Saat Krisis,Profesi Buka Aurat Banyak Peminat

VIVAnews - Rebecca Brown perlu waktu seminggu untuk mengumpulkan ribuan dolar saat bekerja keras sebagai bartender di sebuah restoran berjaringan nasional. Kini ia mendapat uang sebesar itu hanya dalam semalam, sebagai seorang penari di klub pria dewasa Pink Monkey di Chicago, Amerika Serikat.

Sulitnya mendapat pekerjaan di masa krisis membuat banyak perempuan di seantero Amerika melirik pekerjaan di klub penari telanjang, industri film khusus dewasa, atau berpose di majalah pria. Mereka tergoda dengan besaran uang yang bisa mereka raup dengan waktu kerja fleksibel.

"Di tengah keterpurukan ekonomi ini, hampir segala hal dapat diterima," ujar Jonathan Alpert, psikoterapis asal New York yang memiliki klien yang bekerja di dunia hiburan khusus dewasa.

Brown mengaku tidak mudah untuk beralih ke pekerjaan ini. Dia harus belajar menari dengan menggunakan sepatu berhak 15 sentimeter dan menghadapi pengunjung nakal.

Brigjen Nurul Bicara Strategi STIK Lemdiklat Cetak Pemimpin Polri yang Mumpuni

"Menari seperti berpidato, namun bukannya membayangkan semua orang telanjang sehingga tidak perlu grogi, kamilah yang telanjang," kata perempuan 29 tahun ini.

Sementara itu, para pembuat film kategori dewasa memperingatkan agar perempuan tidak terburu-buru memutuskan ikut serta dalam produksi film ini. "Keputusan itu akan mempengaruhi hubungan anda dengan semua orang untuk seumur hidup," ujar salah satu direktur Vivid Entertainment Group, Steven Hirsch.

Namun demikian, pengamat menilai industri hiburan khusus dewasa ini tidak kebal terhadap resesi ekonomi. "Dahulu orang menilai industri ini kebal resesi, saya rasa tidak begitu, lebih tepat jika dikatakan industri ini dapat melawan resesi," kata direktur riset Merriman Curhan Ford, Eric Wold.

Pendapat Wold dibenarkan sejumlah pengelola usaha hiburan khusus dewasa. Mereka menyatakan jumlah pelanggan yang datang ke klub mereka masih sama. Namun jumlah uang yang beredar jauh lebih sedikit.

"Pendapatan usaha jenis ini menurun sekitar 30 persen di seluruh sektor, antara lain majalah, video, dan klub pria dewasa," kata Paul Fishbein, presiden AVN Media Network.

Tapi Wold mengatakan margin keuntungan klub-klub khusus dewasa masih mencapai 50 persen berkat iritnya ongkos operasi. Meski demikian, nilai industri ini sulit diperkirakan karena beberapa perusahaan merupakan perseroan terbuka.

Wold hanya menyoroti tiga industri khusus dewasa papan atas, yaitu VCG Holding di Colorado, jaringan klub Caberet di Houston, dan produsen dan penyalur film New Frontier Media di Colorado. Tiga perusahaan ini meraup untung besar pada 2008.

Pemilik korporasi Hustler, Larry Flint menyatakan kerajaan bisnis yang ia kelola bisa bertahan di tengah krisis. Namun ia mengatakan kesuksesannya bertahan tidak diikuti studio-studio kecil produsen film dewasa. "Banyak studio kecil yang terpaksa tutup," ujar Flint.

Majalah khusus dewasa juga harus bersaing dengan pelaku industri penerbitan lain. Mereka juga terpaksa melakukan pengurangan jumlah halaman. Kenyataan ini tidak menciutkan niat para pencari kerja.

"Anda masih akan menemui lebih banyak perempuan cantik yang mau berbuat apa saja," kata pengelola klub pria Sin City di New York, Gus Poulos. Poulos mengaku menerima 85 surat lamaran dalam sehari untuk iklan lowongan pekerjaan yang ia pasang di Craiglist.

Sementara Hirsch mengatakan jumlah perempuan yang bekerja di perusahaannya meningkat dua kali lipat selama beberapa tahun terakhir. Menurut dia, kini ada sekitar 800-an perempuan yang berakting dalam video produksi Vivid. "Ini saat yang paling kompetitif sepanjang 25 tahun belakangan," kata Hirsch. (AP)

Eks Ketua Umum PB HMI, Raihan Ariatama

Hormati Putusan MK, Eks Ketum PB HMI: Saatnya Bekerja untuk Indonesia Maju

Eks Ketua Umum PB HMI Raihan Ariatama turut menyoroti putusan MK yang menolak seluruh permohonan perkara PHPU dari Anies-Muhaimin, dan Ganjar-Mahfud MD.

img_title
VIVA.co.id
23 April 2024