VIVAnews - Yani Suryani,39, warga Kp riung Asing Rt 03 Rw12, Kel Tugu Raja, Kec Cihideng, Kotamadya Tasikmalaya menderita tumor ganas di sekujur tubuhnya. Akibatnya tumor tersebut membentuk benjolan yang menutupi tubuh dan mukanya.
Yani yang sebelumnya dirawat di Rumah sakit Daerah Tasikmalaya pada 11 Maret lalu, dirujuk ke RS Hasan Sadikin Bandung. Dengan menggunakan mobil ambulan Jamsostek Tasikmalaya, Yani tiba di Unit Gawat Darurat RSHS Bandung sekitar pukul 17.40 WIB.
Menurut salah seorang perawat yang mendampingi Yani, mengatakan bahwa Yani menderita susfek Neuro Friboma. Sehingga diperlukan penanganan oleh tim dokter khusus.
Menurut adik Kandung Yani, Dadan Nurdin,34, benjolan yang paling besar ditubuh Yani berada bedara di bagian pinggang sebelah kiri. Bila diukur besarnya berdiameter sejengkal orang dewasa.
"Benjolan lainnya berada di bagian wajah dan bagian tubuh lainnya," ujarnya saat ditemui wartawan di RSHS Bandung.
Sementara itu menurut Ibu kandung Yani, Entit Maskiyah,60, benjolan tersebut mulai tubuh pada saat Yani berusia tiga bulan. Awalnya benjolan itu hanya sebesar kelereng yang tumbuh dibagian punggung. Namun makin lama benjolan tersebut semakin membesar. Hingga akhirnya, pada usia tujuh tahun benjolan itu mulai menyebar ke bagian tubuh lainnya.
"Benjolan sebesar kelereng itu mulai menutupi sekuju tubuh Yani," ujarnya.
Melihat kondisi anaknya yang mulai cukup parah. Entit memberanikan diri untuk membawa Yani berobak ke pengobatan alternatif di wilayah Bogor. Seminggu sekali Yani pulang pergi Tasik-Bogor untuk menjalani pengobatan dengan cara tusuk jarum.
"Hasilnya tidak ada. Malah benjolan ditubuhnya semakin hari semakin membesar," imbuhnya.
Setelah lulus dari bangku Sekolah Dasar, Entit berusaha membawa Yani ke salah satu dokter di Bandung. Hingga akhirnya sekitar tahun 1999 Yani mendapatkan operasi. Hasilnya cukup baik, sebagian benjolan di bagian kepala dapat diangkat.
"Tapi karena tidak punya biaya, kami pun tidak dapat melanjutkan pengobatan Yani. Apalagi ayahnya sudah meninggal," ungkapnya.
Tak hanya itu, lagi-lagi himpatan ekonomi pun membuat Yani harus rela untuk tidak menamatkan sekolahnya. Keluarganya hanya mampu menyekolahkan Yani sampai kelas II di SMA Yayasan Islam Kota Tasikmalaya.
Keseharian Yani yang masih gadis itu, diisi dengan mengikuti berbagai kegiatan pengajian. Dia tidak penah absen mengikuti kegiatan di mesjid raya kota Tasikmalaya.
"Tetah selalu jalan kaki dari rumah menuju mesjid. Tapi suka capet cape. Bahkan sering mengeluh nyeri napas," ujarnya.
Saat ini Yani tengah menjalani perawatan di ruang Bogenvile I kamar 11, bekas uang inap Dede "manusia pohon" beberapa waktu lalu.
Reporter: Sigit Zulmunir | Bandung
VIVA.co.id
26 April 2024
Baca Juga :
Komentar
Topik Terkait
Jangan Lewatkan
Terpopuler
Selengkapnya
Partner
Dalam laga semi final Piala Asia U-23, Pj Gubernur Sumut akan menggelar nonton bareng di Sibolangit Kabupaten Deliserdang, sekaligus kegiatan Pemprov Sumut.
Temukan smartband terbaik untuk gaya hidup aktifmu! Dari Xiaomi hingga Samsung, pilihannya banyak. Baca sekarang!
Mengalami kinerja lambat pada ponsel bisa sangat mengganggu. Namun, apa yang sebenarnya menyebabkan hal tersebut terjadi? Simak artikel ini untuk mengetahui sebabnya.
Pelatih Arema FC, Widodo Cahyono Putro mengatakan, bahwa selama dia menjadi pelatih hadiah penalti yang mereka terima murni karena pelanggaran. Penalti itu didapat buah
Selengkapnya
Isu Terkini