Kisah dari Pembaca eks Tapol

Proyek Samping (IV)

VIVAnews - Kemajuan pekerjaan membuat pos kami harus pindah dari Jalupang, padahal desa Jalupang rasanya belum lama juga kami tinggali. Kami pindah ke Desa Kerta, maju sejauh kurang lebih sepuluh kilometer ke arah Malingping. Desa Kerta ini sama juga dengan Jalupang, bahkan lebih sepi karena hanya  desa yang dilintasi mobil dan jarang yang berhenti.

Berbeda dengan Jalupang yang merupakan persimpangan ke Gunung Kencana dan seterusnya bisa ke Rangkasbitung. Di Desa Kerta selain pak lurah yang merupakan pejabat pemerintah tertinggi, ada pegawai kehutanan. Tukang jahit ada seorang, warung tembakau juga ada satu dan sebuah warung kecil yang menjual bermacam keperluan sehari-hari.

Salah satu tokoh penting setingkat desa kecil semacam ini adalah guru SD, yang sekaligus merangkap sebagai guru dan Kepala Sekolah, dengan murid tidak banyak. Komandan proyek menempatkan saya disebuah rumah panggung, keluarga sepasang kakek nenek haji dan hajjah, yang usianya sudah cukup sepuh dan ibu Siti (nama ibu hajjah) agak bongkok, sedang pak Haji kepalanya penuh kembang jambu.

Bersama saya ditempatkan dalam satu kamar yang pintunya tidak bisa dikunci dari dalam, Sersan Mayor Tohir - bintara lugu tanpa banyak bicara. Tikar dan bantal harus bawa sendiri dan barang saya tidak banyak, hanya beberapa celana panjang dan baju serta beberapa buku.

Menurut cerita pak guru Sjamsuddin, yang ternyata menantu keluarga haji ini, kamar yang kami tempati berdua dengan Sema Tohir dikenal sebagai kamar yang angker. Pak guru Sjamsuddin pernah tidur dikamar tersebut dan saat bangun pagi hari, di depan pintu kamar batu bertumpuk sehingga dia sulit keluar.

Saat menceritakan kejadian tersebut mimiknya meyakinkan, tetapi saya anggap angin lalu saja karena di pedesaan sering beredar bermacam-macam dongeng omong kosong dan setelah saya tinggal di kamar tersebut cukup lama, tidak pernah ada kejadian yang aneh-aneh.

Malah sebaliknya, pada suatu malam saat saya ada keperluan keluar ke warung, beberapa orang berlarian sambil teriak :"Setan, setan!". Tentu saja saya tertawa geli, kan saya tapol,bukan setan! Maklum,desa kecil ini kan tidak punya penerangan dan listrik belum masuk. Kalau saya ingin baca atau belajar ya harus beli minyak sendiri, beli lampu teplok, jangan membebani tuan rumah (tapi saya pikir, tuan rumah kalau sudah bisa berangkat haji berdua suami-isteri, biasanya mereka jual tanah).

Rumah yang kami tinggali adalah rumah panggung dengan lantai papan, sehingga kalau kami berjalan timbul suara dimana-mana, derit lantai yang terinjak. Serma Tohir ternyata penduduk asli sebuah desa tidak jauh dari Kerta sehingga dia sering pulang ke rumah sore hari, kembali ke Kerta esoknya.

Kalau Serma Tohir sedang pulang kampung, saya sendirian di kamar ukuran 3 x 3 meter, berdinding anyaman bambu. Di malam hari di luar gelap gulita sedang di kamar penerangan cukup dengan lampu teplok, dimana saya bisa baca atau menulis. bersambung

Dibaca 43 Juta Kali, Cerita The Perfect Strangers Ternyata Terinspirasi dari Sopir Taksi
Inter Milan pastikan Scudetto ke-20

5 Fakta Menarik Inter Milan Juara Serie A Musim 2023/2024

Inter Milan memastikan gelar Scudetto musim 2023/2024 setelah menumbangkan AC Milan dengan skor 2-1 dalam lanjutan Serie A matchday ke 33 di San Siro pada Selasa kemarin.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024