Hidayat: Koalisi PKS-PDIP Masih Mungkin

VIVAnews - Anggota Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera, Hidayat Nur Wahid, menyatakan peluang koalisi partainya dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan masih terbuka lebar. Pernyataan PKS tidak mau berkoalisi dengan PDIP itu baru sebatas aspirasi PKS Sumatera Utara.

"Pak Tifatul (Presiden PKS) hanya menyampaikan suara konstituen yang beliau dapatkan di Sumatera Utara ketika beliau berkampanye di sana," kata Hidayat di gedung parlemen, Senayan, Jakarta, Senin 23 Maret 2009. "Konstituen di Sumatera Utaralah yang menyampaikan kecenderungan itu, bahwa mereka tidak ingin dengan PDIP, tidak juga dengan Golkar," kata mantan Presiden PKS itu.

"Tapi saya tegaskan, itu aspirasi atau suara konstituen (PKS) di Sumatera Utara.  Sementara kami belum mendengar suara konstituen di propinsi-propinsi lain secara spesifik," ujarnya.

Kepastian berkoalisi, kata Hidayat, baru dilakukan secara efektif setelah pemilu legislatif 9 April. "Itu akan dibahas di Majelis Syura PKS yang terdiri dari 99 orang yang datang dari seluruh propinsi di Indonesia. Majelis Syura PKS pasti akan memperhatikan, menyimak, dan membawa aspirasi kader PKS di seluruh propinsi dengan baik," ujarnya.

"Yang jelas, kader PKS menginginkan agar PKS sukses dalam pemilu legislatif dan mencapai target 20 persen, supaya mereka bisa secara efektif terlibat dalam pembahasan koalisi-koalisi untuk presiden maupun wakil presiden," ujar Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat itu.

Jika PKS gagal dalam Pemilu dan hanya menjadi kelompok partai yang memperoleh suara nol koma, tentu tidak akan ada partai yang mengajak PKS untuk berkoalisi. "PKS pun tidak akan layak untuk mengajak yang lain," ujarnya.

Menakar Peluang Timnas Indonesia Lolos ke Piala Dunia 2026, Ada Berapa Tahap Lagi?
Pihak Rusia keluarkan potret pelaku ISIS terorisme di Moskow

Marah Anggotanya Disiksa, ISIS Rilis Video Ancam Bunuh Presiden Putin: Berhenti Siksa Anggota Kami!

Kelompok teroris ISIS baru saja telah merilis sebuah video teror yang mengancam Rusia dan Presiden Vladimir Putin karena menyiksa para anggotanya saat berada di dalam tah

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024