adalah tantangan. "Saya hanya manusia biasa, tapi dengan kepercayaan yang diberikan, saya akan berbuat semaksimal mungkin," tambah dia.

Menurut Badrodin, yang akan dilakukannya di Medan adalah menyidik secara tuntas kasus demo maut. "Siapapun pelakunya, berdasarkan fakta hukum. harus ditindak. Baik pelaku di lapangan maupun yang menyuruh, semua harus sesuai fakta hukum," tegas dia.

Menurut Badrodin, opini tak boleh dijadikan dasar pengusutan kasus demo maut itu. Polisi, kata dia, sudah punya prosedur dalam menangani sebuah kasus. "Jangan sampai terbawa opini yang menyesatkan," ujar dia.

Polisi, tambah Badrodin, berusaha menjaga agar kasus demo maut tak melebar. Sebab, ini adalah murni kasus krimina, bukan kasus yang berhubungan dengan suku, agama, dan ras (SARA) atau politik. "Diperlukan peranan tokoh masyarakat untuk memberi pemahaman, ini sensitif," tambah dia.

Untungnya, lanjut Badrodin, keluarga mendukung kepindahannya ke Sumatera Utara. Sang Istri, Tedjaningsih pun siap diboyong. "Istri akan selalu siap mendampingi kemanapun saya ditugaskan," kata dia.

Sedangkan dua anaknya, Farouk A Haiti (19) dan Fachri S Haiti (17) tetap tinggal di Jakarta harus bersekolah di sana. Tapi, "mereka mendukung penuh dan mereka bangga," tambah dia.

Perang OS VR, Mark Zuckerberg Bakal Geser visionOS Milik Apple dengan Meta Horizon
Chandrika Chika.

Pengakuan Chandrika Chika ke Ibunya: Gak Tau Vape yang Dihisap Ada Narkobanya

Ibunda Chandrika Chika, Poppy Putry dan suaminya, Jusman, pada Rabu malam 24 April 2024 mendatangi Polres Metro Jakarta Selatan. Kedatangan keduanya untuk mengecek Chika.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024