Jonathan Chang, UBS Invesment Bank Indonesia

Indonesia Lebih Tenang Sekarang

VIVAnews – Keberhasilan pemerintah menerbitkan global medium term notes (MTN) senilai US$ 3 miliar, pada saat dunia dilanda krisis finasial, menunjukkan bahwa investor asing tertanyata masih cukup percaya terhadap Indonesia.

Berikut wawancara VIVAnews dengan President Commissioner Chairman UBS Invesment Bank Indonesia Jonathan Chang di Jakarta, belum lama ini.  

Bisa Anda ceritakan proses UBS terpilih sebagai penjamin emisi (under writer) penerbitan global MTN pemerintah?
Biasalah, kan kami sudah aktif di penerbitan-penerbitan surat berharga dan obligasi dari dulu. Bahkan, UBS sudah tiga kali menawarkan global bond  milik mereka.  Jadi ini sudah menjadi acara tahunan bagi mereka.

Memang kali ini mereka (pemerintah) melihat, saat pasar sedang susah, mereka memerlukan fleksibilitas. Hasil riset kami menunjukkan MTN adalah salah suatu surat utang jangka pendek yang lebih memberikan fleksibilitas. Sehingga mereka bisa mengeluarkannya dengan berbagai mata uang,

Seberapa besar keyakinan UBS ketika pemerintah menunjuk sebagai penjamin emisi, sebab pasar finasial global sedang krisis?

Kami yakin sebab saat itu fundamental Indonesia masih cukup bagus. Terlihat, pertumbuhan domestik bruto (product domestic bruto/PDB) Indonesia termasuk yang paling tinggi dibanding negara-negara Asia atau pasar yang masih berkembang (emerging market). Keyakinan kami juga ditopang hasil survei terhadap para klien (calon pembeli). Setelah dipilih, kami melakukan non-deal roadshow.

Kalau Anda begitu yakin mengapa memakai sistem non-deal roadshow, tidak running book building?
Begini…,itu pada prakteknya hampir samalah, cuma instrumennya yang berbeda. Kali ini tenor (jangka waktu jatuh tempo) surat utangnya jauh lebih pendek karena memang difokuskan sebagai short term medium notes.

Ketika roadshow apa saja yang investor tanyakan?

Bagaimana Indonesia bisa bertahan di saat krisis, bagaimana prospek ke depan Indonesia. Mereka juga fokus bagaimana pemerintah memberikan insentif sehingga PDB bisa mencapai sesuai target. Di sini, peran Menteri Keuangan penting untuk memberi jaminan maupun pandangan bahwa Indonesia bisa bertahan dalam kondisi krisis seperti saat ini.

Banyak yang datang ketika roadshow?
Lebih dari 120 investor yang hadir. Dan yang menarik adalah ini penerbitan surat utang, di mana jumlah investor yang membeli itu hampir mendekati 400. Kami tidak pernah mengalokasi atau mendapatkan permintaan sejumlah itu meski di masa normal.
Hal itu menjelaskan bahwa mereka sudah mempertimbangkan dan melihat bahwa surat utang pemerintah Indonesia likuid dan merupakan salah satu investasi inti yang menarik.

Kepercayaan terhadap Indonesia masih tinggi, dan mereka melihat bahwa ke depan Indonesia akan sangat positif.

Dan yang lebih menarik, Pemilu tidak menjadi salah satu masalah potensial buat mereka. Mereka tahu Indonesia tahun ini mengadakan Pemilu. Mereka yakin akan berjalan sesuai aturan. Proses demokrasi di Indonesia dipercaya sudah berjalan dengan baik. Biasanya, politik menjadi salah satu faktor yang sangat menentukan dalam berinvestasi.

Anda perlu meyakinkan kantor pusat UBS dahulu bahwa global MTN ini layak jual?

Nggak lah, karena keputusan itu semuanya di dunia, di luar head office. Pasar yang menentukan dan memberikan kepercayaan bahwa Indonesia merupakan salah satu target dari investor tersebut. Memang konsekuensinya adalah interest (bunga global MTN) akan lebih tinggi dari pada biasanya.

Pada saat yang bersamaan ada negara lain yang menerbitkan bond?

Ada, seperti Brazil dan Filipina, mungkin beda satu atau dua bulan dengan mereka. Tapi satu dua bulan itu memberikan perbedaan harga yang sangat signifikan.

Bunga global MTN Indonesia lebih tinggi (mahal) ?
Dibanding Brasil kita lebih rendah, tapi dengan Filipina kita lebih tinggi satu sampai dua persen bedanya.  Mungkin Filipina adalah salah satu yang exceptional. Karena permintaan lokal mereka tinggi sekali dan memiliki likuiditas dolar sangat besar. Filipina adalah negara yang banyak sekali pekerja-pekerjanya bekerja di luar negeri.  Jadi likuiditas dolarnya cukup besar, itu bedanya.

Mereka tidak terlalu sensitif, dalam arti kata penetapan harganya (pricing). Sedangkan Indonesia, likuiditas lokalnya tidak sebesar negara itu. Jadi, pricing akan selalu menjadi sangat sensitif karena mereka akan membandingkan negara sejenis yang mempunyai peringkat yang sama, berapa mereka menawarkan harga global bond US$-nya.

Bagaimana dengan tenornya?
Acuan utamanya dari investor. Misalnya, investor Amerika Serikat mereka lebih menyukai yang 10 tahun, sedang di Asia lebih tertarik yang lima tahun. Jadi, wawasan investasi di AS lebih panjang.

Komposisi bagaimana?
Sepertiga bertenor 5 tahun dan dua pertiganya  10 tahun. Artinya, lebih banyak investor AS dan Eropa yang membeli global MTN Indonesia.

Investor lokal  berapa?
Lebih kecil dibanding global. Saat terakhir permintaan global itu sekitar US$ 7,5 miliar, sedangkan lokal hanya sekitar US$ 500 juta. Bedanya dengan Filipina, permintaan lokal bisa mencapai 30-40 persen dari total surat utang yang dijual .

Artinya aliran modal di pasar uang internasional masih berjalan?
Permintaan masih ada, tapi tetap selektif. Mereka mengkombinasikan antara yield (imbal hasil) dan kualitas obligasinya. Tentu dong, buat apa mereka dapat yield tinggi kalau surat utang yang diterbitkan kualitasnya jelek, nanti tidak bisa bayar juga.

Kalau secara bersamaan, Singapura menerbitkan global bond, laku atau tidak?
Kalau dengan keadaan sekarang, mestinya lebih laku Indonesia karena fundamentalnya jauh lebih baik daripada Singapura yang tergantung pada produk ekspor dan mereka tidak mempunyai sumber daya alam.  

Meski country rating (peringkat) mereka lebih bagus dari Indonesia?

Ya. Memang mungkin bunga yang mereka berikan (interest yield) jauh lebih rendah, karena mereka boleh dibilang on the top of investment grade. Tapi premium (harga) yang harus mereka bayar akan sangat besar sekali karena keadaan mereka sekarang sangat vulnerable.

Proyeksi UBS, kapan Indonesia pulih kapan?
Ini kali berbeda, karena yang menjadi sumber krisis bukan Indonesia tapi Amerika yang akhirnya mempengaruhi banyak negara-negara lainnya seperti Eropa.  Kendalanya bagi Indonesia adalah seberapa jauh negara tersebut bisa pulih dari krisis. Karena kita tidak mengalami krisis tapi hanya terkena dampak dari krisis tersebut.

Memang akan menimbulkan suatu kontraksi terhadap perekonomian Indonesia, karena pasti investor asing akan terpengaruh, ekspor dan harga komoditas juga akan terpengaruh, yang secara tidak langsung akan mempengaruhi keadaan fundamental Indonesia.

Yang mesti dijaga adalah bagaimana kita tidak mengalami kontraksi sebesar negara-negara lainnya. Jangan  sampai terjadi pertumbuhan PDB kita nol atau sangat rendah satu sampai dua persen, atau mungkin minus.

Prediksi UBS sendiri berapa?
Sangat konservatif, harusnya di atas tiga sampai empat persen, dengan catatan di luar sana (global) tidak mengalami krisis kedua kalinya. Kita kan tidak bisa menonjol sendiri juga, di saat negara-negara yang lain sedang susah.

Kesuksesan penerbitan obligasi ini membantu memperbaiki persepsi investor?
Saya rasa begini, ada dua hal yang sangat positif. Pertama, ternyata kepercayaan kepada Indonesia masih sangat tinggi. Kedua, keyakinan terhadap situasi politik Indonesia juga masih tinggi.

Dengan berhasilnya pemerintah menerbitkan global MTN sebesar US$3 miliar ini ada dua keuntungaan yang didapat. Satu, setidaknya sebagian besar dari kebutuhan dana untuk pemerintah tahun ini sudah terpenuhi. Kedua, ini juga penting untuk memberikan kepercayaan yang lebih tinggi pada mata uang kita. Mata uang kita sudah terimbas hampir 30 persen akibat adanya krisis ini.   

Ada kritik tingginya bunga global bond mempersulit penurunan bunga domestik, menurut Anda bagaimana?
Satu hal yang perlu orang ketahui, kalau Anda tanya dari Bank Indonesia,  total utang dalam denominasi dolar perusahaan swasta yang akan jatuh tempo tahun ini kalau tidak salah sekitar US$17-18 miliar.

Tentunya, dengan keadaan seperti saat ini, jika pemerintah tidak mengeluarkan gobal bond, kalau ada perusahaan swasta yang akan mengeluarkan global bond pasti akan tinggi sekali bunganya. Tapi kalau global bond pemerintah tidak keluar, tidak ada benchmarking (patokan) yang jelas.

Ya, yang penting likuiditas ada,  meski bunga sedikit tinggi. Tapi kalau tidak ada benchmark yang jelas, bagaimana perusahaan swasta menerbitkan global bond? Karena tidak jelas kan, di harga berapa mereka mengeluarkan. Apakah ada jaminan mereka bisa mengeluarkan lebih murah dari 12 persen? Tidak mungkin kan?

Setidaknya, dengan pemerintah Indonesia mengeluarkan bond dengan harga 10-12 persen, benchmark-nya sudah jelas.  Mereka (perusahaan) bisa mengira-ngira. Kalau Anda misalnya, merupakan perusahaan swasta yang terkenal , mungkin Anda punya global bond dengan bunga bisa sama, lebih rendah atau dan tinggi sedikit disbanding surat utang pemerintah.

Kalau perusahaan itu memiliki fundamental bagus sekali, misalnya di usaha tambang, dan sudah tercatat di bursa saham, mungkin saja mereka bisa memiliki kemewahan untuk mengeluarkan surat utang dengan kupon di bawah global bond pemerintah, dengan jaminan pihak-pihak lain.

Sekarang  perusahaan-perusahaan seperti itu ada? 
    
Ya adalah, walau tidak banyak. Tapi saya tidak bisa menyebutkan namanya.

Caleg Demokrat Fathi Lolos ke Senayan Bareng Melly Goeslaw dari Dapil Jabar I

Mengenai utang swasta yang tahun ini jatuh tempo sekitar US$ 18 miliar, seberapa besar kemampuan mereka membayar?
Nah, saya rasa ini yang saya katakan menumbuhkan kepercayaan itu sangat penting sekali. Kalau benar jatuh tempo US$18 miliar, saya yakin sebagian besar tidak bisa dibayar dan mau tidak mau mereka harus direstrukturisasi atau refinancing.

Kalau sampai itu terjadi, kalau sampai kita tunda penerbitan global bond pada saat di mana begitu banyak perusahaan swasta yang jatuh tempo, apakah resiko negara kita akan naik. Berarti, biaya yang akan dikeluarkan juga jauh lebih tinggi

Inilah pentingnya mengambil kesempatan sepagi mungkin, sebelum semuanya kelihatan sangat jelek. Karena pada saat itu, kalaupun Anda ingin membayar (bunga obligasi) dengan sangat  tinggi, tetap aja tidak ada yang mau membeli.

Setiap penerbitan surat utang, orang akan membeli berdasarkan persepsi. Kalau persepsinya bagus, mereka akan beli. Tapi begitu persepsinya jelek, imbalannya lebih tinggi dua kali lipat mereka juga tidak akan beli. Karena investor merasa resikonya akan jauh lebih besar.

Selain masalah persepsi, faktor apalagi?
Stabilitas kurs rupiah. Dalam situasi seperti ini, ketika utang swasta ramai-ramai jatuh tempo, kurs sangat dominan pengaruhnya. Kalau rupiah sampai terus melemah maka utang dolar mereka akan membengkak, ini yang harus benar-benar dijaga.

UBS sudah mendapatkan permintaan dari perusahaan swasta untuk membantu menerbitkan obligasi internasional dalam rangka refinancing?
Yang menanyakan sudah banyak tapi mereka sudah tahu bahwa peluangnya jauh lebih kecil dibanding pemerintah, karena pasarnya sedang tidak menentu saat ini. Mereka masih terus memantau dan memonitor bagaimana perkembangan terakhir.

Termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN)?

BUMN… mungkin di sektor perbankan ya. Karena bila melihat tren, perbankan Indonesia banyak mengeluarkan rights issue, pendanaan akan menjadi yang sangat penting sekali. Tapi mereka juga realistis, seberapa mahal ongkos yang mereka harus bayar.

Daftar Harga Motor Vespa per Maret 2024

Yang jelas menerbitkan obligasi peluang jauh lebih baik dibandingkan saham. Obligasi kan tetap sebagai utang. Kalau saham kan ekuitas,  kalau Anda menerbitkan sekarang ini biayanya mahal sekali, karena harga saham saat ini sangat murah.

Kalau bond, semahal-mahalnya mungkin bisa mendapat harga tinggi bila masuk pasar, ya sekitar 1-2 persen lebih mahal dari  biasanya, yang tetap sebagai utang, tidak ada dilusi (penurunan)  kepemilikan saham. 

Kalau saham jatuhnya lebih mahal, karena harganya yang sedang murah. Tapi kalau saya lihat, perbankan Indonesia kemungkinan akan mulai menerbitkan saham baru (rights issue). Sebab itu merupakan salah satu cara mereka meningkatkan kepercayaan kliennya. Bahwa bank tersebut mempunyai nilai kapital yang cukup tinggi, sehingga  bagaimanapun situasi pasar mereka masih bisa melewati masa krisis dengan baik.  

Sejak awal krisis di bulan September  2008, dana investor yang keluar dari UBS berapa?

Kalau di Indonesia sepertinya tidak terlalu besar ya.

Klien-klien Anda masih banyak yang melepas saham?
Sekarang bisa dibilang hampir habis ya, karena pasar saham jatuh signifikan, jadi apa  lagi yang akan dijual. Anda lihat saja, indeks harga saham gabungan (IHSG) sudah turun hampir 50 persen. Mungkin enam bulan yang lalu, orang berlomba-lomba menjual saham-saham yang mereka miliki. Tapi saat ini sudah tidak ada lagi, atau stagnan.

Sudah ada tanda-tanda mereka masuk lagi?

Saya rasa, sebagian besar mereka memilih selektif sebelum membeli. Karena yang paling penting adalah mereka akan melihat dulu apakah gejolak sudah selesai belum. Tapi secara keseluruhan klien memilih memegang uang tunai, sambil menanti waktu yang baik untuk masuk lagi. Tapi secara perlahan-lahan sudah ada yang mencoba mengakumulasi saham lagi.

Anda pernah mengalami krisis dua kali,  tahun 1998 dan sekarang ini, kira-kira lebih parah mana?

Buat Indonesia, pastinya tahun 1998 itu jauh lebih parah karena kita adalah pusat dari krisis itu sendiri. Kualitas perusahaan-perusahaan kita waktu itu sangat buruk sekali. Tapi kalau sekarang, fundamental Indonesia masih bagus, tapi masalahnya pasar globalnya yang sedang parah.

Untuk ukuran negara, Indonesia memang  lebih tenang sekarang. Karena kalau Anda di lihat, sektor perbankan masih solid, karena mereka sudah mempunyai pembelajaran yang sangat mahal pada saat krisis 1998-1999, sehingga hampir semua bank kini dikelola secara profesional. Jadi, masalah di Indonesia tidak sebesar masalah yang dihadapi negara-negara lainnya.

Yang juga penting, nilai uang sekarang makin turun karena hampir semua negara kini mencetak uang besar-besaran. Coba saja Anda lihat, kenapa harga emas naik, karena investor merasa memegang sesuatu yang bernilai tinggi.

Nah kalau nilai uang makin turun (karena makin banyak) maka nanti negara-negara negara yang punya aset natural resource, sektor pertambangan maupun maupun komoditas lain, yang akan menikmati upside-nya. Indonesia punya itu. Sekarang memang belum kelihatan, tapi nanti pasti akan terjadi.

Tapi kalau ukurannya sebagai perusahaan investasi, saat ini lebih parah…hahaha. Semua klien-klien di seluruh dunia sedang terkena krisis.

Menurut Anda, kapan pasar saham Indonesia akan mulai pulih?
Bagusnya pasar saham, selalu memperhitungkan  enam sampai sembilan bulan kedepan. Saya rasa, kalau benar apa yang diprediksikan pemulihan bisa terjadi pada 2010, mestinya pasar saham kita sudah bisa memberikan sinyal-sinyal yang positif. Bahwa resesi sudah terjadi, itu sudah jelas. Tapi seberapa cepat, pemulihannya?

Kalau orang bisa melihat, pemulihan bisa terjadi pada semester pertama 2010, harusnya ada beberapa indikator yang sudah menunjukkan tren positif itu pada semester kedua dari krisis. Kalau itu benar-benar terjadi, saya akan lihat bahwa pasar saham akan mulai positif lagi, karena mereka akan mengantisipasi sebulan sebelum kejadian sebenarnya.

Kalau krisis global?

Kalau menurut saya pribadi belum berakhir. Krisis di Amerika belum mencapai bottom-nya. Pertanyaan berikutnya apakah negara-negara besar di Asia seperti China dan India akan terpengaruh?

Ini sangat penting sekali bagi Indonesia. Sebab, sebetulnya kita tidak terlalu tergantung AS maupun Eropa, tapi lebih tergantung terhadap Asia. Karena Indonesia sudah jelas merupakan salah satu satelit dari China dan India. Mungkin, kita punya ekspor ke mereka besar juga. Nah, kalau sampai mereka tumbang juga, dampaknya akan cukup besar buat Indonesia.

Sampai saat ini belum ada tanda-tanda?

Kalau saya lihat, China sangat proaktif sekali, di mana mereka sudah menyatakan sudah menyiapkan stimulus untuk menjaga pertumbuhan domestik bruto (GDP) mereka tidak turun di bawah delapan persen. Yang menjadi pertanyaan berikutnya adalah India. Negara itu merupakan negara berpenduduk besar yang mengedepankan demokrasi, tidak bisa tergantung pemerintahnya saja. Kalau China lebih gampang, karena pemimpinnya yang menentukan semuanya.

Ya mudah-mudahan dengan kekuatan dan kekayaan mereka, bisa mencapai apa yang mereka inginkan, yaitu agar PDB mereka tidak sampai turun di bawah delapan persen, karena kalau itu terjadi dampaknya bagi mereka akan besar sekali.

Billy Syahputra

Dekat dengan Banyak Wanita, Billy Syahputra Gerah Sering Dijodohkan

Billy Syahputra mengaku sempat ‘gerah’ dengan komentar netizen yang selalu menjodoh-jodohkannya dengan wanita yang dekat dengannya.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024