Politik Israel

Netanyahu Perlambat Perdamaian Timur Tengah

VIVAnews - Terpilihnya Benjamin Netanyahu sebagai perdana menteri (PM) baru Israel diperkirakan memperlambat pembicaraan perdamaian antara negaranya dengan Palestina yang dimediasi Mesir. Pasalnya, menurut pengamat politik Mesir, bangsa di Negeri Piramid itu memiliki pengalaman buruk dengan Netanyahu.

Para pemimpin Mesir telah menghadapi pragmatisme Netanyahu saat pertama kali menjadi PM Israel tahun 1996. Tak heran bila Presiden Mesir, Hosni Mubarak, mengatakan Netanyahu membuat dia kehilangan kesabarannya.

"Tuduhan dan bantahan, dan kurangnya rasa percaya diri, itu periode yang sangat buruk," kata pengamat hubungan Israel-Mesir di Pusat Studi Politik Ahram, Emad Gad seperti dimuat harian Tehran News, Minggu 22 Februari 2009.

Pendiri partai Likud yang sekarang dipimpin Netanyahu, Menachem Begin menandatangani perjanjian perdamaian dengan Presiden Mesir Anwar Sadat pada 1979. Perjanjian itu menempatkan Mesir dalam hubungan kemitraan strategis namun tidak nyaman dengan Israel.

Mubarak hanya sekali mengunjungi Israel yaitu saat melawat Yitzhak Rabin pada 1995. Rabin tewas dibunuh kaum religius fanatik yang menentang perjanjian Oslo antara Israel dan Palestina.

Tahun selanjutnya, Mubarak mendekati Netanyahu yang baru terpilih sebagai perdana menteri Israel. "Saat itu dia tampak lebih terbuka," kata penasehat Mubarak, Ossama el-Baz.

Namun Mesir dan Israel tidak pernah benar-benar seia sekata. Netanyahu tidak pernah menghiraukan pendapat Mubarak. Pemerintahan Mesir baru merasa lega saat pimpinan Partai Buruh Ehud Barak memenangi pemilihan umum 1999.

Eko Patrio Ungkap Sakit yang Diidap Parto Hingga Harus Dioperasi

Tapi pembicaraan perdamaian berakhir tanpa hasil. Harapan Mesir kembali kandas saat perdana menteri berikutnya, Ariel Sharon jatuh koma pada 1996.

Mantan duta besar Mesir untuk Israel dan kepala komisi hubungan luar negeri Mesir Mohammed Bassiouni berharap Netanyahu telah berubah. "Semoga dia membentuk pemerintahan yang kuat," ujar Bassiouni.

Partai Kadima meraih 28 dari 120 kursi di parlemen (Knesset) dalam pemilihan umum yang digelar pada 10 Februari lalu. Lawannya, Likud, mendapatkan 27 kursi. Namun kontribusi sekutu-sekutu sayap kanan Likud membuat partai itu bisa memperoleh suara mayoritas hingga 65 jursi di Knesset.

Presiden Israel Shimon Peres telah menunjuk Netanyahu untuk membangun pemerintahan baru karena ia memperoleh dukungan lebih banyak. Netanyahu memiliki waktu enam minggu untuk membentuk koalisi. Hingga saat itu, perdana menteri Israel Ehud Olmert memegang pemerintahan.

Pekerja melipat surat suara pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2024. (Foto ilustrasi).

Isu Partai Rival Gabung Dukung Prabowo, Sangap Surbakti Khawatir Bisa Jadi Duri dalam Daging

Isu parpol rival di Pilpres 2024 loncat merapat dukung barisan koalisi Prabowo-Gibran terus mencuat.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024