Krisis Perbankan Inggris

Bank RBS Rugi Rp 415,7 triliun

VIVAnews - Royal Bank of Scotland (RBS) mengalami kerugian tahunan terbesar sepanjang sejarah perbankan Inggris. Bank terbesar kedua di Inggris itu, Kamis 26 Februari 2009, mengumumkan kerugian sebesar 24,1 miliar pound sterling (sekitar Rp 415,7 triliun) akibat kebijakan akuisisi yang agresif sepanjang 2008.

Untuk mengatasi kerugian tersebut, tim pengelola baru RBS akan melakukan restrukturisasi dan menyerahkan ratusan aset tidak sehat bernilai ratusan miliar poundsterling kepada badan penyehatan perbankan pemerintah Inggris.

"Kami benar-benar harus lebih baik mengelola RBS," kata Kepala Korporat Eksekutif RBS yang baru Stephen Hester di London.

Rencana restrukturisasi meliputi pemotongan ongkos operasi RBS hingga 2,5 miliar pound sterling (Rp 43,1 triliun) sehingga bank ini akan memusatkan operasinya di Inggris. Bank berusia 282 tahun ini juga akan melepaskan rencana menguasai Citizens Financial Group, jaringan bank Amerika yang berbasis di Providence, Pulau Rhode, dan memiliki 1.600 cabang.

Kerugian RBS ini memacu kemarahan publik akibat kesalahan pengelolaan perbankan oleh bankir senior yang diupah besar. "Ini menunjukkan bagaimana tidak bertanggungjawabnya para pengelola sementara di seluruh negeri angka pengangguran meningkat," ujar juru bicara persatuan Unite, Derek Simpson.

Hester mengatakan bahwa banknya benar-benar menderita akibat kerugian ini. Padahal pada 2007, RBS menangguk keuntungan hingga 7,3 miliar pound sterling (sekitar Rp 125,9 triliun). Ia menolak mengomentari kemungkinan pemutusan hubungan kerja 20.000 karyawan.

Pendapatan RBS menurun 15 persen menjadi 25,87 miliar pound sterling (Rp 44,6 triliun). Kerugian RBS terutama disebabkan kredit macet dan menurunnya perdagangan akibat kredit macet perumahan Amerika, bangkrutnya bank investasi Amerika Lehman Brothers, kegagalan bank Islandia dan skandal investasi Madoff.

RBS juga akan mengalirkan 240 miliar pound sterling (Rp 4136,1 triliun) atau 20 persen dari sejumlah asetnya ke divisi non-inti. Untuk sementara, RBS akan memangkas 145 miliar pound sterling (Rp 2498,5 triliun) produk derivatif, dan 155 miliar pound sterling (Rp 2671,8 triliun) aset beresiko terutama dari divisi perbankan dan pasar global RBS. Aset-aset ini akan dipulihkan dalam tiga atau lima tahun mendatang.

RBS juga akan menyerahkan aset senilai 325 miliar pound sterling (Rp 5603,9 triliun) ke dalam program proteksi aset pemerintah. RBS membayar 6,5 miliar pound sterling (Rp 112,03 triliun) pada Departemen Keuangan untuk mengikuti program ini. Departemen Keuangan akan menindaklanjutinya dengan menerbitkan saham baru kelas 'B' senilai 13 miliar pound sterling (Rp 224,1 triliun) dengan pilihan penerbitan saham tambahan senilai 6 miliar pound sterling (Rp 103,4 triliun).

Sebelumnya RBS telah menerima paket dana talangan sebesar 20 miliar pound sterling (Rp 344,8 triliun). Dengan mengikuti program proteksi aset, saham pemerintah di RBS akan meningkat hingga 75 persen, dan harus disetujui seluruh pemegang saham. (AP)

Pameran Festival PPKL, MIND ID Paparkan Upaya Jaga Lingkungan
Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Ahmad Luthfi di Mapolda Jateng

Baliho Bertebaran Dimana-mana, Kapolda Irjen Luthfi Bantah Ancang-ancang Pilgub Jateng

Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Ahmad Luthfi merespons balihonya yang bertebaran di sejumlah titik di Jawa Tengah, yang dikaitkan dengan ancang-ancang di Pilkada Jateng

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024