Direktur Reform Institute, Yudi Latif

Sebaiknya Kalla Serius Mencari Cawapres

VIVAnews - Kesiapan Jusuf Kalla menjadi kandidat presiden dinilai membawa konsekuensi lanjutan, yakni dia harus menentukan pendamping untuk maju ke bursa Pemilihan Presiden.  Hal itu dianggap penting karena bila hanya bermodal popularitas, maka tidak menjamin dia terpilih.

Survei terbaru yang dirilis Reform Institute menyebutkan popularitas Ketua Umum Partai Golongan Karya itu mulai menanjak. Jumlah dukungan kepada Kalla meningkat signifikan sejak dia menyatakan siap maju menjadi presiden.

Kendati dukungan terhadap Kalla naik signifikan, posisinya masih berada di bawah Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Itulah sebabnya, pengamat politik, Yudi Latif, menyarankan agar Kalla serius mencari pendamping.  “Posisi wakil itu tetap penting, terutama karena jaringan Kalla di Pulau Jawa lemah dibanding calon presiden lain,” kata Direktur Eksekutif Reform Institute itu di Jakarta.

Menurut Yudi, calon pendamping Kalla harus memiliki basis politik dan jaringan kuat di Pulau Jawa.  Kata dia, Jawa masih merupakan daerah strategis untuk menyokong kemenangan, sebab jumlah pemilih terbanyak berasal dari pulau itu.

Yudi mengatakan pendamping juga berperan untuk jaga-jaga bila pesta Pemilihan Presiden sampai dua kali putaran.

Bila putaran dua sampai terjadi, kata Yudi, maka tantangannya bertambah berat karena akan muncul kristalisasi blok-blok politik.

Karena itu Yudi menyarankan agar Kalla menghitung secara serius kekuatan calon pendampingnya. Dia harus memiliki basis politik sehingga dalam kompetisi tidak habis digempur blok politik yang lain.

 

Kalahkan Australia, Timnas Indonesia U-23 Didominasi Alumnus PPLP dan SKO Kemenpora
Ketua Koordinator Strategis TKN Prabowo-Gibran Sufmi Dasco Ahmad (tengah).

TKN Imbau Pendukung Prabowo-Gibran Tak Gelar Aksi Saat Sidang Putusan Sengketa Pilpres

Imbauan itu merupakan pesan langsung dari Prabowo-Gibran.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024