VIVAnews - Globalisasi telah memicu anak-anak terjebak dalam gaya hidup yang cenderung bersifat konsumerisme. Untuk mencegah kondisi ini berlanjut, ada beberapa tips yang perlu dikembangkan dalam diri anak muda.
“Hidup konsumerisme bertentangan dengan moral,” ujar ahli akademik dari Sekolah Pelita Harapan Lippo Village, Brian Cox dalam seminar yang bertajuk Educating for Global Engagement di Jakarta, 21 Maret 2009.
Dia mengakui anak-anak remaja memang cenderung terseret oleh imbas globalisasi. Mereka ikut-ikutan dengan tren gaya hidup yang berkembang dengan begitu cepat.
Untuk mencegah agar anak-anak muda tidak terseret gaya hidup konsumerisme, ada beberapa hal yang perlu dikembangkan dalam diri setiap anak muda.
Di antaranya identitas yang tepat, kompetensi dan percaya diri, pengetahuan yang dapat diterapkan dalam situasi yang berbeda, kemampuan komunikasi yang baik, kemampuan menentukan apa yang baik dan apa yang berbahaya untuk meningkatkan hal-hal yang baik.
Selain itu, anak muda harus mengembangkan pemikiran dan perbuatan sesuai dengan etika dan moral serta komitmen pada keadilan dan kejujuran. “Kita harus meyakinkan anak-anak muda agar terlibat dalam dunia ini dengan penuh harapan dan percaya diri,” kata dia.
Pada kesempatan yang sama, Pendiri Sekolah Pelita Harapan James T Riady menuturkan sistem pendidikan di Indonesia masih kacau balau dan tidak konsisten. “Sistem pendidikan kita hanya mendoktrin sesorang untuk dapat kaya dan hidup senang tanpa menerapkan nilai pancasila yang benar,”tuturnya.
Padahal, James menjelaskan dalam mendidik anak-anak antara selain pendidikan formal juga harus diimbangi dengan perhatian orang tua dan pondasi agama yang kuat. Kalau ketiganya bisa dijalankan dengan seimbang maka hasilnya akan baik. “Sayangnya di Indonesia ini belum diterapkan,”kata dia.