Warwick Brady

Bawa Mandala Bertarung di Tarif Murah

Ia dilahirkan di benua hitam dengan paspor Afrika Selatan. Namun, Warwick Brady seperti nomaden. Sebagai mantan pilot, ia sangat mobile. Ia sudah terbiasa keliling dunia, menginjakkan kaki dari satu negara ke negara lain, dari satu benua ke benua lain.

Mobilitasnya sebagai pilot mulai berkurang setelah ia banting setir terjun langsung mengelola bisnis pesawat. Berbekal gelar MBA di bidang manajemen pesawat dari Henley Management College di Inggris, kecintaannya pada bisnis pesawat kian merebak.

Namun, peran sebagai warga dunia tidak lekang. Meski usianya masih 43 tahun, sejumlah negara sudah pernah dia huni dalam tempo cukup lama. Ketika pesawat bertarif murah sedang booming, Warwick pindah ke Ryanair, low cost carrier yang berbasis di Inggris.

Tiga tahun menjabat Direktur Operasi di sana, ia hengkang. Pada 2005, ia pindah ke Air Deccan sebagai Direktur Operasi. Air Deccan dikenal sebagai penerbangan low cost carrier terbesar kedua di India.

Namun, pada 1 Juli 2007, ia berpindah lagi ke Indonesia. Warwick ditunjuk Cardig International, pemegang saham Mandala Airlines untuk memimpin maskapai ini bertarung di tarif murah di negara ini. Pemegang saham Mandala sangat berharap dengan sosoknya yang dikenal berpengalaman dalam memajukan maskapai bertarif murah baik di India dan Eropa Barat.

Untuk memajukan Mandala, Warwick membajak beberapa manajer operasional berpengelaman tingkat internasional. Tiga di antaranya Chief Operating Officer Steve Wilk, Technical Director Brian Bradbury, dan Director of Flight Operations Cor Blokzijl. Namun, beberapa karyawan lama Mandala masih tetap dipertahankan.

Bagi Warwick, tantangan terbesar saat menjabat CEO Mandala adalah melakukan transformasi dari perusahaan penerbangan yang kental dengan manajemen militer menjadi maskapai komersial modern dengan standar internasional. Sejak awal bergabung dengan Mandala, ia pun berambisi mengubah persepsi masyarakat soal tingkat keselamatan penerbangan Indonesia.

Mencermati banyaknya kecelakaan pesawat, Warwick punya strategi. Mandala kemudian menginvestasikan jutaan dolar untuk implementasi alat bantu keselamatan, pelatihan, dan audit terbaik. Singapore Airlines Engineering Company (SIAEC) kemudian dikontrak untuk perawatan pesawat Airbus. Selain itu, ia merekrut 3 orang instruktur dari Toulouse, Prancis untuk memastikan pilotnya mengoperasikan Airbus dengan baik.

Bahkan saat ini, Mandala telah menyelesaikan audit IOSA oleh International Air Transport Association (IATA) yang memastikan maskapai ini memenuhi standar internasional keselamatan. Selain itu, Mandala telah menjalani serangkaian audit dari Airbus, Boeing, Departemen Perhubungan, dan sejumlah perusahaan serta asosiasi yang berkomitmen untuk terbang bersama Mandala. Sebut saja, Kamar Dagang dan Industri, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia, Total E&P Indonesie, Kenyon, dan Conoco Phillips.

Di mata karyawannya, Warwick dikenal sebagai atasan yang tak kenal waktu dalam bekerja. Ia sempat uring-uringan ketika masa libur Lebaran lalu, beberapa karyawan menunjukkan “gelagat malas bekerja”. Hal itu dimaklumi para karyawan mengingat bisnis penerbangan justru mengalami performa puncak ketika masa liburan.

Saat ini, ia konsentrasi membidik pasar domestik. Ia belum berani untuk membuka rute luar negeri, meski kesepakatan penerbangan internasional mengizinkan sejauh 4 jam terbang. Baginya, penerbangan domestik perlu dieksplorasi, terutama rute-rute di luar Jawa.

Belum lama membuka rute tujuan Balikpapan, Mandala berhasil menjadi yang terbaik untuk rute Balikpapan – Tarakan dan Balikpapan – Yogyakarta. “Penguatan pasar domestik digenjot untuk mempersiapkan Mandala go international pada 2010 ketika pasar bebas mulai dibuka,” katanya di Balikpapan, Rabu, 15 Oktober 2008.

Strateginya berhasil. Dua tahun memimpin Mandala, ia berhasil membawanya berkibar menjadi maskapai penerbangan ketiga terbesar di Indonesia. Mandala sukses menguasai pangsa pasar 14 persen, sedangkan Garuda Indonesia menjadi pemain pertama dengan pangsa 32 persen, dan Lion Air di posisi kedua dengan pangsa 20 persen.

Dengan mengandalkan armada baru, Warwick masih optimistis Mandala akan menjadi yang terbaik di penerbangan domestik. Sejak 2007, ia telah meneken kontrak pembelian 30 armada Airbus A-320 dari Prancis senilai US$ 1,8 miliar. Dengan pesawat baru, Mandala akan mengandangkan dua pesawat Boeing B737-200 yang tersisa pada 2008. Bagi Warwick, kenyamanan dan keselamatan penumpang sedang menjadi prioritas utama Mandala sekarang. “Sangat kasihan jika penumpang Indonesia mendapat pesawat lama, sulit menjamin keselamatan.” ujarnya.

Kini, Warwick terus memburu rute baru. Mulai September 2008, Mandala membuka rute ke jurusan Bengkulu, Pontianak, Jambi, dan Pangkal Pinang. Sedangkan untuk wilayah terpencil di Nusa Tenggara Timur, Mandala bekerja sama dengan TransNusa untuk layanan perjalanan one stop booking dari Jakarta, Surabaya, dan Denpasar yang terkoneksi langsung ke Ende, Maumere, Bajawa, Ampenan, Waingapu, Tambaloka, Labuan Bajo, dan Alor.

Pria yang sulit berbahasa Indonesia ini mengaku potensi penerbangan Indonesia terletak di wilayah geografisnya. Indonesia yang terdiri dari kepulauan tidak memungkinkan untuk berkendara lewat darat. “Dengan 24 juta penduduk dan penerbangan basis biaya rendah, saya yakin Mandala akan berpeluang besar di Indonesia,” pungkasnya.

Nyamannya Naik Gunung Terbersih di Indonesia
Telapak Kaki Nabi Muhammad

Geger Seorang Ulama Pesohor Kritik Nabi Muhammad

Iran tengah dihebohkan setelah seorang ulama, yang sangat pesohor oleh pemimpin tertinggi Iran, Ali Khamenei, mengeluarkan kritik terhadap Nabi Muhammad, dengan komentar

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024