VIVAnews - Kenaikan indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) yang sudah menyentuh target penguatan jangka menengah mendorong investor merealisasikan keuntungan jangka pendek.
Meski sempat menguat 12,07 poin (0,84 persen) menjadi 1.448,18 dan melawan arus regional pada penutupan sesi pertama Rabu 25 Maret 2009, indeks tidak mampu bertahan di area positif hingga akhir perdagangan.
IHSG melemah 16,14 poin (1,13 persen) ke level 1.419,97. Volume saham berpindah tangan mencapai 3,09 miliar unit senilai Rp 1,72 triliun dengan frekuensi 73.566 kali.
Sebanyak 68 saham menguat, 80 melemah, dan 60 saham lainnya stagnan.
Saham-saham yang mengontribusi pelemahan indeks di antaranya PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO), turun Rp 175 (7,36 persen) menjadi Rp 2.200, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) terkoreksi Rp 250 (5,4 persen) ke posisi Rp 4.375, dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) melemah Rp 30 (4,83 persen) menjadi Rp 590.
Analis PT BNI Securities, Muhammad Alfatih, mengatakan, setelah kenaikan hampir 10 persen selama lima hari terakhir, IHSG sudah mencapai target kenaikan jangka menengah.
"Jadi secara psikologis, indeks memang rawan terjadi profit taking (ambil untung)," kata Alfatih kepada VIVAnews di Jakarta.
Selain itu, dia melanjutkan, pelemahan indeks yang terjadi di bursa regional ikut memicu sentimen negatif di pasar. Kondisi tersebut makin menambah kekhawatiran pemodal, sehingga mereka memilih untuk merealisasikan keuntungan jangka pendek.
Sementara itu, di bursa regional, indeks Hang Seng melemah 288,23 (2,07 persen) ke posisi 13.622,11, Nikkei 225 turun 8,31 poin (0,1 persen) menjadi 8.479,99, dan Straits Times terkoreksi 14,6 poin (0,86 persen) ke posisi 1.691,74.