Buku Biografi Politik Taufiq Kiemas (I)

Dibesarkan Masjumi yang Condong ke Murba

VIVAnews - Tahun 1942, tentara Sekutu menyerahkan kekuasaan atas Indonesia pada Jepang. Awalnya 'Saudara Tua' ini disambut meriah. Pemimpin-pemimpin Indonesia yang diasingkan Belanda dibolehkan pulang. Lagu Indonesia Raya boleh diputar bebas.

Namun dalam hitungan bulan, situasi itu berbalik menjadi kebencian. Perlakuan tentara Jepang tak lebih baik dari penjajahan Belanda. Ekonomi pun memburuk karena sumber daya disedot Jepang untuk kepentingan perang. Mendekati akhir 1942 itu, di beberapa tempat mulai pecah perlawanan bersenjata melawan Jepang.

Di tengah situasi yang kacau itu, di Gang Abu, Sawah Besar, Jakarta, Hamzatun Rusjda melahirkan anak pertamanya, Tastafvian Kiemas. Putra pertama Tjik Agus Kiemas itu lahir tepat 31 Desember 1942. Tastafvian Kiemas ini yang kemudian hari dikenal sebagai Taufiq Kiemas.

Seperti diceritakan dalam buku "Jembatan Kebangsaan: Biografi Politik Taufiq Kiemas", yang diluncurkan Kamis 19 Februari 2009 ini, Tjik Agus Kiemas saat itu masih berumur 23 tahun, bekerja sebagai pegawai di Persatoean Waroeng Bangsa Indonesia (Perwabi), organisasi massa yang bernaung di bawah Majelis Sjuro Muslim Indonesia (Masjumi). Perwabi saat itu dipimpin Kasman Singodimedjo, salah seorang pendiri dan pemimpin Masjumi.

Belum genap Taufiq berumur setahun, Tjik bergabung dengan Pembela Tanah Air. Dua tahun kemudian, Tjik Agus yang berdarah Palembang itu lulus sebagai perwira menengah. Dari Peta inilah, Tjik mengembangkan karier militer sampai akhirnya ikut bergabung dalam Badan Keamanan Rakyat, cikal-bakal Tentara Nasional Indonesia.

Meski tentara, Tjik tetap aktif bergaul dengan kalangan Masjumi. Di masa agresi militer Belanda II, Tjik yang ikut mempertahankan republik pindah memboyong keluarganya ke Yogyakarta. "Diskusi politik kadang dilakukan di rumah keluarga Kiemas di Kaliurang," dalam buku yang diedit Imran Hasibuan dan Muhammad Yamin itu. Taufiq kecil pun sering diajak ikut diskusi politik itu.

Aktivitas Tjik Agus ini tercium Belanda. Suatu sore, tahun 1948, Tjik Agus digaruk pasukan Belanda dari rumahnya. Taufiq yang akan memasuki usia enam tahun itu berusaha menghalangi upaya pasukan Belanda menyeret ayahnya. Taufiq terpaksa dibanting karena upayanya itu. Tjik Agus dikabarkan dieksekusi bersama enam kader Masjumi lainnya, namun entah mengapa, Tjik Agus selamat. Beberapa bulan kemudian, dia pulang ke rumahnya di Jalan Kaliurang.

Selain bapaknya, ibunya Hamzatun Rusjda juga sangat berperan dalam kehidupan Taufiq. Taufiq disekolahkan di sekolah-sekolah terbaik. "Yang berperan dalam soal pendidikan ini adalah sang ibu," seperti disebutkan dalam biografinya.

Meski aktif di Masjumi, Hamzatun yang berdarah Minang banyak bergaul dengan istri tokoh-tokoh Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Murba) yang beraliran kiri ketika menetap di Yogyakarta. Murba merupakan partai yang didirikan Tan Malaka, mantan ideolog Partai Komunis Indonesia. Murba juga salah satu pendukung gerakan gerilya melawan agresi Militer Belanda II.

Hamzatun sering bercerita tentang adiknya, Hazil Haman, yang gugur dalam pertempuran melawan tentara sekutu. Kisah ibunya ini ditambah peristiwa ayahnya diseret pasukan Belanda membuat jiwa republiken Taufiq Kiemas terasah. "Boleh jadi, sosok republiken itulah yang jadi pandangan politik pertama Taufiq Kiemas."

Pakai Bikini Bentuk Alat Kelamin Dijahit, Julia Fox Dikecam
Satelit Starlink.

Starlink to Conduct Trial at IKN Nusantara

Minister Budi Arie Setiadi conveyed that US-based Starlink is partnering with local internet providers to provide internet services in the New Capital City (IKN Nusantara

img_title
VIVA.co.id
17 April 2024