Ikut Pertemuan G-20

Sri Mulyani: Mami Harus Selamatkan Dunia

VIVAnews - Menteri Keuangan Sri Mulyani memiliki kisah menarik di tengah keruwetan menghadapi krisis keuangan dan resesi ekonomi global. Peristiwa itu terjadi menjelang keberangkatannya ke pertemuan G-20 di London pekan lalu.

Pada saat akan pergi ke pertemuan G-20 pada Jumat pekan lalu, 13 Maret 2009, Sri Mulyani berkisah, anaknya bertanya mengapa sedang sakit tetap pergi London. Kepada anaknya, dia menjawab, "Mami harus selamatkan dunia." 

Sebagai akibatnya, dia mengaku saat ini mengalami flu berat dan belum juga membaik. Sri Mulyani memang mewakili negara-negara ASEAN di forum G-20. Indonesia adalah satu-satunya negara di ASEAN yang menjadi anggota G-20 karena volume ekonominya terbesar di Asia Tenggara.

Namanya Masuk Bursa Cagub DKI, Heru Budi: Pak Arifin Satpol PP Juga Berpotensi

Para menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara anggota G-20 bertemu di London pada 13 - 15 Maret lalu. Ini pertemuan pendahuluan sebelum dilanjutkan oleh pertemuan tingkat tinggi pada April mendatang di tempat yang sama.

Sri Mulyani menceritakan peristiwa tersebut dalam seminar "East Asia Respons to Global Economic Crisis di Hotel Four Season, Jakarta, 23 Maret 2009. Seminar ini dihadiri oleh puluhan pejabat Departemen Keuangan dan ekonom di Asia.

Kubu Ganjar-Mahfud Ingin Suara Prabowo-Gibran Nol, Begini Kata KPU

Sri Mulyani mengingatkan ASEAN memiliki peran penting dalam memformulasikan krisis dan mengantisipasi krisis. Indonesia menjadi salah satu wakil yang memiliki pengalaman sangat baik.

Sejak krisis keuangan melanda global, Sri Mulyani sangat sibuk. Agendanya begitu padat untuk mengantipasi agar Indonesia bisa selamat dari serangan krisis dahsyat yang mampu merontokkan penguasa ekonomi dunia, Amerika Serikat tersebut. Dia pun sering memimpin rapat hingga subuh untuk menghadapi gelombang krisis keuangan dunia ini.

BI Pastikan Masyarakat di Lebaran 2024 Dapat Uang Baru

"Sekarang situasi global benar-benar serius," kata dia. "Saya tidak mau membuat anda bermimpi buruk, tapi itu realita yang dihadapi." 

Dia menjelaskan pada 10 tahu lalu, Indonesia mengalami krisis multidimensi seperti yang terjadi saat ini. Hal yang patut didiskusikan adalah bagaimana politik memainkan peranan penting dalam menyembuhkan krisis.

Itu adalah pengalaman Indonesia dimana mengembalikan kerusakan perbankan ada konsekuensi.  "Sebab, kerusakan itu harus ditanggung oleh pembayar pajak."

Dalam konteks ini, menurut dia, pemerintah dan DPR harus ada kecocokan. Politisi akan berperan besar karena siapa yang bisa menjamin dan siapa yang bisa melaksanakan kebijakan, serta bagaimana membersihkan aset-aset busuk dari perbankan. "Kalau beli juga jangan terlalu mahal karena merugikan pembayar pajak."

Karena itu, dia menekankan pembersihan aset-aset bank yang tengah dilakukan oleh Amerika dan Eropa saat ini penting. Sebab, tanpa itu, semua langkah yang dilakukan oleh berbagai negara tidak akan ada artinya. Semua itu akan percuma.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya