Pertarungan di Golkar

Sarapan Politik di Rumah Kontrakan

Rapat itu berlangsung seru. Sejumlah petinggi Golkar daerah memaksa Jusuf Kalla menandatangan sebuah surat. Isu surat itu terang benderang. Sang ketua umum itu harus bersedia menjadi calon presiden. “Bapak harus tandatangan surat kesediaan jadi calon presiden,” kata seorang ketua Golkar daerah, sebagaimana dituturkan  sumber Vivanews yang hadir dalam pertemuan itu.

Suasana agak tegang. Semua menunggu jawaban wakil presiden itu. “Tidak bisa,” jawab Kalla tegas. Kalla beralasan bahwa  partai sudah menentukan mekanisme pemilihan calon presiden. Sejumlah pengurus daerah kecewa. “Masukan saja nama saya bulan Maret, lalu ditentukan bulan April,” kata Kalla.

Rapat itu berlangsung Kamis pekan ini. Didahului acara sarapan pagi. Banyak menu makanan yang disediakan di situ. Bertempat di rumah kontrakan Jusuf Kalla, yang letaknya  persis di samping rumah dinas wakil presiden di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat.

Dikontrakan khusus untuk Sohilin Kalla, putra bungsu sang wakil presiden, rumah ini lebih sering digunakan sang ayah  untuk urusan Golkar. Sejumlah 31 Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Golkar hadir di situ Kamis pagi itu.

Dua ketua yang absen dari sarapan politik ini adalah Ketua Golkar Gorontalo, Fadel Muhammad dan Ketua Golkar Sumatera Selatan, Alex Noerdin. Tapi keduanya mengirim sekretaris pengurus daerah.

Malkan Amin, salah seorang ketua Golkar yang hadir dalam pertemuan itu, memastikan bahwa hampir semua ketua daerah itu mendesak Kalla bersedia menjadi calon presiden. Penjelasan Malkan diamini sejumlah pengurus daerah. “Seluruhnya mendukung Pak Kalla untuk maju,” kata Ketua Golkar Maluku Utara, Ahmad Hidayat Mus kepada VIVAnews.

Walau tidak secara tertulis, kata Malkan, dalam pertemuan itu secara lisan Kalla sudah menegaskan bersedia menjadi calon presiden. ”Kalau menolak nanti dia dicekik kader daerah,”kata Malkan berseloroh. 

Setelah koor dukungan di rumah kontrakan itu, dukungan dari pengurus pusat juga menguat. “ Dukungan dari daerah itu tinggal diformalkan saja,” kata Agung Laksono,” Wakil Ketua Umum Golkar. Formalisasi dukungan itu, lanjutnya, dilakukan lewat mekanisme penjaringan calon presiden dan wakil presiden yang sudah ditentukan partai.

Partai yang berkuasa sepanjang kekuasaan Soeharto itu, memang sudah menentukan tata cara pemilihan calon presiden atau wakil presiden. Nama sang kandidat dijaring dari daerah. Setelah nama terkumpul, lalu dilakukan survei publik. Hasil suvei dibahas dalam Rapat Pimpinan Nasional Khusus pada 23 April 2009. Rapat itulah yang menentukan siapa calon presiden.

                                         **

Tapi tidak gampang bagi Jusuf Kalla mendapatkan semua dukungan daerah. Sebab sejumlah daerah menyodorkan jagoan lain  menjadi calon presiden. Para kandidat itu antara lain, Mantan Ketua Umum Akbar Tandjung, Agung Laksono, Aburizal Bakrie,  Sri Sultan Hamengku Buwono X, dan Surya Paloh. Dari sejumlah nama itu,penantang Kalla yang paling kuat adalah Sri Sultan.

Dalam pertemuan di rumah kontrakan Kamis pagi itu,tidak semua pengurus daerah mendukung Kalla. Walau jumlahnya sedikit, sejumlah daerah lain cuma mendesak sang ketua umum agar partai segera menentukan calon presiden, bukan mendesak Kalla menjadi calon satu-satunya. “ Belum mengerucut pada satu nama,” kata Gandung Pardiman, Ketua Golkar Daerah Istimewa Yogyakarta yang juga hadir dalam pertemuan itu.

Kaum Beringin Yogyakarta memang mendukung Sri Sultan sebagai calon presiden. “Calon kami pasti Sri Sultan” kata Gandung. Dia juga memastikan bahwa sejumlah daerah seperti Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat(NTB), Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan mendukung Sultan menjadi calon presiden.

Selama ini kubu Sultan memang gencar merayu sejumlah daerah. Tanggal 23 Januari lalu, bersama Surya Paloh,Sultan berkunjung ke Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Pulang dari sana, Surya Paloh yang juga Ketua Dewan Pertimbangan Golkar, menegaskan bahwa Sultan memiliki semua syarat yang harus dimiliki seorang calon presiden.

Gandung menegaskan bahwa kubu Sultan akan terus melakukan konsolidasi ke sejumlah daerah.  Paling tidak, klaim Gandung,  sekitar 17 pengurus propinsi akan mendukung Sultan.

Dukungan daerah yang agak terang benderang memang ditumpahkan untuk sang ketua umum, Jusuf Kalla. Selain Maluku Utara, Golkar Kalimantan Barat bulat mendukung Kalla. "Jusuf Kalla yang paling menguat,” kata Zulfadhli, Ketua Golkar Kalimantan Barat kepada VIVAnews.

Jusuf Kalla juga mendapat dukungan dari hampir semua propinsi yang masuk barisan Iramasuka (Irian, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan). Kelompok Iramasuka ini tenar saat mendukung B.J. Habibie sebagai calon presiden tahun 1999.

Ketua Golkar Papua, John Ibo menegaskan bahwa Kalla sangat prospektif untuk maju sebagai calon presiden. “Dia satu-satunya orang Indonesia dari bagian timur yang diberi kepercayaan,” kata John Ibo kepada VIVAnews. 

Sejumlah pengurus Golkar di Jawa juga tegas mendukung Kalla maju menjadi calon presiden. “Kalau Ketua Umum bersedia untuk maju, maka Ketua Umum akan diprioritaskan,” tegas Ketua Golkar Jawa Tengah, Bambang Sadono kepada Vivanews.

Begitu juga dengan Golkar Jakarta. "Dari dulu kami mengajukan nama Kalla sebagai calon presiden,” kata Ketua Golkar Jakarta, Ade Surapriatna. Golkar Lampung justru paling terang-terangan menggadang Kalla sebagai calon presiden dari Golkar. Apapun pilihan yang ada, Lampung tetap mengusung Kalla sebagai kandidat yang layak menjadi calon presiden. "Kalau Lampung, sudah harga mati (untuk mencalonkan) ketua umum partai," Ketua Golkar Lampung, Alzier Dianis Thabranie.

              **
Peran pengurus daerah di Golkar memang diakui cukup besar. Itu karena Golkar tidak punya tokoh sentral seperti Megawati Soekarnoputri di PDI Perjuangan dan Susilo Bambang Yudhoyono di Partai Demokrat.

Distribusi kekuatan politiknya sampai di daerah. Bila penjaringan calon presiden partai lain ditentukan pusat, Golkar menjaring dari keinginan daerah.

Dan Jusuf Kalla, kata pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada, Dodi Ambardi, tahu betul pentingnya mengakomodasi perang Dewan Pimpinan Daerah(DPD). “Kalau diabaikan terus menerus akan melemahkan Golkar sendiri,” kata doktor politik itu.

Desakan sejumlah pengurus daerah dalam pertemuan di rumah kontrakan, Kamis pagi itu, mengubah peta politik Golkar dan mungkin peta politik  pemilihan presiden 2009.

Jumat, 20 Februari 2009, Kalla menegaskan siap berhadapan  dengan Susilo Bambang Yudhoyono,yang diusung Partai Demokrat. "Saya tidak pernah katakan tidak siap. Saya selalu siap," kata Kalla di Kantor Wakil Presiden, Jakarta Pusat. Kala juga menegaskan bahwa kesiapannya itu atas desakan pengurus daerah.

Dodi Ambardi menilai penegasan Kalla itu bertujuan untuk merekatkan sejumlah faksi politik yang kini kian meruncing ditubuh Golkar. “Ini lebih karena banyak faksi serta orang kuat di dalam Golkar, dan itupun ribut terus,” kata Dodi. Dengan penegasan itu spekulasi calon presiden yang kian kisruh dikalangan elit Partai Golkar bisa diredam.

Dalam pertemuan di rumah kontrakan Kamis pagi itu --ketika didesak terus-terusan  oleh pengurus daerah menjadi calon presiden – Kalla menjawab aspirasi daerah setelah melakukan salat istikharah. Salat ini biasanya digunakan bagi umat muslim yang sedang menghadapi pilihan yang sangat berat.

Dengan melaksanakan salat itu, diharapkan ada petunjuk atas keputusan yang akan diambil. Jadi, ini bukan keputusan yang mudah bagi Kalla.

Ria Ricis Ngonten Pakai Siger Sunda, Netizen: Kode Pengen Jadi Manten Lagi
Mantan Ketua KPK, Antasari Azhar

Antasari Azhar Ucapin Selamat ke Prabowo-Gibran: Semoga Komitmen Berantas Korupsi

Mantan Ketua KPK, Antasari Azhar mengucapkan selamat kepada Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka yang ditetapkan sebagai Presiden dan Wakil Presiden 2024 terpilih.

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024