Budidaya Sapi Berpotensi di Indonesia Timur

VIVAnews - Kawasan Indonesia Timur dinilai berpotensi besar sebagai pusat pengembangan sapi. Pengembangan sapi di kawasan Timur Indonesia diprediksi bisa menghemat biaya pembudidayaan.
 
Menurut Tjeppy D Soejana, direktur jenderal peternakan Departemen Pertanian, luasnya lahan tidak terpakai di kawasan Indonesia Timur untuk membangun sentra usaha peternakan sapi mengurangi biaya pemeliharaan. Biaya pembudidayaan sapi potong membutuhkan Rp 12.000 perhari per sapi.

"Sedangkan di kawasan Timur tidak perlu penanganan khusus untuk budidayanya. Tinggal melepas ke lahan rumput saja," katanya pada Seminar Potensi Pengembangan Investasi Peternakan di Kawasan Indonesia Timur pada Agrinex Expo 2009 di Balai Sidang Jakarta, Jumat, 13 Maret 2009.
 
Dia mengatakan, kendati ukuran sapi lokal lebih kecil daripada sapi impor, produktivitas sapi lokal lebih baik dibangding sapi impor. Bahkan, sapi betina lokal memiliki jangka waktu melahirkan lebih cepat dan jumlah anakan yang lebih banyak.

29 Pati TNI Naik Pangkat Satu Tingkat Lebih Tinggi, Ini Daftar Namanya

"Satu ekor sapi lokal menghasilkan daging sekitar 300 kg (kilogram), sementara daging sapi impor mencapai 400-450 kg per ekor," tutur Tjeppy.

Tjeppy menambahkan, kalau kita impor, biaya impor akan lebih mahal, sehingga kenapa tidak dikembangkan di dalam negeri saja. Pada 2008, Indonesia mengimpor sapi sebanyak 2,1 juta ekor dengan tren yang meningkat.
 
Dia mengakui, untuk meningkatkan produktivitas sapi lokal, pembibitan yang berasal dari impor, mutlak dilakukan agar memperbaiki kualitas sapi lokal.
 
Tjeppy menuturkan, program pemberdayaan peternakan agar swasembada daging sapi pada 2010 kini sedang berjalan, yaitu berupa pengembangan peternakan reguler serta program khusus.

Program inseminasi buatan diprioritaskan untuk 19 provinsi di Indonesia diantaranya Bali, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat.

Sedangkan untuk 10 provinsi, dilakukan program campuran kawin silang dan inseminasi buatan, misalnya untuk daerah Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Sumatra Barat dan Lampung. "10 provinsi juga diarahkan untuk pengembangan kawin silang di antaranya Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Nusa Tenggara Timur," ujarnya.
 
Untuk mendukung upaya swasembada sapi pada 2010, kata Tjeppy, pemerintah mendorong pembentukan rumah potong hewan (RPH), pengendalian produksi betina, serta penanganan gangguan reproduksi.

Kronologi Pengeroyokan 4 Pria di Depan Polres Jakpus yang Dipicu Pemukulan Terhadap Anggota TNI
OIKN saat diskusi pengembangan ekosistem start up

Otorita IKN Dukung Pengembangan Ekosistem Startup di IKN

Pembentukan ekosistem startup dan UMKM sangat penting dalam mencapai target Indonesia Emas 2045

img_title
VIVA.co.id
28 Maret 2024