Pusat Keramaian Jadi Alibi Pelaku Mutilasi

VIVAnews - Kasus pembunuhan dengan mutilasi memiliki kemiripan pola. Pelaku biasanya membuang potongan tubuh di tempat keramaian.

Kepada VIVAnews, Selasa 21 Oktober 2008, kriminolog Universitas Indonesia Erlangga Masdiana mengatakan pusat keramaian biasanya digunakan sebagai alibi untuk menghilangkan jejak pelaku.

Logikanya, tempat keramaian adalah pusat aktivitas masyarakat umum. Di pusat keramaian, konsentrasi orang cenderung tidak seragam. Pelaku pun lebih mudah menghilangkan jejak.

Potong Kuku Mulai dari Jari Mana? Ini Penjelasan Ustaz Adi Hidayat

"Orang kan nggak peduli ada yang bawa karung atau tas. Di pusat keramaian siapa yang curiga kalau tas itu isinya potongan mayat," kata Erlangga.

Hal lain yang banyak dilakukan pelaku mutilasi adalah menghilangkan organ tubuh yang mempermudah proses identifikasi korban, seperti sidik jari. Sebab, motovasi pelaku pembunuhan melakukan mutilasi adalah menghilangkan jejak kejahatannya.

Menghilangkan identitas dengan cara memotong-motong tubuh, kata Erlangga, juga mencerminkan kepanikan pelaku. Usai melakukan pembunuhan, pelaku biasanya panik dan mencari jalan pintas untuk menyelamatkan diri. "Unsur panik lebih kuat daripada dendam," ujarnya.

Kasus mutilasi teranyar terjadi di Cibinong, Bogor. Seperti kasus-kasus sebelumnya, pelaku mutilasi juga menghilangkan tangan korban. Sebagai catatan, sepanjang 2008, Kepolisian Daerah Metro Jaya menangani 7 kasus mutilasi. Dari sekian kasus, hanya dua yang terungkap.

Skin Age Detector

Menggabungkan Teknologi dan Kecantikan, Era Baru Perawatan Kulit dengan AI

Salah satu keunggulannya adalah kemampuan untuk menyediakan perawatan kulit yang komprehensif, tidak hanya fokus pada aspek estetika atau kecantikan tapi juga kesehatan.

img_title
VIVA.co.id
20 April 2024