Luca Toni

Kunci Hidup Mati Bayern

VIVAnews - Tanpa Luca Toni Bayern Munich seperti mati suri. Bersama Tonigol, Bayern mendadak hidup lagi.

Estádio José Alvalade yang berkapasitas 50 ribu penonton, Rabu 24 Februari 2009 (Kamis WIB), hanya bisa terhening. Pasalnya, jagoan mereka yang menjadi pemilik stadion, Sporting Lisbon, baru saja dihancurkan Bayern dengan telak 5-0.

Derita Lisbon dimulai pada menit 42 ketika fantasista Franck Ribery menjebol jala kiper Tiago. Ini merupakan gol pertama dari dua gol yang Ribery ciptakan malam itu. Tiga gol lainnya diciptakan Miroslave Klose dari titik penalti dan Luca Toni.

Nama terakhir yang disebut merupakan bintang malam itu. Toni menegaskan perannya semakin vital, bukan hanya di Allianz Arena.

Tanpa Toni, FC Hollywood ngos-ngosan di Bundesliga. Ya, Toni memang absen dari tiga laga Bayern usai mengalami cedera otot tendon.

Tak salah jika der trainer Juergen Klinsmann sangat berharap kepada Toni. Dan Toni kembali membuat Klinsi tersenyum dengan gol-golnya.

Toni melesakkan dua gol dengan gaya elegan khas striker Italia tersebut, sundulan. Toni memang tak pernah kehilangan ketajamannya meski berpindah ke negara yang cukup asing buat pesepakbola Italia, Jerman.

Sejak bergabung 2007 lalu, pria 31 tahun itu sudah mencetak 33 gol dari 46 pertandingan. Belum lagi kesuksesannya membawa FC Hollywood sebagai juara Bundesliga, Piala Liga dan Piala Super Jerman, di musim pertama.

Penjelasan BI soal Layanan Alipay Mau Masuk Indonesia

Kontroversi di Antara Prestasi

Pemilik nama lengkap Luca Toni Varchetta Delle Cave ini memulai karir di Modena (1994-1996). Setelah tujuh kali berpindah klub kecil, Toni akhirnya mendapat kesempatan bermain di klub selevel Palermo.

Selama dua musim bergabung, Fiorentina tergoda dengan Toni yang ahli menggunakan kepala dan kedua kakinya. Akhirnya pada Juli 2005, pria bertinggi 193 cm itu resmi bergabung dengan La Viola dengan banderol 10 juta euro (Rp 152 miliar).

Kepergiannya dari Palermo sempat memunculkan kontroversi. Namun, Toni melupakan itu semua dan komit memberikan yang terbaik untuk klub asal kota Firenze itu.

Salah satu caranya adalah dengan menjadi top skorer musim 2005-2006 dengan 31 gol. Jumlah gol ini kali pertama terjadi di Serie A setelah 47 tahun.

Pengabdian Tonigol makin terasa setelah La Viola harus mengawali musim 2006-2007 dengan pengurangan poin akibat tersangkut kasus Calciopoli. Ia memilih bertahan, bahkan sukses mengamankan posisi la Viola ke Piala UEFA.

Ketika akhirnya memutuskan pergi dari Firenze, Toni berlabuh di lokasi yang tepat, Munich. Dengan klub sebesar itu ditambah tandem sekelas Ribery, bisa dibilang Toni sangatlah beruntung.

Satu hal kini jadi bidikan Tonigol: menaklukkan Eropa bersama Bayern!

Pendaftaran Petugas PPK Dimulai, KPU Depok Akan Rekrut 55 Orang
Vidi Aldiano

Ternyata Vidi Aldiano Suka Berburu Free Ongkir dan Selalu Menang War Produk

Selebriti Vidi Aldiano mengaku suka belanja online dan berburu gratis ongkos kirim. Hal ini ia terapkan demi menghemat pengeluaran.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024