Integrasi Pasar Modal Asean Butuh Likuiditas

VIVAnews - Pelaku pasar dalam negeri menilai, ASEAN Economic Community (AEC) sulit untuk diterapkan dalam waktu dekat. Hal tersebut disebabkan kondisi pasar modal Indonesia belum cukup efisien dan likuiditasnya masih minim.

"Sekarang belum siap," kata mantan Direktur Utama PT Bursa Efek Jakarta (BEJ), Mas Ahmad Daniri, saat ditemui di sela seminar On Regional Capital Market Integration di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa 24 Maret 2009.

Ahmad mengungkapkan, integrasi ekonomi serta pasar modal ASEAN akan memicu peredaran uang di pasar lebih efisien. Hal itu karena mata uang di ASEAN bersifat bebas.

Ahmad menambahkan, otoritas pasar modal Indonesia bersama pelaku pasar perlu meningkatkan basis investor lokal untuk memperkuat pasar modal secara internal. Selain itu, emiten perlu menerapkan prinsip tata kelola perusahaan (good corporate governance) dengan standar internasional.

"Harmonisasi regulasi dan sistem dari tiap negara ASEAN juga diperlukan. Selanjutnya, integrasi bisa dilakukan secara bertahap," tuturnya.

Senada dengan Daniri, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI), Lily Widjaja, mengungkapkan, banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan oleh Indonesia karena AEC menyangkut banyak hal, seperti profesi, hukum, aturan main, dan lainnya. "Apakah kita sudah siap pada 2015," katanya.

Meski demikian, Lily mengungkapkan, integrasi ASEAN merupakan visi yang tidak bisa ditawar lagi karena tujuannya untuk memperkuat Asia di mata internasional. AEC bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi, skala ekonomi, dan menciptakan pasar yang lebih murah.

Mak Vera Tepati Janji, Datang ke Makam Olga Syahputra Tengah Malam
Pameran Manufaktur Indonesia.

Sektor Manufaktur RI Jauh dari Deindustrialisasi, Ekonom Beberkan Buktinya

Kinerja positif sektor manufaktur dinilai menjadi modal utama untuk menarik lebih banyak investasi asing dengan orientasi ekspor. 

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024