Purbaya Yudhi Sadewa

Ekonomi Indonesia: Sudah Resesi!

VIVAnews - Kondisi ekonomi Indonesia memasuki babak baru. Kondisi ekonomi negeri ini sudah memasuki resesi, ekonomi mulai melambat. Itu setidaknya terlihat dari berbagai indikator ekonomi.

Tengok saja misalnya dari sisi indeks perekonomian terkini/Coincident Economic Index (CEI), yaitu indeks yang mempunyai lima komponen seperti indeks penjualan mobil, indeks konsumsi semen, indeks pertumbuhan impor, indeks laju pertumbuhan uang, dan indeks penjualan ritel.

Sejak Juni 2008, CEI cenderung terus menurun. Ini mengindikasikan adanya perlambatan dalam pertumbuhan ekonomi. Bahkan selama November-Desember 2008, CEI mencatatkan pertumbuhan minus 0,66% dari 105.90 (November) menjadi 105,21 (Desember) dimana impor, penjualan mobil, dan suplai uang menjadi negatif.

Alat ukur lainnya adalah Leading Economic Index (LEI) yang menunjukkan Indonesia memasuki masa resesi. Jika diibaratkan benda, LEI seperti bola kristal karena bisa menunjukkan apa yang akan terjadi pada 6 bulan hingga 12 bulan kemudian.

Leading Ekonomic Index mempunyai komponen Indeks Izin Mendirikan Bangunan (IMB), indeks kedatangan wisatawan asing, indeks investasi asing, indeks nilai tukar efektif riil, indeks harga saham gabungan (IHSG), indeks ekspor riil, indeks inflasi sektor servis.

LEI tercatat fluktuatif, dimana turun dari Februari hingga April 2008. Pad bulan Mei LEI sedikit naik di bulan Mei namun kemudian mulai turun pada Juni 2008. Namun LEI naik pada November dan Desember 2008. Ini menunjukkan ada peluang perbaikan ekonomi Indonesia menjelang akhir 2009.

Untuk mendeteksi masa resesi, jika dibuat kurva, semenjak Juni grafiknya terus menurun adalah siklus melambat atau penurunan tahap awal. Kurva itu terus menurun dan semenjak November Indonesia sudah memasuki resesi.

Pertanyaannya, apakah jurang resesi akan semakin dalam, tergantung dari pemerintah dan BI cepat tanggap dalam menghadapi keadaan.

Berbeda dengan Amerika, Indonesia masih ditolong oleh indeks kepercayaan konsumen (IKK) yang menunjukkan masih ada daya beli masyarakat. Sedangkan, di Amerika, tingkat kepercayaan konsumen menurun tajam.

IKK memberikan indikasi tentang keyakinan konsumen terhadap perekonomian secara keseluruhan. IKK turun tajam ke level 65,3 di Mei jika dibandingkan Februari di level 80. Namun setelah itu rebound dan cenderung meningkat. Sementara indeks sentimen bisnis juga rebound pada Januari 2009, setelah sempat menurun pada November 2008.

Pemahaman resesi memang ada yang mengatakan dua kali kuartal berturut-turut ekonomi mengalami pertumbuhan negatif. Resesi dalam hal ini adalah ketika perekonomian mulai menurun. Dari bulan ke bulan ekonomi terus berkontraksi dan itu terjadi terus menerus.

Dalam masa resesi, memang pertumbuhan negatif belum terlalu terlihat. Namun hal itu dapat dijadikan sinyal agar bisa keluar dari keadaan secepatnya. Perlahan ekonomi bisa tumbuh negatif jika tidak diatasi secepatnya. Jadi hal ini bisa digunakan pemerintah untuk mengetahui kedalaman yang terjadi.

Cirinya adalah jika ekspor mulai menurun, permintaan barang domestik menurun, daya beli eksportir menurun, pabrik mulai tutup, ekonomi pun turun.

Negara Amerika mengumumkan resesi ekonomi pada saat kontraksi pada saat masa kontraksi pada Desember 2007. Namun pertumbuhan negatif baru terlihat pada kuartal empat 2008.

Sedangkan ekonomi Indonesia, penurunan sudah mulai terlihat sejak Juli 2008. Perlambatan ekonomi semakin parah pada Oktober 2008 dan memasuki masa resesi pada Desember 2008. Sayangnya BI terus menaikkan suku bunga hingga November karena menganggap ekonomi Indonesia mulai terlalu panas.

Karena itu, pemerintah dan BI perlu berhati-hati. Kunci agar pertumbuhan ekonomi tetap membaik terletak pada percepatan belanja pemerintah dan efektivitas stimulus fiskal yang telah diluncurkan. Jika suku bunga ikut turun seiring penurunan BI Rate, maka ini akan lebih membantu ekonomi.

Indonesia masih ada harapan, karena mempunyai sesuatu yang dapat memicu terjadinya perbaikan ekonomi, yaitu indikasi daya beli masyarakat mulai membaik, seiring dengan berkurangnya tekanan inflasi. Selain itu, sentimen pebisnis mulai membaik dan suku bunga yang mulai turun.

Namun, jika pemerintah dan BI tidak berhati-hati, ekonomi Indonesia berpeluang untuk tumbuh di bawah 4 persen, yaitu sekitar 2 persen hingga 3 persen. Bahkan ekonomi Indonesia bisa tumbuh teritori negatif.

Analisis ini disarikan dari wawancara VIVAnews dengan Kepala Ekonom Danareksa Research Institute, Purbaya Yudhi Sadewa di Jakarta, Selasa malam, 17 Maret 2009.

Mansory Sulap Vespa Elettrica Menjadi Skuter Mewah
Ilustrasi berselancar di internet.

Cara Hapus Jejak Digital, Cocok buat yang Suka Buka Situs Berbahaya

Di era digital ini, hampir setiap aspek kehidupan kita terhubung dengan internet. Dari mencari informasi hingga berkomunikasi, kita meninggalkan jejak digital di berbagai

img_title
VIVA.co.id
20 April 2024